Part 2

279 28 0
                                    

Permainan jungkat-jungkit yang berulang membuat aku muak. Kita berdua muak sampai jatuh sakit.

-Seesaw-

Hal pahit ketika kamu merasa hubungan yang sudah tidak bisa dipertahankan berusaha untuk dipertahankan. Bukankah itu sebuah paksaan? Tapi kenapa kamu masih sanggup menjalaninya?

Hariku seperti biasa. Pergi berangkat sekolah dan menunggu Aldo menjemputku. Aku tidak tahu mengapa semuanya terasa sama saja pada akhirnya? Tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang bisa membuatku nyaman pada hubungan ini, tidak seperti diawal dulu.

Aldo memang selalu membuatku ceria, tapi entah mengapa aku merasa dia tidak dengan hati melakukan itu, padahal aku tahu dia sangat mencintaku.

Suara klakson terdenar di depan rumahku. Bertanda Aldo sudah datang menjemput. Dengan sigap aku menghampirinya setelah pamit dengan orang tuaku.

Aku dan Aldo satu sekolah, tapi berbeda jurusan. Aku jurusan Mipa sedangkan Aldo jurusan Ips. Itu yang membuatku kadang suka cemburu karena Aldo selalu di kelilingi banyak wanita. Cantik tentu saja dan jangan lupakan kekasihku itu anak basket yang membuat aku semakin cemburu.

"Nanti aku basket, kamu duluan aja naik ojek online."

"Iya."

Tidak banyak yang aku bicarakan, bagiku Aldo sangat cuek. Tapi, entah kenapa aku nyaman dengan sikapnya yang menurutku lebih baik daripada lelaki yang banyak bicara.

Sesampainya di sekolah, aku jalan berdampingan dengan Aldo di koridor. Banyak mata yang memandang tidak suka ke arahku. Dari dulu hingga kini, tatapan mereka selalu meremehkanku. Aku memang tidak sempurna jika disandingkan dengan Aldo. Tapi, bukankah seharusnya mereka tahu jika kini aku kekasih Aldo atau aku harus memperjelas kepada mereka?

Awalnya Aku kira hanya seminggu atau dua minggu, setelah itu mereka akan berhenti menatapku dengan tajam. Namun hingga menjelang satu tahun hubunganku dengan Aldo, mereka masih menganggapku tidak pantas. Menyedihkan.

"Belajar yang rajin, jangan bikin masalah," ucapku kepada Aldo yang diangguki olehnya.

Aku tersenyum melihatnya pergi berlalu menuju kelas yang berjarak jauh dari kelasku. Aku mencintainya, sangat.

Sebenarnya hari ini Aldo ulang tahun. Aku ingin sekali memberikannya kejutan, kebetulan dia bilang basket. Jadi aku berniat untuk memberikan kejutan nanti setelah dia selesai latihan.

Semua murid berhambur keluar dari kelas dengan riang, bel pulang sudah berbunyi. Termasuk Aku yang sudah memesan ojek online. Tidak sabar untuk memberi kejutan untuk Aldo.

Aku tidak langsung pulang melainkan mampir ke toko kue untuk Aldo. Dengan senyum mengembang bak bolu kukus ini aku berjalan dengan kue di tanganku bersamaan dengan bahagia yang hampir puncak.

"Semoga dia suka," harapku saat keluar dari toko kue.

Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan diri. Memejamkan mata. Lelah juga setelah seharian beraktivitas membawaku larut dalam mimpi.

Sadarku terbangun dengan sentak. Aku melihat ke arah jam, untung saja masih jam empat sore. Aku langsung beranjak ke kamar mandi dan bersiap untuk memberikan kejutan untuk Aldo.

Sebelum aku ke lapangan tempat Aldo latihan, aku ingin memastikan terlebih dahulu apakah dia sudah selesai latihan.

Line

Aira

Nik, basket udah bubar?

Niko

Bentar lagi

Aira

oke, thanks

Niko

Read.

Aku langsung memesan ojek online ke tempat latihan. Aku lihat masih banyak anak basket yang sedang duduk berkumpul, basket cewek dengan basket cowok.

Niatku ingin menghampirinya dengan penuh kejutan, namun akulah yang di kejutkan. Senyumku luntur begitu saja. Kakiku terasa lemas dan kue yang aku bawa hampir saja jatuh. Ralat, sudah jatuh. Aku meremas pelan jemariku. Aku ingin menghampirinya, tapi kakiku enggan melangkah. Mataku mulai buram, aku tidak bisa melihat fokus ke depan.

Namun, bayangan Aldo bersama perempuan yang sangat aku kenal itu terlihat jelas di mataku.

Aku yang seharusnya ada di sana, bukan dia. Aku yang seharusnya memegang kue dan memeluk Aldo, bukan dia. Dan aku yang seharunya mendapat cium di kening, bukan dia.

Tapi mengapa justu aku yang seperti asing? Aku seperti penghancur. Padahal jelas aku di sini berstatus sebagai kekasih bukan orang ketiga. Air mataku sudah jatuh tidak terhitung, aku ingin pulang, tapi disisi lain aku ingin sekali menghampirinya? Hingga salah satu teman Aldo sadar akan kehadiranku. Dia memberitahu Aldo tentang keberadaanku.

Aldo menoleh dan melihatku dari tempat berdirinya. Dia melepaskan pelukannya kepada perempuan yang juga sahabatnya itu. Dia ingin menghampiriku, namun jauh sebelum itu aku sudah berlari menjauh.

Aku tidak ingin bertemu dengannya. Kecewa? Jelas saja. Aldo bilang wanita itu sahabatnya, tapi mengapa aku selalu cemburu melihatnya? Aldo bilang jika mereka tidak pernah saling mencintai, tapi mengapa aku merasa jika cinta Aldo lebih besar kepadanya?

Aldo berhasil menarik tanganku lebih cepat, sebelum aku sampai ke ojek online pesananku. Berulang kali dia menahan diriku untuk tidak pulang sendiri, hingga aku mengalah dan membatalkan ojek online pesananku.

"Kenapa nggak samperin aku?" Katanya sambil memelukku hangat. Aku tidak membalas pelukannya. Aku hanya diam. Jangankan untuk membalas, untuk bicara saja rasanya bibirku kelu.

"Untuk apa?" tanyaku tepat menatap bola matanya. Tatapanku sendu untuknya, aku terlanjur kecewa.

"Kejutan buat aku?"

Aku menggeleng pelan, "Nggak ada."

Aldo mengernyit bingung, "Terus, kue tadi?"

"Bukan apa-apa, anggap aja nggak ada," ucapku dengan cepat. Aku hanya ingin pulang sekarang. Aku ingin melampiaskan emosiku yang hampir meledak ini. Tolong jangan katakan apapun lagi.

"Ra."

"Do, udah berapa kali aku bilang? Kalian saling mencintai, kenapa sih kamu nggak pernah percaya sama aku?"

"Ra."

"Aku capek Do, aku selalu diabaikan, aku capek. Kita break."

"Oke."

Oke, kamu tidak ingin memperjuangkan aku? Berarti kita sama-sama muak dan bosan. Mari akhiri Do.

Bersambung...

Seesaw

1 || Seesaw ( Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang