12. My oppa

2.7K 277 12
                                    

Happy Reading!

"Ahahaha." Tawaku menggelegar hampir keseluruh antreo sekolah. Aku tidak peduli. Toh, sekarang kantin ini full dengan anak-anak dikelasku. Apalagi saat ini ada biang ribut kelas, Mingyu.

"Heh, Ryujin anaknya Bae Hyonhu! Belikan aku kerupuk dikantin."

Ryujin menatap Mingyu dengan kesal, "Hei, Mingyu anaknya Kim Junsae! Aku tidak ada mengatakan nama orangtuamu!" Balas Ryujin.

Jennie yang disampingku hanya memutar bola matanya. "Berhenti menyebut-nyebut nama orangtua! Atau tidak, kulempar kalian semua ke laut." Jennie bersuara, saking kesalnya.

"Diam kau, Kim Daejun!"

"Kim Junsae!" Balas Jennie menyebut nama orangtuanya.

Jennie justru semakin melotot kearah Mingyu. Mingyu ini selalu suka menyebut-nyebut nama orangtua, untuk informasi. Mingyu itu selalu berusaha mencari informasi mengenai orangtua dari seorang murid. Ia saja bela-belain dirinya untuk membuka sosial media demi mencari nama orangtua dari suatu murid. Vocab baru kalau katanya.

"Ahahahaha." Tawaku kembali menggelegar hingga Mingyu menatapku intens.

"Hm, kau..."

Aku menunjuk diriku, sambil mengernyitkan dahi. "Aku? Mwo?"

"Tinggal kau yang tidak kuketahui nama orangtuanya."

Aku hanya membalas perkataan Mingyu dengan senyum paksa. Kuharap dia tidak mengorek-ngorek informasi tentang orangtuaku. Kalau iya, dia pasti akan membeberkan ini itu. Dan yah, aku tidak mau dibully anak pungut.

"Cari tahu saja sendiri!" Kataku, dan menjulurkan lidahku.

Oh iya, sekarang sedang jamkos. Makanya kami santai daritadi. Guru tidak menitipkan tugas apapun. Tapi baguslah, aku tidak perlu capek-capek menulis dan menghabiskan tinta pena. Biasanya, tugas karena jamkos tidak akan dinilai, yakinlah.

Bunyi ringtone handphoneku membuatku menoleh. Aku melihat siapa yang menelpon. Yaitu, Jungkook.

"Yeoboseyo?" Sapaku terlebih dahulu.

"Aku jemput kau."

"Eh, Jungk—ahm, maksudku Kuki, aku tidak perlu dijemput. Lagian ini masih disekolah. Bagaimana, sih?"

"Pokoknya aku ingin menjemputmu. Keluar. Kita harus pergi ke suatu tempat."

"Eoh? Baiklah."

Tut.

Aku menutup teleponku. Lalu mereka semua—Ryujin, Jennie, Mingyu, dan June—menatapku. "Rose, ada apa?" Tanya Ryujin penasaran.

"Ahm—ehm, aku harus pulang."

"Hah?!" Mereka berempat terkejut secara bersamaan.

"Hm, tunggu." Ryujin memegang bahuku sebelum aku mengambil tasku yang berada dikelas, "Kuki itu siapa?"

Deg

Aku terdiam ditempat. Astaga, astaga, astaga. Aku ingin mati. "Ah—ehm, panggilan khususku kepada oppa-ku, ah iya, oppa-ku," ujarku terbata-bata dan tersenyum kikuk.

Ryujin menatapku heran. Ah, tolonglah percaya, Ryujin! Aku sedang tidak ingin berdebat. "Sepertinya oppa-mu tidak ada di Korea, Park Chaeyoung."

Memang. Aku juga tidak punya oppa, pleaseu.

"Ah, iya." Aku menggaruk-garuk tengkukku yang tidak gatal, "Sepupu. Ah, sudahlah, Ryujin. Aku ingin pulang. Bhay!" Kataku, dan berlari pergi menuju pintu keluar.

Milky Way | Rosekook [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang