.
.
.
.
.
.
.
.
..
...Ingat dengan seseorang yang meminta pr beberapa waktu yang lalu? Kali ini bocah yang sama juga menumpahkan jatah makan siangku.
Parahnya lagi aku belum sarapan, benar-benar beruntung sekali nasibku.
" Makanya kalo diminta tuh dikasih!"
" Kan kamu udah dapet jatah sendiri?" aku masih mencoba bersabar. Menghadapi anak semacam ini perlu pemikiran yang dingin dan tenang.
" Dih, Memangnya apa urusanmu. Aku hanya meminta jatah makananmu!"
" Aku juga perlu makan, " jawabku lagi.
" Itu bukan urusanku! Yak melihat wajahmu saja membuatku jijik untuk makan. Benar-benar anak tidak terurus!"
Aku memutar bola mata jengah.
" Ya sudah jangan menatapku, "" Ah-aku bisa membuatmu tampil lebih menawan. " Bocah itu mengangkat gelas minumnya ke arahku.
Byur
" Ah ternyata sama saja, kau tetap buruk rupa! Hahahahaha"
Rambut luruh bersamaan kaus seragamku yang berubah warna. Kalau saja aku lebih berani, mungkin aku bisa membalasnya. Tapi bocah ini jauh lebih kuat dari padaku, anak jaman sekarang mudah sekali memutar balikan fakta. Mengubah realita seakan hanyalah dusta.
Rakyat biasa sepertiku hanya bisa meneguk ludah kasar. Melaporkannya pada guru tetaplah sia-sia. Hukuman yang diberikan pun tak dapat membuat anak jera, guru lebih takut akan hukum negara ketimbang hukum akhirat.
Tentu saja karena tanggung jawabnya yang gagal. Anak bukan malah berperilaku baik tapi kebalikannya. Semuanya terus ditutup-tutupi. Apa lagi jika sudah ada salam tempel, semuanya seolah tak terlihat.
" Jungkook! Ayo! Bu Siti di depan kelas! Cepat kabur!"
Jadi namanya Jungkook? Dia berlari setelah dipanggil temannya.
Hah aku harus meminta izin mengganti baju dulu sebelum Bu Siti mengajar.
Melihat bajuku yang sudah berwarna biru akibat jus milik Jungkook, mengingatkanku saat TK.
Waktu itu Jimin hyung selalu ada disamping, menggandeng tanganku agar tak terjatuh. Tapi pada satu waktu, ialah yang membuat bocah lain jatuh.
Iya, jatuh menangis maksudnya.
Waktu itu mereka berada di kelas, dan aku berada diluar bermain ayunan. Heran karena Jimin hyung tidak datang-datang, apa lagi suara ramai yang tiba-tiba terdengar dari balik kelas.
Bahkan sampai aku tidak berani masuk, jadi dengan susah payah aku memilih mengintip.
Apa yang kulihat membuatku makin terperangah tak percaya, di dalam sana Jimin Hyung tengah menyiram seorang bocah laki-laki dengan botol air kecil, kejadian selanjutnya tas bocah itu dikosongkan dan tanpa rasa bersalah Jimin Hyung memasangkan tasnya di atas kepala si bocah malang.
Baru saja aku ingin berteriak, bocah tambun lain yang muncul dibelakangku menyekap mulutku.
Sebenarnya aku lupa-lupa ingat dengan bocah tambun itu, mungkin kakak kelas? Aku tak mengenalnya sama sekali. Yang jelas ia menyuruhku untuk tetap diam dan jangan bercerita banyak hal tentang kejadian ini.
Yah pada akhirnya aku tetap keceplosan, jelas saja waktu itu aku selalu bercerita banyak hal pada Mama. Singkatnya Ayah Jimin Hyung tau dan memarahinya habis-habisan.
Semenjak itu, aku tak pernah melihat Jimin Hyung berbuat nakal hingga mengakibatkan anak lain menangis. Ya pokoknya kenakalan yang sewajarnya.
Hah aku jadi merindukan masa kecilku, ey aku juga masih kecil!
KAMU SEDANG MEMBACA
About me
FanfictionKalau aku bercerita ini hanya tentangku, apa kau marah? Kurasa tidak Kalau aku hanya melihat dengan sudut pandangku, apa aku egois? Mungkin tidak Jika aku hanya peduli denganmu, apa aku salah? Jangan bilang ini benar jika ini bukan cerita tetapi sec...