Tiga tahun setelah Carnival,
Di kafe kecil tempat mereka bertemu setelah satu bulan perpisahan yang terasa panjang itu, Daisy tidak berhenti berceloteh.
"Elo bakal terpesona dengan sunset di Myeik, saran gue elo harus bermalam di sana seenggaknya satu hari, setelah itu elo bisa explore di sekitar Tanintharyi sebelum ke India. Di India nanti elo harus berkunjung ke Amber Palace di Jaipur, kalau lo mau nginep di Oberoi Agra, gue bakal kasih tau Mr. Dinesh Prasat—teman Oma—buat siapin kamar terbaik buat lo. Kalau lo mau ke tempat eksotik, elo wajib banget ke Leh, tapi sekitar bulan Oktober cuaca di sana bakalan ekstrim jadi pastikan elo bawa peralatan lengkap. Dan—"
Agni melongo. "Des, gue belom beli tiket."
"I know," Daisy meraih kedua telapak tangan Agni dan meremasnya dengan gemas. "Tapi gue excited banget lo mau traveling jauh. Thailand, Vietnam, Myanmar, India. Wow!"
Agni tersenyum semringah. "Nggak nyangka ya? Seorang gue, Agni Tse gitu loh, mau meninggalkan zona nyaman dan traveling ke negara-negara eksotis."
"Pilihan yang tepat kok. Daripada ke Eropa atau Amerika, negara-negara yang tadi mau elo kunjungi itu jauuuuuh lebih cocok buat lo si pecinta tantangan," kemudian Daisy menyodorkan sepotong strawberry cheesecake ke mulut Agni. "Aaaaaah~"
"Akh. Hmm!" Kedua mata Agni membelalak lebar saat mengunyah kue pemberian Daisy. "Enak loh kuenya!"
Ekspresi Daisy berubah penuh antusias. "Oh ya?" Buru-buru ia memotong secuil kue dan menyuapinya ke mulut sendiri. Gadis itu mengunyah pelan, lalu menggeleng dan berubah muram. "Nggak seenak itu."
"Ck. Elo dan obsesi lo dengan strawberry shortcake. Selalu aja semua kue yang lo coba, lo bilang nggak enak."
"Gue pernah makan yang lebih enak." Daisy tersenyum masam.
Agni tidak mengerti apa sebenarnya yang memicu obsesi Daisy terhadap jenis kue yang satu ini. Bukan hanya sekali dua kali mereka berburu kue itu dari satu kafe ke kafe lain, dan selalu saja Daisy tidak menemukan kepuasannya.
"Giliran di Boston, elo nggak pernah mau cari tuh kue. Padahal banyak loh, toko kue enak di sana."
Daisy tidak menjawab. Ia bahkan mendorong piring sisa kue itu dan mulai menyeka bibirnya.
"Ngomong-ngomong, lo berniat pake tour guide di Vietnam nanti? Oma kenal dengan beberapa orang kalau lo—" ucapan Daisy terhenti saat seorang pemuda mendatangi meja mereka dan membungkuk di samping Agni untuk memberinya kecupan pipi.
Agni menyikutnya pergi, si pemuda tertawa, dan Daisy tersenyum melihat kemesraan keduanya. Untuk saat itu setidaknya tak ada lagi yang membahas tentang strawberry shortcake.
***
Hari ini,
Agni mengangkat kedua tangannya ke udara, merayakan kemenangannya yang kedua kali atas Jero di permainan dart board.
Teman-teman band Jero menyoraki Agni dan menertawakan pemuda itu.
"Cuma beruntung. Kadang memang ada manusia yang bisa beruntung sampe dua kali." Jero membanting panah dart-nya dengan kesal.
Ben, drummer di band Jero, memberi Agni segelas root beer untuk merayakan. Agni meneguknya sampai habis di bawah riuh tepuk tangan teman-teman Jero.
Doni, keyboardis mereka, melingkarkan lengannya di sepanjang pundak Jero. "She's a keeper."
Jero segera menyingkirkan tangan itu.
"Ayolah, man, dia lucu dan keras kepala kayak lo."
"Thanks udah bilang gue lucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything [Sudah Terbit]
RomansaSegera Terbit Hidup Agni yang serba datar dan teratur, tidak pernah sama lagi sejak ia ditugaskan menjaga cicit pengusaha terkaya se-Asia, Daisy Yasa, di hari pertama sekolahnya. Tidak ada satu pun persamaan di antara mereka. Agni yang kaku seperti...