#8 Kesha Yeo

239 25 21
                                    

Follow Instagram : @nadia_listinaa

Selamat membaca teman-teman 💕

🌻🌻🌻

"Kesha ...,"

Jonathan melangkah semakin menjauh dari pandangan gadis dengan pipi blushing itu, lalu hilang di balik pintu taksi.

Setelah memberi tahu alamat tujuan, remaja itu menyadarkan kepala pada kursi taksi dan memejamkan matanya. Entah apa yang ia rasakan, namun dadanya selalu terasa sakit ketika ia teringat gadis kecil itu. Ia hanyut dalam rindu dan rasa bersalah.

"Mas, udah sampe," ucap sopir taksi berhasil menyadarkan Jonathan.

"Oh, iya Pak. Terima kasih."

Setelah memberi uang kepada sopir itu, Jonathan segera melangkahkan kaki lalu membuka gerbang rumah. Tak terlihat tanda-tanda keberadaan seseorang di sana, mobil Prama juga tak terparkir di garasi.

"Papa kemana? Ini kan hari minggu, harusnya dia di rumah," gumamnya. Ia segera melangkah masuk.

"Eh, Den Jonathan pulang? Dari kemarin kemana saja?" ucap bibi tiba-tiba dari arah belakang membuat lelaki itu terlonjak.

"Bibi ngagetin Jo aja deh."

Bibi terkekeh. "Maaf."

"Papa kemana, Bi?" tanya Jonathan.

"Oh, beliau pergi ke China dua hari lalu," jawab wanita paruh baya di depannya.

"Terus mobil papa kemana? Harusnya ada di rumah dong."

"Mobil papa kamu dibawa sama nyonya Catherine, dia juga sudah dua hari tidak pulang setelah papa kamu berangkat."

"Nggak beres. Mana ada wanita pergi dari rumah saat suaminya tidak ada?" cacinya.

"Bibi tak tau soal itu. Loh kaki Aden kenapa? Jatuh? Biar bibi bantu obatin kakinya." Wanita itu tampak khawatir setelah menyadari ada perban di kaki Jonathan.

"Bi, jangan panggil aden terus dong ... kan Jo udah bilang, panggil Jo aja," keluhnya.

"Iya, iyaaa Jonathan, mau bibi bantu ganti perban?"

"Nggak usah, Jonathan mau langsung ke kamar aja. Capek, Bi." Ia pergi meninggalkan wanita paruh baya itu lalu menuju ke kamarnya.

Jonathan masuk ke dalam kamar lalu menuju ke arah sudut, membuka gorden, membiarkan cahaya mentari masuk ke kamarnya. Ia berbalik menuju kasur yang sudah dua hari tidak ia tiduri, merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. "Dingin," gumamnya. Ia selalu merasa dingin di kamarnya sendiri. Beda hal ketika berada di rumah Darwin, benar-benar terasa hangat. Meskipun ia baru mengenal keluarga Darwin, Jonathan iri terhadap Fania. Gadis itu hidup di keluarga yang baik dan penuh kasih sayang meskipun Fania hidup hanya dengan ayah dan seorang pembantu.

Jonathan bangkit lalu beranjak dari tempat tidur, membuka laci samping tempat tidur dan mengambil beberapa foto dirinya dan seorang gadis kecil. Ia duduk kembali dan menyandarkan punggungnya pada kepala kasur.

 Ia duduk kembali dan menyandarkan punggungnya pada kepala kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Finally, I Met You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang