#10 I Ice Cream You

142 12 1
                                    

Jangan lupa follow Instagram Pandaa ya @nadia_listinaa
Dan Twitter juga @NaEirance

Selamat membaca teman-teman ....

🌻🌻🌻

Suasana sepi sepanjang perjalanan. Sebenarnya Fania senang bisa pulang bersama Jonathan. Hanya saja, ia kesal bercampur malu. Bagaimana tidak kesal? Sikap Jonathan sangat aneh. Dia bilang tak menyukai Fania tapi kenapa mau repot-repot menjaganya? Juga, kadang Jonathan begitu dingin, kadang juga begitu hangat. Sepertinya dia menderita penyakit ketidak-konsisten-an. Dan parahnya, untuk pertama kali Fania dibuat hilang muka karena membahas tentang perasaan namun nyatanya ia tertolak mentah-mentah, membuat harga dirinya habis dimakan malu.

Fania mengembuskan napas gusar. "Gue pengen makan es krim. Buruan kek jalanin mobilnya!" Ia menatap Jonathan kesal.

Jonathan tersenyum miring. "Nah, gitu dong keluar suara. Emang sengaja barusan gue bikin pelan." Jonathan menginjak pedal gas sedikit lebih dalam, melajukan mobilnya lebih cepat.

"Nyebelin."

"Kan tadi gue udah minta maaf."

"Kan gue belum jawab apa-apa."

"Jadi Lo nggak mau maafin gue?"

"Tidak. Tidak untuk sekarang."

"Soal tadi pagi? Atau soal gagalin rencana lo jalan sama gebetan lo itu?"

"Nggak dua-duanya. Itu semua nggak penting."

"Berarti Lo harusnya nggak ngambek. Kan salah gue cuma dua itu." Jonathan mengedikkan bahu.

Fania memutar bola mata. "Gue mau nanya." Ia bersidekap dan menatap Jonathan.

"Apa?"

"Kapan sih lo nggak nyebelin?" Ia menaikkan sebelah alis.

Jonathan melirik sekilas. "Entah. Gue nggak jago sih sok manis kaya gebetan lo itu." Ia tertawa.

Fania mengerang. "Dia bukan gebetan gue!"

"Oh."

"Oh? Oh apa?"

"Oh aja. Emang gue musti jawab apa?"

Fania menepuk jidat. "Susah emang ngomong sama batu," gumamnya. Jonathan berdeham. "Apa? Lo emang kaya batu. Nggak punya perasaan. Kaku, keras, nyebelin."

"Lo cuma nggak tahu, Fan."

"Nggak tahu apa? Gimana gue bisa tahu kalo lo aja nggak pernah ngasih tahu!"

"Nggak penting."

"Oh."

"Lo juga nggak punya hak buat tahu."

"Terserah." Fania kembali menatap jalan raya dengan raut wajah kesal. Percuma saja bicara dengan laki-laki itu, tak akan berujung manis. Tapi, benar juga kata Jonathan, Fania memang tak punya hak sama sekali. Tapi apa perlu dia mengatakan itu? Apa dia tak sadar ucapannya itu semakin mengoyak hati Fania? Dasar batu!

Tak lama kemudian mereka sampai di McDonald's. Tanpa menunggu aba-aba, Fania langsung turun lalu masuk untuk mengantre. Ia memesan satu Mcflurry Matcha untuk dirinya sendiri. Setelah mendapat pesanannya, Ia segera menghampiri tempat duduk yang kosong dan disusul oleh Jonathan.

"Lo kok cuma pesen satu doang?" tanya Jonathan.

"Gue kan nggak tahu lo mau apa enggak." Fania mulai menyendok es krim lalu melahapnya.

Jonathan membuatkan mata. "Jelas mau lah."

"Oh. Yaudah sono pesen." Fania melahap es krimnya lagi tanpa mengindahkan ucapan Jonathan.

Finally, I Met You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang