DILARANG MENCURI KARYA INI DALAM CARA APA PUN! TOLONG HARGAI KERJA KERAS AUTHOR!!!!
***
Lima tahun setelah Carnival,
"Terima kasih buat kehadirannya ya, Daisy, ya ampun keluarga kalian sudah banyak membantu kami, kami benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalas semua ini."
Agni memasang senyum tipis di sebelah Daisy, merasa canggung saat sang ibu mempelai tahu-tahu memeluk Daisy sambil menangis pilu.
Daisy menepuk punggung wanita itu. "Jangan khawatir, Tante Siska, hari ini hari pernikahan anak Tante, nikmati saja, jangan terlalu dipikirkan."
"Tolong sampaikan rasa terima kasih saya untuk Bapak dan Ibu ya, terima kasih sedalam-dalamnya dari kami semua."
"Pasti, Tante."
"Terima kasih sudah membiayai semua ini dan memberi hadiah bulan madu ke Bali."
"Nggak seberapa kok, Tante."
Demi Dewi Kemakmuran, Agni nyaris terbatuk di tempat duduknya.
Setelah sang ibu mempelai perempuan meninggalkan tempat mereka untuk kembali ke pelaminan, Agni langsung menyenggol pinggang Daisy. "Jadi kapan kita bisa cabut dari sini?"
Daisy berbisik sambil merapikan tatanan rambutnya. "Jangan sekarang, Ni, kita baru sepuluh menit di sini." Lalu mengangguk sopan pada beberapa orang yang menyapanya.
"Lo kan tau gue paling sebel sama tempat rame. Lo malah sengaja ngajak gue ke kondangan. Nggak tanggung-tanggung lagi, kondangan dangdutan!"
Musik dangdut tahu-tahu menggelegar dari speaker di samping pangggung. Agni terlonjak kaget sambil menekan dadanya dan berkata kotor. Seolah hendak menambah deritanya, seorang penyanyi dangdut naik ke atas panggung dan mulai berdendang dengan dentuman musik yang sanggup membangunkan seisi komplek perumahan.
"AYO MAAAAAANGGG~ DITARIIIIKKKKKK. YOOOOKK KITA KOCOOKKK, KOCOK KOCOK KOCOK SAMPE BELEBERRRRR~"
Agni memelotot ngeri pada Daisy. "Can we go now? Please?"
"Tante Siska ini mantan pegawainya Papa, hari ini anaknya nikah dan Papa masih di Italy, jadi gue harus wakilin dia."
"Sampai acara selesai? Are you kidding me?! Terus ngapain lo ngajak gue!"
"Karena gue kangen sama lo. Udah enam bulan kita nggak ketemu."
"Halaaaahh! Bilang aja lo nggak mau sengsara sendiri!"
Daisy melirik Agni dan memberinya senyuman licik. Begitu seorang tamu datang menghampirinya, dalam sekejap mata pula ekspresi jahil itu berubah menjadi anggun.
"Non Daisy, ya ampun cantik sekali. Apa kabar?"
"Baik, Pak Basuki. Anak Bapak gimana?"
"Masih di Purwakarta, nanti sore mau datang Jakarta bareng temannya."
Agni mengamati cara Daisy bercengkrama dengan bapak tua itu, caranya menatap langsung si Bapak, sentuhan-sentuhan ringan bersahabat yang dialamatkan di bahu dan lengan, serta senyuman dan anggukan kepala yang sopan, membuat Daisy terlihat seperti sosok yang bersahabat di mata siapa saja.
Agni tak kuasa menahan kagum setiap kali sang sahabat mengeluarkan aura putri keratonnya. Lihat saja bagaimana The Richest B*tch in Asia itu menempatkan diri dan tak terlihat canggung sama sekali meski mengenakan dress long sleeve Versace di tengah-tengah acara dangdutan kampung begini. Bahkan kalau gadis itu mau, ia bisa membuat kursi plastik merah tempat duduknya menjelma jadi furniture Da Vinci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything [Sudah Terbit]
RomanceSegera Terbit Hidup Agni yang serba datar dan teratur, tidak pernah sama lagi sejak ia ditugaskan menjaga cicit pengusaha terkaya se-Asia, Daisy Yasa, di hari pertama sekolahnya. Tidak ada satu pun persamaan di antara mereka. Agni yang kaku seperti...