Jangan lupa follow Instagram Pandaa ya @nadia_listinaa
Selamat membaca teman-teman ....
🌻🌻🌻
Apa yang kau lakukan?
Bagaimana bisa kau membuat jantungku berirama lebih cepat?
Bagaimana bisa kau membuat pandangan mataku hanya tertuju padamu?
Bagaimana bisa kau selalu mengganggu lamunanku?
Bagaimana bisa kau selalu merenggut perhatianku?
Apa yang terjadi padaku?
Ini sudah lama sekali tak terasa.🌻🌻🌻
Ruangan yang sebelumnya gelap, kini menjadi terang setelah kedatangan Jonathan yang menekan saklar lampu. Dengan sedikit tertatih, ia memasuki ruangan.
Remaja itu melirik beberapa barang-barang miliknya yang berada di atas sofa kamar itu lalu mengumpat, "Kenapa harus sekarang?"
Jonathan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang king size di sana. Pikirannya melayang mengingat pesan yang disampaikan oleh Darwin beberapa saat lalu. Pesan yang cukup membuat Jo bingung, kaget, juga khawatir.
"Bagaimana keadaan kaki kamu Jonathan?" tanya Darwin.
"Masih sakit, Yah, tapi Jo udah mulai terbiasa kok jadi Jo rasa Fania nggak perlu bantuin Jo jalan."
Darwin mengangguk pelan, menarik napas perlahan. "Sepertinya kamu harus pulang dan menemui orang tuamu, Jo," ucapnya.
"Maaf Ayah ...." Jo menundukkan kepalanya, dia paham kenapa Darwin mengatakan hal itu. Tapi hati remaja itu sebenarnya berkata enggan untuk pulang. Dia benci rumah itu, dia tak suka dengan perlakuan Prama terhadapnya.
"Kenapa kamu meminta maaf? Kamu boleh kapanpun datang kemari, dan kamu teman Fania juga, atau kamu anggap saja Fania itu adikmu sendiri jadi kamu boleh datang kapanpun. Tapi sekarang kamu harus menemui orang tuamu dulu karena mereka pasti khawatir," jelas Darwin.
"Iya, Jonathan akan temui papa besok."
"Oh iya, Ayah juga mau menitip pesan buat kamu."
"Apa itu?"
Darwin memegang pundak Jonathan. "Tolong bantu ayah menjaga Fania."
Jonathan mengaitkan kedua alisnya. "Maksud Ayah?"
"Jaga dia dari orang-orang atau apapun yang mungkin akan menyakitinya termasuk kamu. Jangan pacari Fania jika kamu hanya akan menyakitinya. Dia sangat berharga bagi ayah, terutama hatinya."
Jonathan membulatkan mata. "Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apakah Jo menyakiti dia?"
"Bukan. Tapi ayah bisa melihat jika Fania menyukaimu dan ayah harap, jika kamu tak menyukai dia, jangan beri apapun. Dan jika kamu memberinya, tolong berilah dengan tulus dan jangan sakiti dia."
Jonathan menatap manik hitam milik seorang laki-laki paruh baya di hadapannya. Tatapan lembut dari manik itu seakan sedang memohon. "Jo akan jaga Fania, Yah. Dan Jo akan anggap Fania seperti adik Jo sendiri untuk saat ini. Jika nanti hati Jo jatuh padanya, Jo janji akan menjaga hati ini dan Fania seutuhnya."
Darwin menenggelamkan Jonathan pada perlukannya. "Kamu memang anak Ayah yang baik."
Jo mengacak-acak rambutnya frustrasi saat ucapan Darwin terputar kembali di pikirannya. Ia tak paham dengan apa yang dirasakannya saat ini. Jo tahu bahwa Fania memang terlihat menyukainya, tapi ia hanya merasa tertarik kepada gadis itu dan belum bisa menjatuhkan hati padanya.
"Bagaimana jika aku tak bisa benar-benar menyukai gadis itu? Bagaimana jika Fania sakit hati? Bukankah itu sama saja aku menyakitinya dan tak bisa menjaganya? Tapi ayah bilang, jangan beri apapun jika aku tak bisa sepenuh hati. Bukankah itu berarti aku tak perlu memaksakan diri?"
Ia khawatir akan membuat hati Fania hancur, bagaimana jika gadis itu membencinya? Bagaimana jika ayah juga ikut membencinya karena itu? Ia harus kehilangan mereka berdua karenanya? TIDAK! JONATHAN TIDAK MAU!!
Umpatan demi umpatan terus terucap oleh Jonathan. Ia mengusap wajahnya kasar lalu menenggelamkannya di balik selimut, mencoba menenangkan pikiran. Namun sepertinya rasa kantuk tak juga datang hingga menjelang pagi.
🌻🌻🌻
Pendek ya part ini 🤭Semoga tetep enjoy ya sama ceritanya. See you soon 👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, I Met You!
Fiksi Remaja"Kenapa kamu kasih aku bunga matahari?" -Kesha Yeo- "Karena kamu bersinar." -Jonathan Choo-