EPS. 5

10.5K 311 14
                                    

#Officehouraffair

#Selingkuhdijamkerja

#OHA

Eps 6

21+

Mohon kebijakannya bagi pembaca dibawah umur untuk tidak membaca cerita ini, terima kasih sebelumnya.

Vote dulu baru baca boleh ya ?!

*

LANA

FLASHBACK

Aku cepat - cepat masuk mobil dan membanting pintunya hingga menutup, menghalau deras air hujan di luar. Rambut dan bajuku basah kuyup, aku melirik Pak Arfan disebelahku yang sepertinya sama basahnya. Tetesan air jatuh dari ujung rambutnya menetes ke hidungnya yang mancung, sementara itu sebelah tangannya sibuk mengusap-usap rambutnya yang basah. Usaha yang sia-sia sebenarnya karena kami berdua hampir basah kuyup.

"Lan, kamu ... ," ia menoleh kearahku. Kata- katanya terhenti tiba- tiba di udara ....

"Iya?" Aku mengikuti arah pandangannya dan menatap kemejaku sendiri. Sh*t! Kemejanya mungkin bukan kemeja putih, warnanya memang light blue, tapi kamisol berenda yang didalamnya tercetak jelas menonjolkan lekuk dadaku.

Arfan langsung cepat - cepat menolehkan kepala ke kursi belakang Innova nya, tangannya mencari - cari sesuatu. Ia mengulurkan sebuah jaket berwarna hitam padaku. "Pakai ini dulu, Lan! Dingin ntar, soalnya aku nggak bisa matiin AC. Takut kacanya ngembun."

"I ... iya, Pak." Gagapku karena malu. Segera kuambil jaketnya dan kukenakan menutupi tubuhku, samar - samar tercium keharuman cedarwood dan patchouli dari Gucci Guilty miliknya. Aku menoleh menatap Arfan yang sedang menyalakan mobil dan mulai menjalankan mobil keluar dari parkiran resto tempat saji.

"Padahal tadi cuaca terang benderang, tiba - tiba hujan deras kayak gini." Dahinya berkerut saat ia berkonsentrasi memandang jalanan di depan, hujan turun cukup deras, sehingga mengakibatkan pendeknya jarak pandang. "Kos an kamu masih di Adiyaksa kan? Yang kosan putih bertingkat?" Ia bertanya padaku.

"Iya Pak." Aku bertanya - tanya dalam hati bagaimana caranya Arfan bisa tahu tempat tinggal ku.

"Semoga nggak mati lampu ya, kamu kan penakut." Ia melirik kearahku sambil tersenyum.

Entah ini pengaruh hujan dan penerangan yang remang - remang didalam mobil ini, senyum lembutnya tadi membuat jantungku berdebar kencang seolah habis disuruh lari keliling Lapangan Karebosi. Haduh dalam sehari ini sudah berkali - kali jantungku dibuat berdebar oleh Arfan. Tanpa sadar tanganku bergerak mengusap - usap dadaku menghentikan debaran jantungku yang semakin menggila.

Tidak sampai 10 menit, kami sudah sampai didepan kosanku. Ketika aku akan turun membuka pintu gerbang kosanku, Arfan mencegahnya. Ia yang turun kedepan membuka pagar, menghentikan mobilnya tepat didepan pintu kosku.

"Makasih Pak," kataku lagi.

Baru saja aku hendak melepas jaketnya, Arfan melarangku. "Nggak usah, pake aja dulu," katanya masih dengan senyum lembutnya yang misterius.

"Eh tapi Bapak?" Protesku cepat.

"Lan, aku kan laki. Udah dari sananya daya tahan tubuhnya lebih baik dari cewek." Ia tak mengindahkan protesku, "udah cepetan masuk, istirahat. Udah malem." Wajah yang biasanya selalu serius dan sinis itu malam ini tidak nampak, entah hilang kemana, berganti dengan wajah tampan dengan senyum lembut dan matanya yang entah kenapa terlihat sendu. Semoga saja ini hanya efek suasana hujan dan cahaya remang-remang yang menelusup ke dalam mobil.

"Baik Pak, terima kasih. Hati-hati dijalan," aku segera menuruni mobil dan membanting pintunya sebelum Arfan sempat membalas ucapanku. Aku harus segera keluar dari mobil, demi menenangkan debaran jantungku yang makin tak terkendali. Bahkan dinginnya cuaca saat ini tak bisa mendinginkan sesuatu yang mulai menghangat di hatiku.
Damn it, Lana! Dia punya istri.

Office Hours Affair (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang