6.

1K 110 8
                                    

Ya meskipun target vote belum tercapai menjadi 20+ tapi hanya 19, ya udah lah aku update. Aku menghargai kalian karena udah ngevote dengan update an ini meskipun masih kurang 1 vote lagi.

Nah untuk chapter ini, aku bakalan target vote lagi yaitu sama seperti sebelumnya, 20+ vote. Kalau kalian bisa mencapai target itu, maka aku akan update sesuai jadwal😎, kalau engga ya tunggu aja sampai Yeji ultah, karena ultah cast pasti aku rayain pake chapter disini.

Bentar lagi ini cerita readersnya jadi 1K, huaaaa😢😢😢😢aku terharu. Gak nyangka bakalan sebanyak ini pembacanya. Saranghae😗💜. Nah buat ngerayain nanti kalau udah 1K, aku perlu update atau engga nih??

***

Yeji mengendap-endap dan mulai melompati pagar. Kemudian dia segera menuju ke samping rumah dimana kamarnya berada. Ia segera "memanjat" dinding hingga sampai di balkon kamarnya. Dengan perlahan Yeji membuka pintu balkon kamarnya, kemudian segera menutupnya dengan pelan supaya tidak menimbulkan suara.

"Dor" bisik seorang yeoja mengagetkan Yeji. "Kamjagiya!" Kaget Yeji lirih. "Ah eonnie, wae??"

"Huhm.....Ani" jawab yeoja yang Yeji panggil eonnie itu. "Bagaimana bisa kau masuk kamarku? Padahal aku sudah menguncinya." "Ah.....itu." yeoja yang dipanggil eonnie oleh Yeji itu pun menunjukkan sesuatu lewat gerakan kepala dan ekor matanya. Ternyata itu adalah pintu penghubung antara kamarnya dan kamar eonnienya.

"Ah....aku lupa eonnie. Mian-mian hehe." "Kenapa pulang malam lagi sih?" "Uhm...Eonnie tau Ryujin kan?" "Iya tau, yang rambutnya sebahu itu kan?" "Yup betul." "Kenapa memangnya si Ryujin itu?" "Itu, dia sekarang dia ulang tahun, eonnie. Ya mana mungkin sih Yeji yang syantik, kece baday, dan misterius ini tak menghadiri ulang tahunnya? Yang benar saja."

"Hmm.....Ya sudahlah. Eonnie tinggal dulu. Jaljayo." Kemudian yeoja tersebut masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.

"Nee, Jaljayo Eunbi eonnie." Balas Yeji.

Ya, eonnienya Yeji bernama Eunbi, Hwang Eunbi.

***

"Hahahaha" tawa seseorang yang terdengar menggelegar, tak lupa rokok yang berada di bibirnya. "Good job! Pastikan tidak tercium media, jangan sampai ada orang lain yang tau akan hal ini, Arasseo?"

"Nde, ara sajangnim." Jawab beberapa orang berjas hitam. "Kalau kalian bisa melakukannya dengan benar, maka bayaran kalian akan kulipat gandakan bayarannya." "Nde."

Mereka kemudian tertawa. "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

"Tunggu pembalasanku, Choi."

***

Sinar mentari yang menerobos celah-celah gorden membuat yeoja bernama Yeji mau tak mau membuka matanya. Yeji mengucek matanya pelan, kemudian dia segera mengambil handuk di lemari dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah beberapa menit, Yeji keluar dari kamar mandi dan mengambil seragamnya yang ada di lemari, memakainya, dan kemudian dia membenarkan cara berpakaiannya seperti biasa. Tak lupa rambutnya dia sisir dan kucir dua, kacamata tak luput dari dandanannya. Setelah itu dia mengambil buku dan memasukkannya ke dalam tas.

Setelah selesai, Yeji segera turun ke bawah untuk sarapan.

Setelah sarapan, Yeji segera berangkat ke sekolah. Tentang Eunbi, dia sudah kuliah. Sebenarnya setiap hari Eunbi selalu meminta Yeji agar mau berangkat sekolah bersamanya, akan tetapi Yeji selalu menolak dengan alasan nanti apa yang dia lakukan sia-sia. Eunbi tidak dapat melakukan apapun selain mengiyakannya.

Yeji berangkat sekolah naik bis umum. Matanya selalu waspada membaca karakter orang-orang yang menaiki bis itu. Hingga netranya menangkap sesuatu yang mencurigakan. Terlihat seorang ahjussi yang gerak-geriknya mencurigakan sekali. Dia memakai pakaian formal, dan Yeji tidak bodoh untuk mengetahui bahwa dibalik pakaian formal itu ada pistol yang tersembunyi disana.

Yeji hanya menyungginggkan smirknya perlahan, hingga orang-orang tidak menyadari bahwa Yeji mengeluarkan smirknya.

Kemudian dengan perlahan mengeluarkan kamera pengintai kecil sekali, bahkan ukurannya hampir sesemut, yang bisa merekam video dan suara apapun itu. Tidak hanya itu, kamera pengintai tersebut tidak dapat dipindah kalau Yeji tidak memerintahkannya. Melihat dirinya hampir sampai ke halte dekat sekolah, maka Yeji segera berjalan seperti biasa, tak lupa dengan kamera pengintai super canggihnya.

Kamera tersebut tidak akan habis baterainya karena dia menyerap energi apapun itu, seperti energi panas, dingin, dan lain-lain. Dan juga water ressistan, meskipun terkena air, shampo, sabun, atau apapun itu, kamera tersebut tidak akan rusak, gambar dan suaranya juga tetap jernih. Memorinya juga tak terbatas, jadi ya seperti itulah, kalian bisa membayangkannya.

Yeji membisikkan sesuatu dalam benaknya. "Fly" dan kamera pengintai tersebut terbang tanpa ada yang menyadari, kemudian hinggap di rambut ahjussi tersebut. Setelah itu Yeji segera turun saat bus berhenti dan berjalan dengan biasa ke sekolahnya.

***

"Eh itu Yeji yang biasa dibully itu atau bukan sih?" "Kan nama Yeji juga cuma satu." "Bukannya lebih cantik kalau gak digituin ya dandanannya?" "Ya emang cantik, tapi ya gimana ya?" "Ya masih cantikan gue lah kemana-mana" "Yeji aku padamu" "Stop kau mencuri hatiku-hatiku." "Alay lu" "Jadi makin benci gue sama Yeji." "Awas aja ya lo, kali ini-"

Seperti biasa, ketika Yeji melangkahkan kakinya ke sekolah, bahkan ketika memasuki gerbang pasti ada saja yang bisik-bisik membicarakannya. Namun seperti biasa, Yeji hanya menganggapnya angin lalu.

Yeji melangkahkan kakinya seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Jangan lupakan raut datar yang selalu menghiasi wajahnya. Kemudian dia berjalan menuju kelas 11 Mipa 2 yang berada di lantai 3 gedung sekolah. Kira-kira kalau disekolah yang mewah itu ada liftnya atau cuma tangga doang ya??

Yeji berjalan menuju lantai 3 dengan tangga biasa, karena selain alasan kesehatan supaya kakinya terbiasa jalan sehingga kuat, baginya lift adalah sarana tempat pembullyan yang paling extrem setelah kamar mandi. Meskipun ada cctv, akan tetapi jika para pembully berasal dari keluarga berada, maka hal seperti itu hanyalah hal yang gampang. Tinggal diberi setumpuk uang di meja maka masalah selesai. Ya, segampang dan sesingkat itu. Yeji bisa saja melawan jika dibully, bahkan bisa mengantarkan mereka langsung ke neraka. Akan tetapi, dia masih menjalankan misi dan tak mau jika identitasnya nanti terbongkar.

Sampailah Yeji di kelas dengan beragam jenis tatapan tertuju padanya. Ada tatapan suka, benci, kepo, dan lainnya. Ada juga tatapan berbinar yang kalian sudah tahu itu siapa.

"Akhirnya kau sudah datang. Tumben agak telat, wae?"-Lia "Ah, tadi ada sesuatu yang mengganggu saat perjalanan ke sini, jadi ya seperti itu lah."-Yeji "Sesuatu seperti apa??" "Apa kau sungguh ingin tahu??" "Ayolah ceoat ceritakan sekarang, jangan menbuatku penasaran." "Jangan sekarang, nanti saja."

"Ish...." Lia hanya mencebikkan bibirnya kesal. "Pelajaran sudah akan dimulai, Lia..." kemudian Lia pun hanya pasrah dan kembali kebangkunya.

Yeji segera duduk ke bangkunya dan meletakkan tasnya, guru pelajaran pun memasuki kelas dan pelajaran dimulai :D.

***

Maaf ya chapter kali ini pendek, bahkan belum ada apa-apanya. So kuharap kalian suka dan menunggu chapter selanjutnya. Biar aku cepetan update, jangan lupa votenya ya^^.

Jangan bosen ya nungguin aku update.

Yogyakarta, 16 Mei 2019

Dwianinur_

Sekian, Terima Kasih

It's you?? Yeji × Soobin TXTZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang