Crazy

17.7K 1.2K 439
                                    


'Je,ini bunda.'ucap bunda dari balik telpon.

Jeongin menghela nafas panjang sebelum berkata "Iya bunda,ada apa.?"

Bunda terisak di sebrang sana sedangkan Jeongin hanya memejamkan matanya frustasi.

'Tolong jenguk Hyunjin,sekali saja. Bunda mohon hikss."isak Bunda memohon.

Jeongin membeku dengan dadanya yang terasa sakit saat mendengar nama Hyunjin.

"Aku gak tau bun."lirih Jeongin sambil mengigit bibirnya keras.

'Kamu tau kan kalau Hyunjin terlalu mencintai kamu ? Bunda ngerti kamu gak mau ketemu sama Hyunjin.'

Jeongin mengusap dahinya frustasi lalu menghela nafas panjang. "Aku bakal jenguk kak Hyunjin. Minggu depan."ucap Jeongin ragu.

'Benarkah ? Kamu masih ingatkan rumah bunda ? Bunda tunggu kamu minggu depan. Bunda harap kamu benar-benar datang.'pekik Bunda senang di sebrang sana yang membuat Jeongin tersenyum tipis.

"Iya,aku masih inget."

***

"Kamu yakin ?"tanya Yeji-kembaran Hyunjin-dengan ragu.

Jeongin membalas dengan senyum manisnya.

"Yakin,ini udah terlalu lama kak Hyunjin terpuruk."

Yeji hanya mengangguk pasrah saat Jeongin pamit untuk menghampiri Hyunjin dikamarnya.

"Pintunya dibuka aja Je, kalau ada apa-apa teriak."perintah Yeji yang diangguki oleh Jeongin.

Sebenarnya Jeongin sangat gugup karena akan bertemu dengan Hyunjin setelah 2 tahun lamanya tidak bertemu.

'Semoga lancar.'batin Jeongin.

Dengan perlahan Jeongin membuka pintu kamar Hyunjin.

'Masih sama.'batin Jeongin sambil melihat isi ruangan itu.

Tubuh Jeongin kaku saat melihat punggung yang sangat ia kenali itu membelakanginya.

Tanpa suara Jeongin melangkah perlahan hingga berada di samping tubuh Hyunjin.

Hyunjin dengan melamun dengan bingkai foto dipelukannya. Hyunjin terlihat lebih kurus dengan kedua kantung mata menghitam.

Mata Jeongin memanas saat melihat keadaan Hyunjin yang terlihat seperti mayat hidup.

Dengan memberanikan diri Jeongin memegang bahu Hyunjin yang masih saja melihat kearah jendela dengan pandangan kosong.

Entah sejak kapan airmata Jeongin meluncur. "Kak,Jeje disini."ucap Jeongin pelan tapi tak ada respon yang berarti dari Hyunjin.

Jeongin tak sadar sekarang ia sudah berada di hadapan Hyunjin yang melihat kearahnya tidak percaya.

"Jeje ?"panggil Hyunjin ragu tapi terlihat jelas matanya berbinar senang.

Secepat kilat Hyunjin memegang wajah Jeongin. "Ini beneran Jeje ? Jeje gak hilang."

Jeongin terisak saat mendengarkan suara Hyunjin yang sudah lama tidak menyapa gendang telinganya itu.

Hyunjin memekik senang lalu memeluk tubuh Jeongin sangat erat. "Aku kangen. Kamu kemana ? Aku kemana-mana cari Jeje."

Jeongin terkekeh mendengarkan gaya bicara Hyunjin yang berubah.

"Jeje gak kemana-mana."

Hyunjin melepaskan pelukannya lalu menciumi pipi Jeongin.

"Besok kita nikah. Baju kamu ada di lemari. Aku simpen."

Jeongin menatap sedih Hyunjin. "Kakak udah sarapan ?"tanya Jeongin mengalihkan pembicaraan.

Hyunjin mengerucutkan bibirnya lalu menggeleng. "Belum,aku nunggu kamu biar bisa makan bareng."

"Lain kali gausah nunggu aku."

Hyunjin hanya mengangguk senang dan terus memandangi wajah Jeongin. Tiba-tiba raut wajahnya berubah marah. "Kamu kenapa nangis ? Siapa yang buat kamu nangis ?"tanya Hyunjin marah dengan kedua tangan mengepal kencang.

Jeongin menggeleng keras "aku lagi bahagia karena bisa ketemu kakak."

Tatapan Hyunjin melunak lalu segera memeluk Jeongin.

"Aku kangen. Kenapa kamu nggak datang di hari pernikahan kita Je."ucap Hyunjin dengan mata memerah siap untuk menangis.

"Kenapa kamu pergi sama laki-laki lain ?"raung Hyunjin sambil terus memeluk Jeongin.

"Aku sayang sama kamu. Aku cuma mau kamu."

Jeongin hanya diam pasrah saat ini. Ia juga ikut menangis mendengar perkataan Hyunjin.

Tiba-tiba Hyunjin tertawa keras. Sangat keras. Membuat tubuh Jeongin meremang karena takut akan perubahan mood Hyunjin.

"Aku gak selingkuh sayang."ucap Hyunjin sambil terkekeh geli kearah Jeongin.

"Kamu salah paham haha... Dia itu orang gila yang suka banget sama aku sampe-sampe dia bilang kalau dia hamil anak aku Je."lirih Hyunjin yang tiba-tiba sangat sedih itu.

"Kamu tau kan aku cinta sama kamu. Aku gak mungkin ngelakuin itu."isak Hyunjin.

Jeongin mengerutkan dahinya marah. "Aku liat kamu sama Minjoo lagi berhubungan sex diruang kerja kakak."ucap Jeongin pelan.

Hyunjin semakin terisak kencang. "Maaf,aku khilaf. Aku khianatin kamu. Jangan pergi. Jangan pergi."pekik Hyunjin sambil membenamkan wajahnya di bahu sempit milik Jeongin.

Jeongin menjauhkan tubuhnya dari Hyunjin lalu berkata "Maaf kak, aku udah gak bisa tinggal buat kamu. Aku udah bahagia sama suami dan anak aku. Kamu harus tau itu."

Hyunjin semakin meraung meminta Jeongin memeluknya dengan merentangkan kedua tangannya. "GAK ! JEJE CUMA PUNYA HYUNJIN !"

Jeongin memejamkan matanya saat Hyunjin berteriak didepan wajahnya.

Dengan terpogoh-pogoh Yeji,bunda serta perawat datang karena mendengar teriakan Hyunjin.

"Jin tenang oke."ucap Yeji pelan berusaha menenangkan saudara kembarnya itu.

Hyunjin sudah memeluk Jeongin yang kini bergetar ketakutan dipelukan Hyunjin.

Hyunjin tertawa keras lalu menggeleng pelan. Sekarang ia dan Jeongin sudah berada di balkon kamar Hyunjin.

"GAK ! GAK BOLEH ADA YANG NGAMBIL JEJE !"teriak Hyunjin menggelegar.

Bunda memejamkan matanya tak sanggup saat melihat kelanjutan aksi putra kebanggaannya itu.

Yang terdengar ditelinganya hanyalah suara teriakan Yeji dan perawat yang melengking.

"HYUNJIN STOP !"

"JANGAN !"

Bunda membuka kedua matanya yang terpejam lalu melihat kearah balkon yang hanya terlihat Hyunjin yang melihat kebawah dengan tangan terkepal disamping tubuhnya.

Yeji membelalakan matanya tak percaya bahkan sekarang ia sudah menangis kencang yang diikuti pekikan Bunda.

Hyunjin mengerjapkan matanya tak percaya dengan kelakuannya. Ia menatap kedua tangannya lalu beralih ke bawah. Airmatanya jatuh saat melihat Jeongin tertidur diatas tumpukan batu hias rumahnya dengan kepala bersimbah darah.

Hyunjin melihat kearah Bunda dan Yeji yang masih menangis. Dengan suara bergetar Hyunjin berkata. "Ma-maaf."

Hyunjin ikut menjatuhkan dirinya dari balkon kediaman keluarga Hwang. Ia hanya tak ingin Jeonginnya sendirian dibawah sana.

End

Oneshoot HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang