#15 Why?

52 3 0
                                    


Playlist : Hold My Hand - Isak Danielson.

Dengerin backsoundnya juga ya gaes 😁
Happy reading ....

🌻🌻🌻

"Gue nggak nyangka bisa di sini sama lo, Jo." Fania mendongak, menatap lelaki di hadapannya.

"Tapi kok muka lo sedih? Kenapa?" Jonathan menautkan kedua alisnya.

"Masa sih? Mungkin faktor tengah bulan."

"Apa hubungannya? Lo PMS?"

"Biasa dua minggu sebelum period, mood gue bisa berubah-ubah. Nggak usah khawatir, gue juga gatau kenapa rasanya nggak nyaman banget dari tadi." Fania menggerak-gerakkan tubuhnya, coba mencari bagian mana yang terasa mengganjal, namun tidak ketemu.

Jonathan memeluknya. "Nggak usah khawatir." Ia mengusap lembut puncak kepala Fania. “Mungkin lo kecapean aja. Kita makan malem terus istirahat.”

Fania melepaskan pelukan Jonathan, menoleh ke arah teman-temannya. Mengamati mereka agak lama, bahkan setengah melamun.

Jonathan mengikuti arah pandang Fania. Ghea dan David sedang memasak, Riko dan leader temannya tengah main kartu remi. Tak ada hal yang terlihat penting atau menarik untuk diperhatikan. Ia menoleh kembali ke arah Fania. “Fan, lo ngelamun?”

Fania tersentak. “Eh, eng-enggak kok.” Ia tertawa canggung. “Gue mau pipis. Pinjem touch light lo dong.”

Jonathan merogoh saku jaketnya, meraih lampu senter kecil untuk dipakai gadis itu. “Gue temenin.”

“Eh, enak aja. Lo mau ngintip gue?“

“Gue kan bilangnya mau nemenin, bukan ngintip.”

“Nemenin cewek pipis tetep aja nggak ada bedanya sama ngintip.”

“Kan gue bisa ngeliat ke arah lain. Lagian lo kepedean banget sih?”

“ENGGAK, POKOKNYA OGAH!” Fania berdiri. “Lo di sini aja. Gue udah kebelet banget.”

“Jangan kejauhan. Kita nggak tahu medan di sini kaya gimana. Kali aja ad—“

Fania tak mengindahkan ucapan Jonathan, ia langsung berlari ke arah semak-semak dibalik pepohonan.

Jonathan tak memalingkan pandangan sedikitpun dari tempat arah Fania pergi. Sepuluh menit sudah, Fania tak kunjung kembali. Jonathan memutuskan untuk menyusul. Ia bangkit lalu berjalan menuju arah Fania pergi. Belum sempat ia berjalan jauh, remaja itu melihat seekor ular berukuran agak besar melintas begitu cepat tak jauh darinya. Jonathan panik, ia segera berlari dan berharap agar Fania tak bertemu ular itu. Tapi sial, hanya berjarak sekian detik, Jonathan mendengar Fania menjerit. “FANIA!”

“Jonathaaan tolooong!”

“Fan, lo di mana?” Jonathan terus mencari gadis itu. Ia tak ada melihat cahaya senter gadis itu, sehingga kesulitan mencari keberadaannya. “FAN!”

“Jooo, sakit.”

Jonathan menoleh ke arah kanan. Ia yakin Fania ada di sana.

“Jonathan, Faniaaa kalian di mana?” teriak Ghea dari arah belakang.

Jonathan sempat menoleh, teman-temannya tengah mendekat mencari mereka, tapi ia tak peduli. Remaja itu berlari menuju arah suara Fania tadi. Tak jauh, Jonathan sudah menemukan gadis itu. “BRENGSEK!” Ular besar itu benar-benar menyerang Fania. Kepalanya menggigit tangan gadis itu dan tubuhnya melilit kaki kekasihnya itu. Jonathan segera mematahkan ranting untuk mengusir ular itu.

Finally, I Met You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang