[37] Salah Siapa?

282 11 0
                                    

Sudah siap baca part ini? Yakin?

Oke kalau gitu jangan lupa VOTE part ini👇

Happy reading guys..

🌷🌷🌷

"Sebentar.." Anjani membuka retsleting tas nya, dan mengeluarkan sebuah buku diary, kemudian memberikan buku diary itu pada Sakha.

"Ini, ambil dan baca sendiri" Anjani menyodorkan buku itu pada Sakha, dagunya menunjuk ke arah buku tersebut yang kali ini sudah Sakha terima dengan kedua tangannya.

"Apa ini, tante?"

"Itu Diary nya Rayka, tadi gak sengaja kebawa sama Tante pas Tante ngambil baju Rayka di rumah" Jelas Anjani.

Sakha termangu dalam pijakannya. Memandang ragu kepada buku diary milik sahabatnya yang paling ia cintai itu.

Apa berhak untuk gue, baca diary Rayka?

"Apa Rayka gak akan marah kalau tahu diary nya ada sama Sakha?" Tanya Sakha hati hati sekali.

Anjani tersenyum, "Bukannya kamu harus tahu yang sebenarnya kan? Jadi apa itu salah? Tenang aja Sakha, Tante yang akan urus semuanya. Rayka gak akan marah deh" ujar Anjani sambil menepuk bahu Sakha.

"Iya, Tapi.."

"Sakha, jangan sampai kamu kehilangan cinta yang sebetulnya ingin kamu perjuangkan." Anjani menatap Sakha dengan penuh harap. Ada makna tersirat di dalam kalimat Anjani barusan. Dan Sakha sedang berusaha untuk mencernanya, menelaahnya.

"Tante cuma gak mau Rayka bernasib sama kayak Tante, harus pisah sama Papanya." Tambah Anjani.

"Apalagi sekarang Ehan, sepupunya yang paling dekat sama Rayka juga akan pindah ke Malaysia.." Anjani menarik nafas panjang. "Rasa rasanya tante tahu alasan kenapa Rayka bisa ada di ruang rawat sekarang."

Sakha menatap Anjani, seolah memikirkan hal yang sama dengan Anjani.

"Maksud Tante, Rayka sedih karena semua orang yang dia sayang pergi dari dia, begitu?" Tanya Sakha memperjelas semuanya. Anjani mengangguk pelan.

"Mungkin kurang lebih seperti itu." Jawab Anjani.

Sakha terdiam, namun tidak dengan tangannya yang sibuk meremas jarinya sendiri.

"Tante gak tahu, kalau kamu sama Ehan udah betul betul pergi nanti, akan jadi seperti apa Rayka tanpa kalian berdua?" Anjani menunduk, menatap ujung kakinya sendiri.

"Maafin Sakha. Tapi Sakha pasti akan pulang ke Jakarta buat nemuin Rayka sama Tante juga, Sakha janji" Sakha menatap Anjani dengan air matanya yang siap mendesak keluar dari pelupuknya. Begitu pula dengan Anjani yang sudah tak mampu membendung kesedihannya.

"Maafin Sakha, Tante." Sakha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya lagi, tangisnya betul betul pecah dihadapan Anjani.

Tak peduli bagaimana orang lain melihatnya serapuh ini, Sakha hanya butuh untuk meluapkan seluruh isi hatinya, kekhawatirannya, kepedihannya, dan segala rasa bimbangnya untuk menerima ajakan Ayahnya pindah ke Surabaya.

Anjani melangkahkan kakinya mendekat ke arah Sakha, dan memeluk anak itu. Sejenak membagikan ketegaran yang tersisa di dalam dirinya, Anjani mengusap punggung Sakha beberapa kali.

"Maafin Sakha, Tante, Sakha udah nerima tawaran Ayah untuk pindah, Maafin Sakha," Sakha merasakan batinnya betul betul pedih kali ini. Semuanya bercampur di dalam hatinya, setiap hal yang selama ini Sakha pendam di dalam dirinya seorang, akhirnya kini dapat ia katakan pada seorang Anjani.

AKSENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang