#12 You

190 17 13
                                    

Playlist: Ed Sheeran ft YEBBA - Best Part of Me

Jangan lupa follow Instagram Eirance ya @nadia_listinaa

Selamat membaca teman-teman ....

🌻🌻🌻

Jonathan masih merasakan isak tangis Fania di punggungnya. Ia melepaskan pelukan gadis itu lalu berbalik badan dan menangkap wajah Fania yang terus terisak dengan kedua tangan, mengusap lembut air matanya. "Jangan nangis," ucap Jonathan. Suaranya melemah.

Fania menatap sedu Jonathan. Tangannya terangkat, jarinya mengusap perlahan ujung mata lelaki itu yang lembab juga. Fania terlihat sama hancurnya setelah menyaksikan Jonathan terluka. Ia kembali memeluk Jonathan erat. Air matanya lolos lagi. "Gue sayang sama lo," ucap Fania pelan.

Jonathan terpaku mendengar pengakuan Fania tepat setelah hatinya terasa begitu hancur akibat pengakuan papanya. Remaja lelaki itu tak membenci gadis ini. Tapi hatinya yang baru saja hancur terasa makin mati rasa. Ia memeluk Fania sama eratnya, mengecup ujung rambutnya. Jo benar-benar merasa bersalah. Sesungguhnya, meskipun ia belum merasakan cinta, tapi Jonathan merasa nyaman berada dekat gadis itu. Ia juga hancur melihat gadis itu menangis. Jonathan tersenyum miris.

Jonathan melepaskan pelukannya kembali, lalu sedikit membungkuk agar dapat mensejajarkan wajahnya dengan Fania. Ia mengusap air mata Fania lagi. "Jangan nangis, please ...."

"Gue sayang sama lo. Gue nggak peduli lo sayang sama gue juga atau enggak. Gue sekarang tahu kenapa lo selalu bersikap dingin. Gue bukan kasihan sama lo, bukan. Pertama kalinya gue ngeliat hal semacam ini. Dan nyatanya malah gue jadi makin sayang sama lo!"

Jonathan terus menatap Fania lalu tersenyum tipis. "Maafin gue yang selalu jahat sama lo."

Fania menggeleng cepat , ia mengeratkan tubuhnya pada tubuh Jonathan lagi. Jonathan membalas pelukan itu, penuh rasa bersalah.

🌻

"Di sini tempatnya?" tanya Jonathan setelah memasuki area pemakaman.

Fania mengangguk. "Kita bentar aja, udah sore. Lagian gue capek."

"Iya."

Setelah menemukan tempat untuk parkir, mereka keluar dari mobil. Jonathan berjalan mengekori Fania. Tak jauh, sekitar lima puluh meter berjalan, Fania berhenti pada sebuah makam tanpa nama yang terukir pada batu nisan. Makam itu ditumbuhi rumput hijau, namun rapi. Sepertinya petugas makam menjaga semua makam di sini dengan baik. Ada yang menarik pada makam itu, yaitu terdapat miniatur piano yang terlihat sudah agak rusak, mungkin karena sering terkena hujan dan debu.

Fania berjongkok lalu menempatkan buket bunga dekat dengan miniatur piano tadi. Jonathan ikut berjongkok berseberangan dengan Fania. Gadis itu tersenyum simpul menatap batu nisan di sana. "Bunda, selamat ulang tahun. Ini ada titipan bunga dari Ghea sama Briant. Maaf, Fania nggak sempet beli bunga buat bunda. Oh iya, Fania dateng sama temen. Bunda belum pernah liat, kan? Namanya Jonathan. Pasti bunda tahu siapa Jonathan." Fania tersenyum lebar kali ini menampakkan giginya.

Jonathan menatap Fania sesaat lalu mengalihkan pandangannya pada batu nisan juga. "Selamat ulang tahun, Bunda. Saya Jonathan." Jonathan tersenyum.

Mereka mencabuti beberapa rumput liar yang tumbuh di sekitar makam bunda, juga membuang beberapa daun kering. Setelah makam cukup bersih, Fania berjongkok lagi, memejamkan kudua matanya, menautkan kedua tangan di depan dada dan berdoa. Jonathan menatap Fania lekat-lekat. Ada sesuatu yang remaja itu rasakan saat melihat gadis ini. Sesuatu yang baru. Ia tak tahu apa, ini pertama kali ia merasakannya. Mungkin cinta? Entahlah, Jonathan belum yakin. Karena hatinya masih terasa hancur.

Finally, I Met You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang