Tengah malam disertai hujan deras melanda kota Jakarta, Elsa menyibakkan selimut tebalnya dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Gadis itu tengah memandangi hujan dan menikmati sensasi dingin. Tangannya terulur bebas terkena air hujan, dengan begitu ia sangat menikmati.
Itu salah satu kebiasaan Elsa dikala turun hujan tengah malam, memang gadis aneh disaat udara dingin seperti ini justru ia bermain air yang menurut gadis itu menyejukkan pikirannya.
Elsa memejamkan mata saat semilir angin menerpa tubuhnya membuat siapapun menggigil dan memilih bergelut di selimut tebal. Tapi tidak dengan Elsa justru, gadis itu memilih diam dan memejamkan matanya.
Penat. Yang dirasa Elsa setelah duduk lama berdiam diri. Gadis itu kini memilih masuk ke dalam dan menyalakan ponselnya, ide jahil diwaktu yang tidak tepat ini tiba-tiba muncul begitu saja. Elsa mencari kontak nama dan ditelfonnya padahal tidak ada kepentingan apapun.
Belum ada jawaban dari sebrang, namun gadis itu tetap tampak semangat mengganggu jam tidur orang. Bibirnya tersenyum, kala ia membayangkan wajah jengkel nan kesal orang itu.
"Halo" yap. Sambungan Elsa terhubung setelah lama gadis itu menghubunginya berkali-kali tanpa henti. Akhirnya Elsa cekikikan sendiri mendengar balasan kesal dari sebrang.
"Cupu, jam segini tidur"
"Ini siapa?"
"Majikan lo" balas Elsa. Dapat dipastikan kalau yang diganggu adalah Parka jika menyangkut kata majikan.
"Sialan"
"Kalo nggak penting gak usah telfon"
"Tapi sayang"
"Lo--" lanjut Elsa terpotong ketika sambungan diputuskan sepihak.
Tut tut
"Bangke, belum juga selesai ngomong main matiin aja" kesal Elsa berbicara di depan ponselnya seakan itu adalah Parka.
Gadis itu meletakkan ponselnya di atas nakas dan merebahkan dirinya kembali. Ia berniat membalas rasa kesalnya ini kepada Parka, bisa dipastikan kalau Elsa besok akan mencaci maki cowok datar kalau perlu sekalian mencakar-cakar wajah tampan Parka.
Mendengus sebal Elsa memejamkan mata, dan kembali tidur.
***Tepat pukul 06.00 Parka melajukan motornya ke sekolah, berangkat diwaktu pagi ini sudah menjadi rutinitasnya karena memang ini juga tugasnya sebagai ketua osis yang berkewajibanan untuk menjaga kedisiplinan dan penegak aturan siswa siswi yang menjadi anggotanya.
Cowok itu memakirkan motornya setelah memasuki area parkiran sekolahnya, berjalan melewati koridor yang masih sepi dengan penampilan yang bisa dibilang sangat rapi untuk ukuran cowok. Memakai seragam lengkap mampu membuat pikiran orang bahwa dia anak yang rajin.
Parka meletakkan tasnya di bangku, dan kembali berjalan keluar kelas menuju ke ruang osis. Menyelesaikan sedikit tugasnya dan mengambil buku catatan masalah siswa siswi tak lupa membawa penggaris kayu. Tugas Parka kini berpatroli layaknya polisi mencari di mana kesalahan para anggotanya.
Waktu semakin siang dan sebentar lagi bel masuk, Parka sudah mendapat banyak anak yang tidak mematuhi aturan alhasil ia menegurnya dengan tegas. Seperti saat ini ia dan para teman satu organisasinya berdiri di lapangan menghukum anak-anak yang terlambat.
Mata Parka memincing kala ia melihat sosok gadis mungil berjalan dengan santainya di pinggir lapangan. Parka segera bergegas menghampiri dan mencegatnya sambil menepuk-nepukkan penggaris kayu di tangan kirinya. Seperti biasa rupa datar dan tatapan tajam menghunus manik coklat terang gadis di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELSA
Teen FictionBagi Elsa, si ketua osis di sekolahnya adalah permainan baru untuk ia mainkan, dengan sejuta tingkah usilnya membuat dirinya tertimpa hukuman yang bahkan menurut gadis itu sangatlah kecil. Tanpa disadari Elsa, bentuk dari kejahilannya dan hukuman ya...