#11.2 Knowing That

107 11 0
                                    

Playlist : Broken - Anson Seabra

🌻🌻🌻


"Jo ... Jonathan. Bangun, Jo!"

Jonathan mengerjapkan mata perlahan mendengar seseorang memanggil namanya. Punggungnya serasa seolah retak. "Engh ..." Ia mengucek matanya sekilas.

"Bangun! Lo kok tidur di sini sih?"

Jonathan sadar di mana ia berada sekarang. Sial! Ia benar-benar tidur di lantai dengan posisi tepat di bawah Fania yang tidur di atas sofa. Namun ada yang membuatnya heran. "Siapa yang selimutin gue?" Jonathan mendongak.

"Pasti ayah," jawab Fania santai.

Mata Jonathan seketika membulat. "Apa?!" Remaja lelaki itu segera menegakkan badannya dan menatap Fania horor. Ah, punggungnya terasa ngilu karena posisi tidur yang sangat tidak nyaman mengalihkan rasa terkejutnya. Ia sedikit memutar badan ke kanan-kiri sembari meringis kesakitan. "Ayah pasti bakal marah liat gue tidur di sini sama lo."

"Nggak bakal. Kan kita cuma tidur doang dan ayah liat itu. Lagian lo ngapain sih tidur di sini?" Fania memicingkan mata.

"Gara-gara lo lah! Emang kenapa lagi?" Jonathan memijat perlahan bagian punggung bawahnya.

"Gue? Gue nggak nyuruh lo tidur di sini."

Jonathan menepuk dahi. "Lo nangis. Pas gue coba tenangin lo, lo megangin tangan gue dan nggak mau lepas! Lo pikir gimana cara gue bisa pergi kalo gitu?"

"Gu-gue nangis? Pegang tangan lo? Wah fitnah lo kejam banget!" Fania tertawa mengejek.

"Buat apaan gue bohong?"

"Buat bisa tidur bareng gue, mungkin. Pasti lo kan yang pegang tangan gue? Apa lagi? Jangan-jangan lo cium gue juga?" Fania segera menutup mulutnya dengan kedua tangan sembari menatap Jo tajam.

Jonathan melotot mendengar tuduhan Fania yang sama sekali tak masuk akal. "Lo gila ya? Ngapain juga gue cium lo!"

"Tapi lo pernah cium gue sebelumnya. Siapa yang nggak curiga kalo gitu?"

"Gue? Kapan gue cium lo? Astaga ... Fan. Lo ngira kejadian pas waktu kita pesta barbeque itu gue cium lo?" Jonathan tertawa. "Yang bener aja, ciuman nggak kaya gitu. Dan jangan ke-geer-an!"

Jonathan menyadari perubahan ekspresi Fania. Ia sadar dan menyesal sudah berucap keterlaluan. Lelaki itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ma-maaf, gue nggak niat ngomong kasar."

Fania tertawa miris. "Udah biasa gue denger ucapan nggak enak dari lo. Santai aja." Ia segera bangkit lalu pergi meninggalkan Jonathan.

Jonathan menatap kepergian Fania. Gadis itu memang tertawa, tapi Jo sadar tawa Fania berbeda. Jonathan mengumpat dalam hati. Lagi-lagi dia tak bisa mengontrol ucapannya karena tak ingin harga dirinya jatuh di depan gadis itu. Setelah Fania benar-benar hilang dari pandangannya, ia segera bangkit dan memungut selimutnya lalu bergegas ke kamar untuk melanjutkan tidur yang sempat terjeda. Selama berjalan menuju kamar, ia berpikir keras bagaimana besok akan membujuk Fania dan juga mencari alasan untuk dijelaskan pada Ayah. Jonathan mengacak rambutnya frustrasi.

🌻🌻🌻

"Semalem itu bunda lo?"

Kedatangan Jonathan cukup mengejutkan Fania yang tengah berdiri di teras rumah lengkap dengan seragam atasan putih membalut tubuhnya, rok selutut warna biru tua bermotif kotak-kotak dengan garis kotak berwarna hijau pucat dan merah, tas di punggung dan sepatu Nike hitam bercorak putih yang di dalamnya terdapat kaus kaki putih dengan logo 'SIB' di bagian pergelangan. "Semalem?" tanya Fania.

Finally, I Met You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang