Call You Mine

40.6K 2K 272
                                    

Yang paling menakutkan
Dari kepergianmu ini adalah..

Aku tak pernah bisa berhenti mencintaimu
di kala kau sudah bisa pelan-pelan melupakan aku.

****

"Anu..."

"ANU APA?!"

"Itu..."

"ITUNYA SIAPA?!"

Aduh kayaknya gue serba salah deh mau ngomong apaan juga. Tapi emang pada dasarnya gue yang salah sih. Kok bisa-bisanya gue lupa gak pake cincin itu lagi?! Sekarang gue harus gimana nih? Istri gue udah terlanjur kesurupan knalpot. Udah gak bisa dijinakin lagi.

"Kali ini alasan kamu apa lagi?"

"Ngg... itu, aku tadi nyuci piring, terus ak..."

"NYUCI PIRING AJA TERUS APA GAK ADA ALASAN YANG LAIN?! EMANG GAK ADA YANG BISA KAMU SURUH BUAT GANTIIN KAMU NYUCI PIRING?! TERUS ITU ROMI KAMU BAYAR BUAT APA?! NYUCI PIRING TERUS EMANGNYA KAMU MAU TERNAK KUTU AIR HAH?!"

"..."

"Sekali lagi ketahuan itu cincin gak kamu pakai, aku suruh kamu telen bulet-bulet itu cincin!"

Gue langsung menelan ludah mendengar ancamannya barusan. Napasnya masih menderu, matanya masih menatap gue dengan perasaan kesal bercampur lelah terpampang nyata di kedua kantong matanya yang makin lama semakin menggelap. Meski sebenarnya gue tiap subuh pergi ke pasar buat cari bahan masakan, tapi di tiap gue pulang dari pasar, gue sudah menemukan istri gue diam di meja kerjanya dan mengerjakan kerjaannya.

Kami berdua sudah setahun lebih menikah, tapi alasan kami menikah tidak sesederhana karena cinta. Tidak. Bahkan kami tidak pernah kenal sebelumnya. Gue mengenal Twindy tepat di masa pertunangan kami. Alias, gue kenalan sama calon istri gue pas gue tunangan sama dia. Nah loh pusing kan lo? Gimana gue. Kawin sama orang yang gak gue kenal. 

Gue akui dia memang cakep sih. Gue kira saat itu gue lagi dapet doorprize dari Tuhan. Itung-itung undian berhadiah. Dari bungkus luarnya sih cakep luar biasa, tapi waktu gue unboxing, ternyata dalemnya beeeuuuuhhh... serem banget kaya sopir mobil jenazah.

Dan kalian tau yang lebih parahnya? Kami tidak pernah punya malam pertama. Iya. You read it right. We never had sex before. Selain takut, gue juga sangat menghormati Twindy. Keadaan brengsek dulu yang membuat kami harus menikah memaksa Twindy mau tidak mau harus menerima gue sebagai suaminya. Tentu bisa kalian bayangkan, Twindy yang pintar, tidak terkalahkan, alpha female, tidak butuh pria sama sekali itu, sekarang harus dipaksa hidup serumah sama orang yang mukanya gak lebih ganteng dari ember tinju.

Di kamar kami pun kasurnya double bed terpisah. Gue memang satu kamar dengan Twindy, tapi gue tidak pernah tidur berdua dengannya. Kami selalu tidur terpisah. Bagaimana hari-hari pertama gue setelah menikah dengan Twindy? Wah jangan ditanya deh. Dia bahkan pernah marah hebat sama gue dan berakhir gue tidur di bath tub kamar mandi. Bangun-bangun tulang rusuk gue ilang empat.

Setahun kami menikah, lambat laun Twindy mulai menerima gue sebagai suaminya. Meski gue tau sebenarnya dia melakukan itu dengan alasan mau tidak mau. Sewaktu melihat Twindy sibuk mengurusi kerjaannya hingga menjelang subuh, gue selalu membuatkan Coffee Protein Smoothie untuk menjaga agar staminannya tetap penuh, juga kafein dari Coffee membuat matanya tetap terjaga. Tapi tak ayal minuman itu tidak disentuhnya sama sekali hingga ia pergi bekerja ke kantor. Kenapa gue tau? Ya karena gue juga tidak tidur.

K U D A S A IWhere stories live. Discover now