DILARANG PLAGIAT!
PERINGATAN KERAS BAGI SIAPA PUN YANG INGIN PLAGIAT,
JANGAN COBA-COBA!***
"Nyawa orang bisa melayang gara-gara kamu. Ayo," Daisy masih menunggu. "Minta maaf."
Semua mata tertuju pada Carol. Belum pernah dalam sejarah ada tuan rumah yang malah dipermalukan.
Carol mendecak. "Gue nggak mau."
Agni tidak bisa bersabar lebih lama lagi. Tubuh Wawan yang dipapahnya langsung dijatuhkannya kembali ke lantai. Ia berjalan kesal menghampiri Carol.
"Lo nggak denger dia ngomong apa?" serangnya. "Ayo minta maaf ke Wawan."
"Kalau gue nggak mau?"
Agni siap menakut-nakuti Carol, berbohong bahwa Daisy adalah si cewek tukang ngobat yang hobi sakaw dan dikeluarkan dari sekolah karena nyaris membakar asrama, tapi Daisy mendahuluinya.
"Kung Thai dekat sama semua pemilik production house. Kalau kamu masih nggak mau minta maaf, aku bakal suruh Kung Thai telepon produser kamu biar kamu dipecat dan diblacklist dari semua acara TV."
Agni menoleh takjub. Apakah ada orang yang diam-diam mencampur Milo si bayi ini dengan Jack Daniels???
"Aku serius," Daisy memicing tajam kepada Carol, menunggu dengan dada kembang kempis dan rambut basah. "Aku bakal telepon Kung Thai sekarang juga kalau kamu nggak mau minta maaf."
"Hadeeeuhh! Oke, fine! Sekali ini aja gue turutin kemauan lo!" Jeritan Carol menggema putus asa. "Wawan! Gue minta maaf, oke? Puas? Udah? Hah? Udah belom?!!"
Wawan mengangguk pilon dari tepi kolam. Disorientasi antara nyaris mati dan tidak mengerti apa gerangan yang terjadi. Mengapa semua orang mengatainya 'lucky bastard' dan mengapa Daisy ikutan basah? Mengapa Carol minta maaf padanya dan mengapa Agni meliriknya tajam seolah hendak membunuhnya? Mengapa?!
***
Mama berdiri di depan mobil dengan ekspresi kaget dan marah luar biasa, saat keempat remaja itu keluar dari rumah Carol—dua di antaranya bahkan basah kuyup.
"Ma—"
Mama menggeleng kecil sebelum Agni berbicara. "Masuk."
Semua masuk ke dalam mobil dengan patuh. Sepanjang perjalanan semuanya membisu dan hanya Agni yang bersuara. Mama mendengarkan dengan seksama, Zane menggerutu di kursi belakang, dan Wawan menggigil bersama Daisy dalam satu selimut.
"Zane," Mama mengintip dari spion tengah.
Sepasang mata tajam Mama membuat Zane tahu dirinya terseret dalam masalah besar. "Ya, Ma." Selamat tinggal uang jajan.
"Mama nggak pernah ikut campur urusan pribadi kamu, tapi kali ini Mama minta kamu putus dengan Carol."
"End of discussion?"
"End of discussion," jawab Mama.
Agni menoleh ke belakang untuk mengerling pada Zane, tapi malah terpaku melihat pemandangan Wawan dan Daisy yang duduk berdempetan dalam satu selimut.
"Kamu dingin, Des?" bisik Wawan.
Daisy menjawab dengan anggukan kepala dan gigi gemeletuk. "Kamu?"
Oh jadi sekarang Daisy tidak lagi memanggil Wawan dengan embel-embel 'kak'?
"Banget, Des. Dingin."
Buru-buru Agni memalingkan wajahnya ke depan. Lalu mengecilkan AC agar dua makhluk itu tidak semakin kedinginan—semakin dingin akan membuat mereka semakin rapat, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything [Sudah Terbit]
Storie d'amoreSegera Terbit Hidup Agni yang serba datar dan teratur, tidak pernah sama lagi sejak ia ditugaskan menjaga cicit pengusaha terkaya se-Asia, Daisy Yasa, di hari pertama sekolahnya. Tidak ada satu pun persamaan di antara mereka. Agni yang kaku seperti...