[18] Ayam

369 11 0
                                    

Laki laki itu menatap kosong ke arah es teh manis di hadapannya yang masih tersisa setengah gelas.

Pikirannya terbang melayang entah kemana. Sakha kembali memikirkan apa yang harus menjadi keputusannya kelak.

Di satu sisi Sakha tidak mungkin tinggal sendirian di Jakarta tanpa orang tua.

Dan di sisi lain, Sakha tidak ingin pindah sekolah juga meninggalkan Rayka dan teman teman. Apalagi semalam ia sudah berjanji dengan Rayka akan menemaninya dan tidak akan meninggalkannya.

Sakha merasa bahwa ia tidak bisa tanpa Rayka. Seperti pagi ini contohnya, jika tidak dengan Rayka mungkin Sakha tidak akan tertawa selepas itu.

Ia bahkan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ayahnya meminta keputusannya sebelum ujian akhir semester yang tinggal dua minggu lagi.

Sungguh Sakha merasa bahwa ia lebih nyaman tinggal di Jakarta.

"Bro!" panggil Ardyano tiba tiba menyadarkan Sakha dari lamunannya.

"Gue lihat ayam kakek gue waktu itu bengong terus mati," canda Ardyano sambil menyuap nasi uduknya yang hampir habis.

Sakha hanya menemani Ardyano di kantin. Karena Sakha sudah makan bekal yang dibawakan Bundanya tadi pagi.

"Ah apaan sih lo. Gak lo gak Rayka, kalo lihat gue bengong langsung deh nyama nyamain gue sama ayam" tukas Sakha.

"Hahahaha.. Ya makanya jangan bengong lah Bro! Emang mikirin apaan sih? Gak cerita cerita nih." Ardyano menyikut Sakha.

Sakha menatap Ardyano sekilas. "Lo jangan bilang siapapun dulu tentang ini." Ucap Sakha.

"Kenapa? Lo di suru ngedarin sabu sabu? Wah gila sih, gak bagi bagi job lo!" sahut Ardyano konyol.

"Anjir, gue serius kampret!" Omel Sakha.

"Iya iya, gue gak akan bilang ke siapa siapa" Ardyano memasang raut wajah serius yang tak pernah cocok dengan kelakuannya sejauh ini.

"Bokap gue di pindahin ke kantor cabang di Surabaya. Gue sekeluarga harus ikut pindah," jelas Sakha.

Ardyano manggut manggut.

"Jadi lo mau jualan sabu nya di Surabaya? Gak apa apa Bro! Di sana daya belinya tinggi," Komentar Ardyano.

Sakha menatap Ardyano kesal. Sahabat nya yang satu itu terkenal Error nya.

"Bodoamat Ano Ano!" Sakha memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Jadi lo mau pindah?" tanya Ardyano setelah puas menertawakan raut wajah kesal milik Sakha.

"Bokap gue sih ngasih pilihan. Antara ikut pindah sama stay di Jakarta tapi berdua sama Bi Minah doang," jelas Sakha.

"Hmm, jadi apa keputusan lo?" tanya Ardyano kemudian.

Sakha menggedikkan bahunya. "Gak tahu, gue belum bisa ambil keputusan" Sakha menatap lurus.

"Rayka udah tahu tentang ini?" tanya Ardyano lagi.

Sakha menggeleng pelan, "Belum"

"Kenapa?"

"Dia juga lagi ada masalah keluarga, gue gak enak ngasih tahu ke dia nya. Dia pasti bakalan sedih. Lo kayak gak tahu cewek aja sih, mood nya kan gak bisa di tebak" jelas Sakha.

Ardyano manggut manggut lagi.

"Tapi lo harus tetap cerita ke Rayka. Cepat atau lambat dia bakalan tahu." saran Ardyano.

"Iya, nanti juga akan gue kasih tahu. Gue tunggu waktunya tapi mungkin gak sekarang." Sakha menatap Ardyano sendu.

"Rencananya lo kapan pindah?" Ardyano menopang dagunya.

AKSENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang