Nondisjunction

235 28 3
                                    

Siang ini langit dipenuhi awan, memayungi kami bertiga yang sedang berjalan menuju tempat Gaga biasa memarkir mobilnya.

Aku sudah memberi tahu Iyas sebelumnya jika Gaga akan ikut ke perpustakaan kota, bahkan dia yang menyediakan transportasinya.

Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan apapun. Mungkin Iyas juga canggung karena status Gaga disini adalah sebagai kakak kelas.

Pembicaraan pertama terjadi ketika kami bertiga sudah di lobi perpus. Setelah registrasi, kami mengganti sepatu dengan sandal khusus yang sudah disiapkan. Ransel dan bawaan lainnya harus disimpan di loker-loker sepanjang koridor. Perpus ini memang menomorsatukan kebersihan dan kerapian.

"Emh, sebelum kita ngobrol, lihat-lihat buku dulu yuk!" ajakku dengan nada bersemangat.

Aku tidak tahan mengucapkan itu karena setelah mendorong pintu kaca itu, puluhan ribu buku melambai padaku dengan antusias. Aku sangat ingin menyapa novel-novel di lorong timur. Dua anak laki-laki itu mengangguk mengikuti langkahku.

Jemariku naik turun ketika aku membaca judul-judul novel di rak, mataku serasa mendapat vitamin A karena tersenyum seirama dengan bibirku. Aku sangat menyukai novel.

"Kira-kira buku mana yang bagus menurut kalian?" tanyaku pada Iyas dan Gaga yang turut mengamati jajaran novel berbagai judul itu.

"Ini, gimana?" Gaga dan Iyas menyodorkan buku secara bersamaan. Yang mereka ucapkan sama persis, membuat kami saling tatap. Canggung.

"Iya, ini bagus, Ga. Aku udah pernah baca," jawabku dengan senyum kaku bergantian menatap Gaga dan novel berjudul 5 cm itu.

"Kalau ini, Del?" tanya Iyas menyodorkan novel Ceros dan Batozar karya Tere Liye.

"Aku udah baca series sebelumnya, yang Bintang. Makasih ya udah bantu nemuin," kataku lalu detik berikutnya menyuguhkan senyum.

"Oh ya, tadi kamu bilang udah pernah baca novel 5 cm ya? Kalau filmnya udah nonton?" tanya Gaga.

"Udah dong, aku suka banget. Aku suka aktingnya Fedi Nuril sama Herjunot Ali."

"Oh ya? Mereka aktor favoritmu?" tanya Gaga kemudian.

"Wah, ngomongin aktor aku sih suka Jefri Nichol, Deva Mahenra, sama Iqbaal juga." Kalau ngobrol soal novel dan film aku memang antusias.

"Kalau aktris?"

"Tatjana Saphira sama Chelsea Islan." Otakku refleks memutar memori tentang perfilman.

"Wah, saya juga suka Tatjana. Apalagi pas di film Sweet 20 sama Ayat-ayat Cinta 2."

"Iya, aku suka film itu juga. Di AAC2 kan Tatjana sama Fedi Nuril ya? Suka banget deh!" seruku kegirangan.

"Sory, ini tempat baca, bukan tempat review buku dan film." Iyas meninggalkan kami dengan wajah datar, novel Ceros dan Batozar masih digenggamnya menuju ruang baca.

"Oops, kita lupa ngajak dia omong," kataku nyengir. Gaga cuma tersenyum. Kami berdua segera menyusul Iyas.

"Kita mau ngobrol disini?" tanyaku sesampainya di meja bundar berwarna putih.

"Kamu nggak bisa baca tulisan itu?" Iyas menunjuk papan putih persegi panjang yang bertuliskan BILA ANDA INGIN BERBINCANG, PINTU KELUAR ADA DI SEBELAH UTARA.

Aku dan Gaga refleks membungkam mulut sambil tertawa tanpa suara, "Terus kenapa kamu ngajak ngobrol.di perpus?"

"Aku memang ngajakin ngobrol di perpus, tapi bukan disini."

Adelaide (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang