Part 1

4.4K 172 41
                                    

Kicauan burung terdengar seiring dengan mentari pagi yang mulai naik ke permukaan. Seberkas cahaya yang masuk melalui cela-celah jendela, membuat seorang gadis yang masih dalam balutan selimut sedikit terusik. Ditambah lagi saat pintu kamarnya diketuk dengan keras.
"Dila ... bangun, Sayang. Sudah jam enam lewat, nanti kamu telat!" Teguran ini tidak asing bagi Dila. Karena sudah kebiasaan dirinya yang tidur lagi setelah subuhan membuat bundanya harus membangunkan dirinya hampir di setiap pagi, atau dia akan terlambat berangkat sekolah.

"Iya, Bun ... Dila udah bangun kok," jawabnya seraya membuka pintu.
"Iya, udah bangun kan karena Bunda yang bangunin. Sekarang cepat kamu mandi terus turun. Sarapannya udah mateng,"
"Siap, Bunda," balas Dila seraya menempelkan tangan kanannya di pelipis seperti orang memberi hormat. Bunda mengelus-elus rambut Dila sebelum akhirnya berlalu dari kamar Dila. Gadis itu lantas segera masuk ke dalam kamarnya untuk mandi.

Usai mandi dan sarapan, Dila berangkat sekolah dengan diantar oleh Bundanya.
"Bun, Dila masuk dulu ya. Bunda hati-hati bawa mobilnya, Assalamu'alaikum." Pamit Dila lalu mencium punggung tangan Bunda saat mereka sudah sampai di gerbang sekolah.
"Waalaikumussalam, Sayang ... kamu belajar yang rajin ya."

Dila mengangguk. Dia melambaikan tangannya ke arah bundanya yang mulai meninggalkan sekolah. Dila lantas bergegas masuk ke halaman Sekolah karena waktu telah menunjukkan hampir pukul 7. Selama perjalanan masuk ke kelas, petugas kebersihan dan satpam menyapa Dila. Gadis itu membalas sapaan mereka dengan senyum ramah.

Ya, gadis itu adalah Dila, nama panjangnya Fadhila Ayunda. Dia merupakan anak tunggal dari pasangan Adam dan Aisyah. Saat ini, Dila sudah duduk di bangku kelas 12. Tepatnya di IPA 1, kelas unggulan di SMA ini. Seperti anak kelas 12 pada umumnya, di masa-masa ini Dila disibukkan dengan banyak latihan ujian sekolah yang dijadwalkan silih berganti. Karenanya Dila tidak memiliki waktu untuk pacaran. Walaupun dikaruniai paras yang cantik dengan hidung mancung, mata bulat, bibir tipis serta pipi chubby hingga membuat banyak lelaki tertarik padanya, dia sekalipun tidak berniat pacaran.
Setiap kali ada yang bertanya kenapa dia tidak pacaran? Jawabannya akan selalu sama, pacaran tidak ada gunanya. Lebih pentingnya lagi, pacaran dilarang agama karena mendekati perbuatan zina.

Diriwayatkan dari Sahabat, Abu Hurairah radhiallahu anhu dalam salah satu hadist riwayat Muslim bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Telah ditetapkan atas anak adam bagiannya dari berzina dan ini suatu yang mesti terjadi. Zinanya kedua mata adalah dengan memandang, zinanya kedua telinga adalah dengan mendengar, zinanya lisan adalah dengan berbicara, zinanya tangan adalah dengan meraba (menyentuh), zinanya kaki adalah dengan melangkah dan zinanya hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan, kemudian kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mendustakannya."

Dila melangkahkan kakinya ke dalam kelas tepat saat bel masuk berbunyi. Gadis itu menghela nafas lega karena dia hampir saja terlambat. Dia lantas tersenyum kemudian mengucapkan salam.
"Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussalam. Duh, Dil ... aku kira kamu telat tadi. Tumben banget berangkatnya mepet," ujar salah satu teman Dila ketika dia sudah duduk di bangkunya.
"Biasalah, Sri. Habis subuhan tidur lagi jadi bangunnya telat dikit." Dila menjawab seadanya.

"Oh, aku juga kadang gitu. Btw, besok pergi ke pengajian Ustadzah Syifa, yuk," ujar Sri seraya menutup buku yang ada dihadapannya.

"Yuklah ... aku juga sekalian mau ketemu Kak Syifa," sahut Indah yang muncul dari belakang. Dia lantas duduk di sebelah Sri. "Oh ya, kalian kemarin pada baca nggak materi kajian yang di share Kak Syifa di grup?" Indah bertanya lalu duduk di sebelah Sri.
Dila menggeleng. "Kemarin whatsapp-ku eror, jadi semua pesan kehapus," jelasnya kemudian.

"Grup mahabbah, Ndah?" tanya Sri menyakinkan jika grup yang dimaksud Indah adalah grup itu. Indah mengangguk.
"Emangnya kemarin temanya apa, Ndah?" tanya Dila.
"Jangan berhenti saling menasehati, Dil. Aduh mantul banget dah."
"Mau dong materinya, lagi males scroll di grup," pinta Sri sambil tersenyum lebar. Indah tertawa pelan.

"Sri ... Sri ... kamu mah mau enaknya doang. Yaudah, nanti aku share ke grup pribadi kita."
"Thanks, Ndah. Terbaik kamu mah."
Indah lantas mengcopy paste materi dari grup mahabbah ke grup chat pribadi mereka. Setelah ada notifikasi masuk, Dila dan Sri langsung membaca materinya dengan seksama.

"Masya Allah, bagus banget materinya, Ndah," ujar Dila dengan spontan setelah dia membaca secara keseluruhan materi dari ponselnya.

"Setelah baca ini, kalian jangan bosan ya buat nasehatin aku. Tegur kalau aku salah, rangkul dan ingatkan aku. Yuk hijrah bareng-bareng. Karena aku ingin bersahabat dengan kalian bukan cuma di dunia, tapi sampai ke Jannah-Nya." lanjut Dila sambil memeluk kedua sahabatnya.

"Huwaa ... jadi mewek dedek, Kak. Kalian juga ya ... ingatkan dan tegur aku. Jangan bosan," balas Indah dengan nada alay yang dibuatnya.
"Aku juga. Sayang kalian," sambung Sri.
"I love you my best friend till jannah," ucap ketiga gadis tersebut kemudian mengeratkan pelukannya.

"Kuy, kantin. Bosan di kelas mulu. Cacing diperutku juga udah mulai demo semua nih," keluh Sri setelah mereka melepaskan pelukannya.
"Emang hari ini kosong? Guru-guru pada kemana?"
"Ada rapat bulanan. Jadi ya kemungkinan kosong seharian."
"Ah, pantesan udah dari tadi Bu Maira gak masuk kelas. Biasanya on time banget."
"Makanya ayo. Dari pada suntuk di kelas." seru Sri membuat Dila dan Indah berdiri.
"Let's go."

Assalamu'alaikum
Doakan setiap babnya semakin baik lagi dan ceritanya benar-benar selesai♥️

Jangan lupa klik ikon bintang di bawah.
Ditunggu kritik dan sarannya💛

Ditunggu kritik dan sarannya💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pelengkap ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang