[03] Tenggang Waktu

818 136 20
                                    

Sementara keadaan di sekitar sibuk menghasilkan bebunyian antar dua benda bertabrakan, dua matamu fokus terpancang pada deretan kalimat terbungkus oleh benda berisi beratus lapis kertas dijadikan satu yang dua sisinya disanggah oleh kedua tanganmu. Bagi beberapa pihak yang mengenalmu, adalah bukan hal asing mendapati kamu sebegitu fokus hanya karena sebuah buku.

Apalagi bacaan kamu kali ini benar-benar kurang ajar. Maksudnya, kelewat sukses menyita waktumu terhadap aktivitas realita sampai di sela membaca, hati dan benakmu sempat-sempatnya memaki betapa kamu menikmati tiap jengkal cipta si pemilik karya. Keajaiban dunia, mengapa kamu baru menemuiku sekarang? Begitu kira-kira kamu menyayangkan saat berpapasan di bagian pembunuhnya.

Itulah kamu, terkadang hiperbolis untuk sesuatu yang disukai.

Saking menghanyutkannya, kamu tidak peka akan kehadiran seseorang bersama nampan di tangan. Setelah tiba, orang tersebut serta-merta menyorotimu dengan atensi seolah tidak habis pikir lagi akan tingkah dari rutinitas biasamu ini.

"Hei!"

Gerakan hendak membalik halaman guna mengetahui kelanjutan gagal total akibat bukumu telah ditarik hingga lenyap dari gengamanmu. Kamu mencebik tidak suka tatkala si pelaku, yang di mana ini adalah Jung Hoseok, menggoyang bukumu di depan mukanya. "Sebelum makanan habis, bukumu kusita terlebih dahulu." Usai berkata demikian, dia letakan bukumu di sisi kiri kemudian segera tempatkan satu porsi makanan dan minuman di depanmu. "Harusnya kamu beri waktu dirimu sendiri untuk istirahat dan penuhi asupan seperti halnya siklus hidup manusia, terlepas seberapa cinta kamu pada apa pun, termasuk kegiatanmu itu."

Ingin menyumbang protes, tetapi yang Hoseok bilang dan lakukan benar adanya. Jika Hoseok tidak menyeretmu ke sini, meski kamu tak lepas juga dari benda itu, maka terlecehkan sudah segala hal bernama nutrisi. Dan kalau dikenang kembali, kapan terakhir kamu isi lambungmu hari ini, selain dengan beberapa gelas air mineral serta permen penyegar?

"Kenapa beli yang instan?" tanyamu saat suatu presesnsi menyeruak ke rongga penglihat.

Hoseok balik bertanya, "Apanya?"

"Ini." Kamu mengangkat sekotak jus apel berukuran sejengkal yang mulanya berdampingan sebotol air mineral.

"Ah," Hoseok mendesah paham. "Kalau beli yang asli, kulihat apelnya sudah tidak segar. Penyot sana-sini. Jadi, buat apa?"

Masuk akal, tapi tidak begitu etis untuk jadi alasan juga. "Apa bedanya dengan yang di dalam kemasan ini? Memang bisa jamin, kalau apel yang dipakai itu semuanya masih dalam keadaan segar?"

"Tapi setidaknya, kita tidak melihat langsung seperti apa keadaan apel yang dipakai. Jadi, ya, lebih baik yang instan. Nah, lain lagi jika apelnya produksi dari kebun buah keluargaku." Semisal ditanya, kapan kalanya kamu jengkel terhadap sesuatu tentang Jung Hoseok? Maka jawabannya ialah, apa yang pemuda itu lakukan waktu ini; Hoseok mengedik lalu cekakakan masa bodoh. Namun, detik lanjut, kamu mesti menelan pasokan argumenmu karena Hoseok telah mendekte, "Mari berhenti mengobrol, dan silakan makan ... atau bukumu tidak akan pernah kembali."

Lantaran ancaman dilayangkan pada buku tersayang, kamu mulai mengambil satu set makan siang-padahal hari sudah hampir menyapa senja-lalu menyuap sedikit demi sedikit karbohidrat diseimbangi panganan lainnya. Atas keputusan tersebut, kamu tangkap seberkas senyum lega di bibir yang punya setitik hiasan berwarna hitam di atasnya. Entah sejak kapan lensa matamu selalu suka memotret atribut terkecil Hoseok secara detail. Tahi lalat di bibir atas, bentuk hati ketika tertawa atau tersenyum, dan dua lesung pipit di ujung bibir adalah hal ke sekian yang kamu ketahui.

Lama, lama dan lama, kamu gali memori yang punya relevansi dengan Jung Hoseok, membikin kamu teringat sudah berapa waktu yang dihabiskan hingga kalian seakrab ini. Empat bulan atau lebih, mungkin. Meskipun sedemikian dekatnya interaksi yang kalian bangun, tetap saja tidak mengubah realitas, bahwa status kalian masih stagnan dalam lingkaran saling mengenal atau sebut saja tetangga.

Karena, ya, kamu bahkan belum beri jawaban akuratnya.

"Hoseok?" panggilmu, dan cepat kamu ambil atensi kecokelatan Hoseok. Ini hebat, Hoseok memiliki aset yang mendukung idiosinkrasinya. Selepas Hoseok bergumam tanda tunggui kelanjutan, kamu sambung kalimatmu, "Kamu bilang, jawabanku tidak ada tenggangnya, 'kan?"

Pembahasan yang sangat khatam di kognisi Hoseok. Oleh karena itu, dia tidak butuh mengulur waktu guna berpikir maknanya. Alhasil, Hoseok mengangguk anteng. "Benar."

Kamu menaruh sumpit di sisi kanan nampanmu, arkian menyembahkan Hoseok sirat keseriusan. "Kalau begitu, kuputuskan tenggangnya hari ini." Kamu mengambil napas sekilas. "Aku akan menjawabnya, hari ini."

Sekonyong-konyong dua indera penglihat Hoseok membeliak, seakan tragedi besar baru ia saksikan. "Serius?"

"Hm."

Memang sudah waktunya kamu beri jawaban atas perasaan Hoseok, bukan? Lagi pula, mau berapa lama lagi perasaan Hoseok mesti tergantung lantaran tunggui jawaban kamu yang tidak punya titik terang secara pasti. Kamu baru terpikir, akan perkara ini harusnya segera dituntaskan sedari awal. Biar jikalau kamu beri opsi terburuk, maka Hoseok dapat segera temukan wanita lain-biar kamu yakin dia lebih berpotensi ditemukan-bukan dengan memanjakan atau limpahi perhatian kepada seseorang yang bahkan tidak beri kejelasan terhadap status kalian.

"Tunggu sebentar," Hoseok menyela gelagapan. Minta waktu guna persiapkan diri. Sama halnya kamu, dia sisihkan sumpit. Meraih botol mineral lalu menegaknya dua kali. Dia berdeham, menelan ludah, dan berujar, "Baiklah. Aku siap mendengarkan."

Kamu yang sedari memindahi gelagat selama Hoseok bersiap lantas mengambil napas teramat panjang kemudian mengerjap lambat.

"Aku juga suka kamu."[]

Jung Hoseok:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Hoseok:

Jangan lupa makan malam.

Bukunya sisihkan dulu. Oke, sayang?

Hehe.

Oh iya, coba keluar sebentar. Ada sekantong apel di pagar kamu.

ENDING SCENE: Appleseok's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang