EPISODE 5: KUBUAT KAU MENGANGA

48 4 0
                                    

Saat tengah duduk-duduk manja di sebuah ayunan sambil bermain Mobile Legend, Entis tidak sengaja melihat sekumpulan anak laki-laki yang tengah memarahi sambil menertawkan seorang anak laki-laki lainnya. Anak itu duduk di pojok lapangan sambil menunduk ketakutan, sementara sekumpulan anak lainnya terus saja menghardik tanpa pengampunan.

Aksi tersebut berhasil membuat Entis berkaca-kaca matanya dan sedikit geram. Namun bukan karena merasa iba pada si anak laki-laki yang menjadi korban atau marah pada sekumpulan anak laki-laki yang berlaga seperti tuan-tuan pemilik hamba sahaya. Tidak, Entis sama sekali tak berniat untuk menolong si anak yang semakin terpojokkan itu. Menurutnya, itu adalah sebuah dinamika hidup yang harus dilalui tanpa ada campur tangan siapa pun. Si anak tersebut harus bangkit dari keterpurukannya sendiri agar kelak bisa membuktikan pada anak-anak yang saat ini membulinya. Bukankah lucu jika kelak si korban menjadi bos besar sedangkan anak-anak yang kerap membulinya hanya menjadi kacung atau seorang pecundang? Ya, drama seperti itu yang Entis harapkan.

Lalu mengapa Entis bersedih dan terlihat sedikit marah? Ah, Entis hanya teringat kenangan pahit yang sempat memuramkan masa kanak-kanaknya.

Dulu, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Entis sering dihina oleh teman-temannya karena tidak bisa main bola, atau lebih tepatnya tidak suka main bola. Setiap waktu istirahat tiba, Entis lebih memilih menghabiskan waktunya di perpustakaan, membaca komik One Piece yang dilapisi buku paket matematika atau IPA. Sehingga orang-orang tahunya Entis sedang belajar memahami rumus-rumus pelik, bukan membaca komik.

Karena pilihannya tersebut, Entis kerap dipanggil cewek oleh teman-teman lelakinya dalam setiap kesempatan. Di kelas, di toilet, di lapangan upacara, di jalanan setelah pulang sekolah dan di tempat-tempat spesifik lainnya. Dan puncaknya selalu terjadi saat jam olahraga tiba.

Entis pernah dikelilingi teman laki-lakinya di tengah lapang sambil ditertawakan. Beberapa anak bahkan sempat mengoper-oper tubuhnya seperti bola sampai Entis terjatuh dan merasakan sebuah tendangan yang mendarat di punggung dan lengan kanan. "Cewek cewek... cewek cewek... cewek cewek..." ujar mereka dengan nada antah-berantah dan penuh keriangan, seperti bocah yang baru mendapatkan hiburan.

Minggu berikutnya, Entis tak mau mengikuti kelas olahraga dan memilih mengurung diri di toilet sambil makan cilok, camilan favoritnya. Lalu setelah teman-temannya berhenti bermain bola, Entis memutuskan keluar toilet dan menemui teman-temannya yang saat itu tengah beristirahat di pinggir lapangan sambil meyedot minuman warna-warni di sebuah plastik bening.

"Hay, cewek," sapa seorang anak yang disusul gelak tawa anak-anak lainnya.

Dengan wajah tanpa rasa takut, Entis menghampiri dan berdiri tepat di hadapan mereka semua. Setelah itu ia membuka celana dan membuat mulut anak-anak di hadapannya menganga beberapa saat.

***

SIAPA YANG BODOH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang