Chapter 4 : Hug and Awkward

15 2 4
                                    

Seseorang memarkirkan motor di halaman sebuah rumah dengan arsitektur apik yang bernuansakan putih. Ia turun lalu mengambil sesuatu dari kotak "Pesan Antar" yang ada di bagian belakang motornya.

"Pesanan Anda, Tuan!" ucap pria pengantar pesanan setelah menekan tombol bel.

Tak menunggu lama, sang pemilik rumah membuka pintu. Ia lalu berdeham, sengaja menyadarkan si pengantar pesanan yang sedari tadi ternganga melihat rumahnya.

"Ah, maafkan sa--
J-Jimin hyung?" ujar si pengantar pesanan.

"Oh, Kim Taehyung! Kau yang mengantar pesananku?" seru Park Jimin, sang pemilik rumah.

"Iya, Hyung. Ini pesanannya." jawab Taehyung sambil memberikan sesuatu yang ada di tangannya dengan ramah.

"Terimakasih."

"Ternyata hyung ini benar-benar seorang arsitek yang hebat." ucap Taehyung yang masih belum berhenti terkagum oleh arsitektur rumah Park Jimin.

"Haha. Kau ini."

Taehyung bekerja di sebuah Cafe favorit Jimin. Cafe itu cukup terkenal dengan cita rasa kopinya yang khas. Setiap satu pekan sekali Jimin selalu mengunjungi Cafe itu. Dan itulah mengapa mereka terlihat sangat akrab.

"Diluar dingin, kau tidak mengenakan mantelmu?" tanya Jimin yang baru menyadari bahwa pemuda di depannya itu hanya mengenakan kaos panjang.

Eh? Dingin?

"Ah i-iya. Aku lupa meninggalkannya di Cafe tadi. Padahal ini musim dingin." jawab Taehyung sambil menggosokkan kedua tangannya seolah kedinginan.

Hm, pemuda itu hanya berpura-pura. Apa kalian lupa? Taehyung bukanlah seorang manusia lagi sekarang. Jadi ia tidak dapat merasakan apa-apa lagi. Dan ia bukan melupakan mantelnya namun ia memang tidak membutuhkannya.

Tunggu. Tapi bagaimana dia bisa hidup kembali?

Baiklah aku ceritakan. Saat setelah menyadari kematiannya di ruang ICU itu, ia bertemu dengan sesosok misterius berjubah hitam. Dibawalah Taehyung ke sebuah portal yang dalam waktu sekejap membawa mereka ke suatu tempat.

Di tempat itu tiba-tiba Taehyung tidak dapat melihat apapun. Tubuhnya bergetar hebat. Tangannya terangkat menutupi telinganya yang dipenuhi kebisingan. Hingga akhirnya ia merasakan tubuhnya terdorong kuat, sangat kuat.

Baru beberapa saat setelah itu ia ditemukan lemas di tepi jalanan kecil yang tidak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.

"Kalau begitu pakai saja mantelku." ujar Jimin setelah kembali dari mengambil mantelnya di dalam. Dan diberikannya kain tebal itu kepada Taehyung.

"Terimakasih, Hyung. Baiklah aku harus melanjutkan pekerjaanku lagi."

Taehyung kembali menuju motornya setelah berpamitan dengan Jimin. Tangannya merogoh saku celananya mencari kunci. Setelah berhasil diraihnya, segera ia nyalakan motornya dan mulai turun ke jalan.

× × ×

Seminggu yang lalu Yo Hyeri telah membuat Maera dihindari oleh teman sekelasnya. Sejak hari itu hingga hari ini pun sebutan "gadis penggoda" untuk Maera masih melekat pada pikiran teman-temannya.

Mungkin gadis itu terlihat tidak peduli. Selama ini Maera pun tetap diam. Meskipun begitu bukan berarti ia tidak peduli.

Ingin melawan tapi tak ada pembela, pun tidak akan ada yang percaya dengan gadis pendiam yang tak memiliki satu pun teman di sekolahnya.

Ia tampak tenang, tapi sebenarnya pikirannya sangat kacau. Mana ada orang yang mau bertahan dengan image buruk terhadap dirinya?

"Ibu.." lirih Maera menaruh kepala di atas kedua tangannya yang sedari tadi menempel di daun jendela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE TRUTH UNTOLD; kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang