Pengakuan

3.4K 260 8
                                    

"Mau sampai kapan?"

Jeongin terdiam saat mendengar pertanyaan dari kekasihnya itu. Ia sendiri juga bingung dan takut.

"Aku selama ini berusaha untuk nggak nuntut apapun dari kamu, Je. Aku sayang sama kamu. Cuma ini udah enam tahun, sampai kapan aku harus nunggu?"tanya Hyunjin dengan suara yang pelan. Ia berusaha untuk tidak menaikkan nada bicaranya pada Jeongin.

"A-aku tau... Aku takut kak."

Hyunjin perlahan menggenggam jemari-jemari Jeongin dan mengelusnya.

"Ada aku. Aku bisa bantu kamu."

Jeongin menggigit bibirnya yang mulai bergetar. "Aku takut kecewa sama tanggapan mereka."

Hyunjin memeluk erat tubuh sang kekasih dan membisikan kata-kata penyemangat untuknya.















Jeongin perlahan melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Disana semua anggota keluarganya sedang berkumpul sambil tertawa. Ada Hyunjin juga disana, ia sengaja datang dan membawakan beberapa makanan ringan.

Dengan langkah mantap Jeongin berjalan menuju keluarganya sebelumnya ia sudah mengambil nafas banyak-banyak.

Hyunjin yang melihat kekasihnya datang pun tersenyum lalu menepuk sofa sebelahnya yang kosong.

"Ma, pa, dek. Aku mau ngomong serius."kata Jeongin yakin. Ia menatap Hyunjin yang mengangguk sambil tersenyum memberikan semangat.

"Serius amat kak mukanya."sahut Yuna-adik Jeongin- bermaksud bercanda tapi mamanya menepuk pelan pahanya,pertanda ini pembicaraan serius.

Papa pun langsung mematikan televisi yang sedang menampilkan iklan. Sedangkan mama tersenyum simpul bersiap mendengarkan.

Jeongin mengambil nafas lalu menghembuskannya perlahan. "A-aku udah ngumpulin keberanian buat ngomong ini selama delapan tahun."

Hyunjin mengelus punggung Jeongin pelan, perhatian kecil itu tak luput dari pandangan keluarga Jeongin.

Sebelum berbicara Jeongin menatap Hyunjin lagi, meminta kekuatan untuk berbicara.

"Aku gay. Aku suka laki-laki. Aku gak tertarik sama perempuan. Aku nggak pernah kena bully, keluarga kita juga harmonis. Aku jadi gay bukan karena trauma, aku gay karena ini emang aku. Maaf kalau buat kalian kecewa."Kata Jeongin penuh dengan keyakinan.

Tak satu Orang pun diruangan itu yang angkat bicara. Hening dirasakan. Jeongin menunduk mencoba menahan tangisnya. Ia tahu jika ia sudah mengecewakan keluarganya.

"Sudah sejak Sma?"tanya mama pelan yang diangguki oleh Jeongin.

Papa menghembuskannya nafasnya perlahan."Papa tau. Kita semua tau orientasi seksual kamu sejak lama."

Jeongin mengangkat wajahnya terkejut. Papa berusaha untuk tersenyum.

"Terus langkah yang mau kamu ambil apa? Kamu mau tetep gini atau mau berubah?"tanya Papa tanpa ancaman.

Jeongin menatap Hyunjin yang balas menatapnya."Aku... Aku mau tetep kayak gini karena aku udah punya pacar yang ngejagain aku dari enam tahun lalu."

"Hyunjin?"tanya mama yang diangguki oleh Jeongin dan Hyunjin.

"Iya, kak Hyunjin pacar aku."

"Walaupun kita udah bersiap sejak lama tapi pas kamu ngomongin ini secara langsung kita tetep belum bisa nerima sepenuhnya."jelas Papa yang terlihat kecewa. Jeongin tahu dengan sangat jelas jika keluarganya pasti sulit untuk menerima ini semua.

Jeongin hanya mengangguk.

"Tapi bukan berarti kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi. Kamu tetap anak Papa, kamu tetap jagoan papa. Kami cuma butuh waktu."kata papa yang perlahan berdiri dan beranjak pergi meninggalkan ruang keluarga.

Yuna beranjak mendekati Jeongin dan memeluk kakaknya."Yuna ngerti. Kak Jeongin tetep jadi kakak kesayangan Yuna apapun orientasi seksual kakak."

Jeongin perlahan terisak dan membalas memeluk adiknya.

Hyunjin tersenyum melihat Jeongin yang menangis terharu. Jelas ia juga ikut senang.

Mama menepuk pundak Hyunjin hingga membuatnya menoleh."Jagain anak tante ya, dia emang kadang suka ngerepotin, suka jail tapi dia anak baik. Jangan tinggalin Jeongin ya."

Hyunjin mengangguk mantap disertai dengan senyuman bahagianya. Mama mengusap matanya yang berair dan perlahan pergi dari ruang keluarga.

Yuna pun ikut melepaskan pelukannya dari Jeongin lalu ia mengusap airmatanya yang sudah tumpah sedari tadi.

"Ihh aku jadi jelek gara-gara nangis."kata Yuna sambil mencebikan bibirnya.

Jeongin tersenyum tulus."Makasih."

Yuna menepuk pelan pundak kakaknya itu lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan dua anak Adam diruang keluarga.

Hyunjin memeluk tubuh kekasihnya sambil terus mengusap punggungnya. Ia berusaha memberikan kenyamanan untuk Jeongin.

"Makasih. Makasih karena udah nunggu aku selama ini. Makasih karena selalu ada buat aku. Makasih karena udah ngeyakinin aku untuk ngaku ke keluarga aku. Makasih karena selalu ada disisi aku."

"Apapun buat kamu."balas Hyunjin sambil mengusap surai hitam milik Jeongin.









***

Ini agak sensitif(?) aku berusaha buat menyampaikan kalau orangtua pasti bisa nerima apapun dan bagaimana pun anaknya. Mungkin cara dan waktunya beda-beda. Ada yang caranya kasar dan waktunya juga lama sampai butuh waktu bertahan-tahun. Tapi bagaimanapun pasti orangtua tetep sayang sama anaknya.

Maaf kalau banyak typo 🙏
Makasih buat yang baca cerita ini ❤️❤️

Oneshoot HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang