Part 4

1.9K 119 18
                                    

Kemarin kita bertemu, begitupun dengan hari ini. Akankah besok terulang kembali?

-----

Dila berjalan menuju rak buku bergenre spiritual. Setelah mendapatkan buku yang ia cari, Dila berjalan mencari beberapa novel islami. Matanya tertuju pada salah satu buku yang berjudul 'THE GOLDEN STORIES OF KHADIJAH & FATIMAH'. Ia membaca sinopsis novel tersebut, sambil membolak-balik beberapa halaman buku. Di sela-sela ia membaca, seseorang berdehem membuatnya terhenti dan menoleh.

"Hm, itu buku bagus buat Kamu baca." Suara bariton itu membuat Dila menatapnya lama.

"Buku ini?" Tanya Dila memperlihatkan buku di tangannya.

"Iya. Dari buku itu Kamu bisa belajar sejarah rumah tangga Rasulullah Saw. dan Khadijah r.a yang dibalut kesucian cinta antara dua insan ; dan juga romantika cinta Ali bin Abi Thalib bersama Fatimah." Ujar lelaki itu menjelaskan dengan tenang.

Dila termenung sejenak, entah apa yang sedang ia pikirkan. "Oh iya, Kak, Makasih atas penjelasannya." Ia tersenyum ramah pada lelaki di hadapannya.

"Saya permisi dulu, Assalamu'alaikum." Pamitnya kemudian berlalu tanpa menunggu lawan bicaranya menjawab salam.

"Wa'alaikumasalam." Gumam Dila menatap punggung lelaki jangkung yang berjalan semakin menjauh.

Disisi lain ...

Indah masih memperhatikan gerak-gerik lelaki dihadapannya. Entah perasaan apa yang sedang dirasakannya, yang jelas jantungnya berpacu sekan baru selesai maraton. Pandangannya masih belum beralih dari pria itu.

"Kamu ke sini bareng siapa?" Tanya pria itu membuka suara, siapa lagi kalau bukan Farid.

"Eh­­–itu ... aku ke sini bareng Dila dan Sri, Kak." Jawab Indah mengalihkan pandangannya, sambil memainkan ujung jilbab.

Farid berdehem singkat mendengar jawaban yang dilontarkan gadis di hadapannya.

Baru saja Farid ingin membuka suara, tiba-tiba, "Gimana, Ndah? Udah ketemu belum bukunya?" Sri masih sibuk memperhatikan buku di tangannya tidak menyadari pria yang berdiri di sebelah Ndah.

"Oiya, Kamu tadi mau ambil buku ini, kan?" Belum sempat Indah menjawab, Farid membuka suara, "Nih, bukunya. Dibaca ya." Ujarnya mengulurkan buku di tangannya.

"Ta–tapi Kak ... buku itu kan Kakak duluan yang ambil."

"Udah ... kamu ambil aja. Nih!"

"Makasih Kak,"

Farid mengangguk kemudian tersenyum, "Kakak duluan ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Selepas Farid pergi, Indah tidak kuasa untuk menghentikan senyumnya.

"Uhuk uhuk ... ada yang lagi jatuh cinta nih kayanya." Goda Sri menyenggol lengan Indah pelan.

"Ihh apaan sih, Sri. Siapa yang lagi jatuh cinta coba,"

"Orangnya udah ngilang masih aja diliatin. Awas loh nanti baper." Indah sudah bersiap untuk menimpuknya dengan buku, tetapi Sri sudah menghindar lebih dulu.

-----

"Ngelihat drakor gini, jadi pengen punya suami kaya Yoo Shi-Jin," Sri tidak berhenti bicara daritadi. Apalagi saat scene Yoo Shi-Jin mengikat tali sepatu Kang Mo-Yun diputar, ia jadi histeris sendiri.

"Lebay huuu ..." ledek Indah.

"Hush! Anak kecil gak boleh liat dan gak boleh komentar." Sri menutup mata dan mulut Indah dengan kedua tangannya.

Pelengkap ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang