Part 4

190 26 0
                                    

Jika pertengkaran itu bentuk cinta, apa aku perlu mengulanginya? Terus membuat masalah yang sama, seperti yang kamu mau.

­-Seesaw-

Aku dan Aldo kini duduk di ruang tamu rumahku, tidak ada siapapun di rumah. Mama sedang pergi ke acara arisan dan papa kerja. Aku anak kedua, kakakku sudah menikah. Dan tinggal aku saja di rumah.

Aku dan Aldo kini sedang menyaksikan drama korea, awalnya Aldo menolak namun aku memaksanya. Aku tidak peduli jika dia marah ataupun bad mood karena aku. Tapi aku tahu dia tidak seperti itu.

Aku tersenyum ketika melihat wajahnya yang cemberut karena pemeran utama sedang melakukan adegan ciuman.

"Kenapa? Mau?" kataku menggodanya, dia masih cemberut dan mengangguk.

"Nggak boleh, dosa tau," kataku yang semakin membuatnya cemberut.

"Pacaran juga dosa kan?" katanya yang ku angguki.

"Ya udah nggak usah pacaran, yuk," kataku yang langsung dibalas gelengan oleh Aldo. Ya Tuhan, kenapa aku sangat mencintai dia.

Aku tahu Aldo bosan dengan kegiatan kita yang hanya menonton drama, tapi dia menunjukan ke aku kalau itu adalah hal menyenangkan.

"Do," Panggilku kepada Aldo, dia melirikku sekilas kemudian menjawab, "Apa?"

"Kamu cinta aku nggak sih?"

Aldo yang tadinya menaruh wajah di atas meja, dengan sigap langsung menatapku horror.

"Kamu ragu?" katanya yang tidak terima dengan pertanyaanku, kalau memang dia tidak merasa kenapa harus marah?

Aku menggeleng pelan, "Aku cuma tanya, kenapa kamu marah?"

Tatapan yang awalnya sangat tajam, kini kian mereda dan menatapku lembut, tetapi guratan kesal itu masih terlihat di wajahnya.

"Aku nggak marah, aku cuma nanya. Kamu ragu?"

Aku tidak menjawab, aku bingung ingin menjawab apa. Aku bukannya ragu hanya saja, aku ingin mendengarnya mengatakan cinta.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang cinta ke aku?" Bodoh, bukan itu kalimat itu yang seharusnya keluar. Sial.

"Aira."

"Maaf, maaf Do aku-."

"Kamu ingin diperlakukan sama seperti drama yang tadi kita lihat?"

Aku menggeleng. Bukan. Aldo salah paham, bukan itu yang aku mau. Aku hanya ingin mendengar kata cinta dari bibirnya, hanya itu. Tidak lebih.

"Lalu? Kenapa pertanyaan spontan itu tiba-tiba keluar dari bibirmu?"

Aku menggeleng untuk kesekian kalinya, aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan, mengapa aku bisa mengutarakan hal yang fatal seperti itu.

"Apa perlu aku ulangi?"

"Apa?"

Mengapa seperti ini? aku tidak ingin berakhir dengan pertengkaran atau kesalahpahaman. Aku hanya ingin mendengar hal yang menurutku indah.

"Sepertinya tidak."

Aku menatapnya, dia balas menatapku. Aku ingin mencari diriku di dalam dirinya, tapi aku tidak menemukan itu. Aku tidak menemukan apapun, bahkan bayanganku. Semuanya kosong, siapa aku baginya?

"Kamu nggak cinta sama aku?"

Yah, memang itu yang sebenarnya. Tidak ada cinta yang Aldo beri untukku, mungkin semua hanya mainan. Mengapa menjadi seperti ini?

"Ngaco kamu."

"Do, aku serius. Buktinya-"

"Apa selama ini belum cukup?"

"Apa? Apa yang kamu kasih? Bukannya selama ini kamu selalu ikat aku?"

Sudah cukup, ini sudah tidak sehat, kenapa kita malah bertengkar? Bukan itu, bukan.

"Kamu milikku Ra."

"Lalu, bagaimana dengan kamu? Kamu milik siapa? Aku atau Kania?"

Aku sudah gelap mata, aku sudah lelah melihat bayangan Kania di matanya. Apa baginya aku hanya sebuah pelampiasan karena dia tidak bisa memiliki Kania?

"Aira, listen to me."

"Berapa kali lagi? Nggak ada yang perlu dijelasin di antara kita Do. Apa yang harus dituntaskan? Semua akan sama ujungnya, berantem."

Bersambung...

Seesaw

1 || Seesaw ( Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang