Part 2

2.5K 130 17
                                    

"Laki-laki sholeh itu yang shalat 5 waktunya di masjid. Kalau shalatnya di rumah, itu namanya laki-laki sholehah"

-----


Allahu akbar allahu akbar ...

Suara adzan terdengar dari ponsel seorang lelaki yang tengah tertidur pulas.

"Hoam ..." tangannya mengarah untuk mengambil ponsel yang berada di atas nakas.

00:30, itu adalah angka yang dia lihat di layar ponselnya. Lelaki itu bangkit tetapi masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Tampaknya ia sangat kelelahan karena tugas kuliah yang menumpuk, di tambah lagi urusan kantor yang menyita waktu istirahatnya. Terlihat dari sorot matanya yang sayu, badan lebih kurus dari sebulan lalu, dan penampilannya yang sedikit berantakan, menunjukkan kondisinya saat ini. Namun meskipun begitu, ia tetap melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk melaksanakan kegiatan rutin di sepertiga malamnya, sholat tahajjud.

Lelaki itu adalah Arga Saputra. Ia merupakan salah satu mahasiswa di Universitas yang terkenal di Indonesia. Dengan postur tubuh yang mencapai tinggi 180 cm, hidung mancung, bibir tipis serta kulit kuning langsat menjadikannya sebagai pria yang di idamkan para akhwat. Sudah banyak surat rahasia yang ia dapatkan di kampus, isinya tidak lain adalah ungkapan perasaan mereka. Banyak juga CV ta'aruf yang ia terima, namun tetap saja tidak ada yang mampu membuat hatinya bergetar.
Di usianya yang tergolong masih muda, Arga telah terjun ke dunia bisnis. Sebenarnya tanpa kuliah pun ia sudah bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Namun, tetap saja ia tidak ingin bergantung pada kedua orang tuanya. Sejak ia memimpin cabang perusahaan papanya itu, aset perusahaan semakin meningkat. Posisi sebagai seorang CEO akhirnya bisa dia kuasai.

Salah satu rahasia kesuksesannya adalah ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu berjamaah di mesjid. Meskipun hujan di subuh hari menggodanya untuk shalat di rumah, ia tetap berusaha agar bisa berjamaah di mesjid.

"Laki-laki sholeh itu yang shalat 5 waktunya di masjid. Kalau shalatnya di rumah itu namanya laki-laki sholehah," nasehat Fatih padanya yang saat itu baru berumur delapan tahun. Ia selalu mengingat kalimat itu. Bahkan saat mengisi seminar pun, ia pasti akan memberikan kalimat motivasi dari papanya itu. Berharap para peserta seminarnya terkhusus laki-laki bisa sadar bahwa wajib hukumnya untuk sholat di masjid.

Di tengah kesendirian Arga, terbesit keinginan dalam hati kecilnya untuk menikah muda. Namun, ia tidak begitu mempermasalahkan di umur berapa nanti ia menikah. Karena ia percaya bahwa jodoh akan datang diwaktu yang tepat.

Arga POV

Aku duduk di balkon belakang rumah sambil menunggu kedatangan Farid. Kami berencana hari ini akan menghadiri kajian di mesjid. Sambil menunggu, aku muraja'ah sedikit hafalanku. Baru saja mengulang beberapa ayat, bunyi klakson terdengar dari luar. Langsung saja aku bergegas berjalan menuju pintu depan. Farid berpindah ke kursi penumpang bagian depan. Ia menyuruhku menyetir mobilnya.

Tidak perlu waktu lama, kami tiba di perkarangan mesjid tempat di adakannya kajian kitab. Bisa ditebak yang menghadiri kajian ini adalah remaja yang berusia sekitar 18-25 tahun.

Aku dan Farid mengambil tempat di shaff nomor dua dari depan agar lebih mudah menyimak dengan seksama apa yang disampaikan Buya¹.

"Banyak dari kita yang gak ngerti hukum dakwah. Salah satunya hukum berteman dengan wanita. Artinya, kita kenal dengan seorang wanita, gak ada masalah. Tapi kalau sudah memandang dia, kita berduaan sama dia, kita pegangan tangan sama dia.. Nauzubillah itu sudah jalan-jalan menuju perzinaan sudah terbuka bagi kita."

"Allah mengatakan; wa laa taqrabuz zina, kalian jangan mendekati zina. Jadi kalau Antum sudah hijrah, Antum tinggalkan. Tidak ada gunanya menjalin hubungan yang bahkan Allah sendiri tidak meridhoi-Nya." Sambung Buya.

Aku membenarkan semua yang dikatakan Buya dan mendengarkan lanjutan materinya.

"Banyak diluar sana orang yang pacaran bertahun-tahun namun tidak berakhir dalam ikatan yang sah. Terkhusus untuk para ikhwan, janganlah mengajak wanita untuk berpacaran. Meskipun dengan alasan pacaran tanpa kontak fisik, pacaran hanya untuk meningkatkan prestasi, memberi semangat dan sebagainya, tetap jangan! Jika serius datanglah ke rumahnya untuk mengkhitbah."

Buya menghembuskan napasnya pelan, kemudian bersiap untuk melanjutkan materinya. "Bersegera menikah merupakan sebuah kewajiban. Seorang pemuda dan pemudi tidak boleh menunda-nunda menikah hanya karena alasan kuliah."

Deg

Seakan ditampar, aku langsung menegakkan kepala saat mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Buya. Topiknya sangat menarik hingga membuatku kembali fokus.

"Bahkan dimungkinkan seorang pemuda menikah untuk menjaga dirinya, agamanya, akhlaknya serta menundukkan pandangannya, sementara ia terus melanjutkan kuliahnya. Begitu pula dengan pemudi yang diberikan kecukupan dan kemudahan oleh Allah, wajib bagi dirinya untuk bersegera menikah meskipun ia masih sekolah baik ia berada di jenjang SMA atau perguruan tinggi karena hal tersebut bukanlah penghalang. Kalau ada dua orang menikah, tujuan terbesar untuk keduanya adalah bekerja sama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah."

Setelah kajian selesai, aku dan Farid berjalan menuju pelataran mesjid.

Buya¹ : Sebutan untuk seorang kyai di Minangkabau.

Buya¹ : Sebutan untuk seorang kyai di Minangkabau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pelengkap ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang