"Di depan situ aja aku turunnya," ucap Ami seraya menunjuk pinggir jalan di depan Balai Sudirman.
"Resepsinya di sebelah mana?" alih-alih menjawab, Januar malah bertanya tanpa menghentikan mobilnya.
"Di Panti Perwira, lantai 1. Tunggu, Jan, ga usah masuk ke parkiran, nanti malah kamu keluarnya susah."
Tidak menggubris ucapan Ami, Januar mencari tempat parkir. Dan begitu mobil berhenti, lelaki itu langsung mengunci otomatis pintu mobil.
"Tunggu sebentar,"ucapnya, tidak mempedulikan keheranan di wajah Ami.
Dengan sigap lelaki itu berbalik ke belakang, meraih sarung baju berwarna hitam yang ternyata berisi jas.
"Kamu mau apasih?"
Bukannya menjawab pertanyaan Mia, Januar malah menatap kemeja biru muda yang dia kenakan.
"Tunggu, kayaknya aku nyimpen kemeja hitam, di mana ya," gumam lelaki itu seraya menjulurkan badannya ke bangku belakang.
"Jan! kamu ini mau apasih?" tanya Ami kesal.
"Mau nemenin kamu kondangan. Biar mantan kamu sama sahabat kamu itu percaya kalau kamu sudah bahagia sekarang."
~*~
Lancar.
Meski sempat merasa kikuk karena Januar menggenggam jemarinya terus menerus ketika mereka maju ke depan untuk memberi selamat kepada pasangan mempelai, Ami harus mengakui bahwa dia tampak jauh dari menyedihkan malam ini. Misinya sukses. Kedatangannya membuat semua ganjalan antara dia dan kedua mempelai sirna. Jelas terlihat sorot kelegaan di mata sahabatnya ketika melihat tangannya yang digenggam erat oleh Januar.
Plong.
Kekakuan yang selama ini tercipta diantara mereka bertiga cair sudah.
"Kenapa senyum-senyum?"
Ami yang sedang menikmati es puter, salah satu menu di resepsi, menoleh kepada Januar yang sedang menikmati Soto Kudus, mangkok yang kedua.
"Nggak kenapa-kenapa."
"Seneng kan kamu bawa gandengan ganteng kayak aku?"
Alih-alih langsung menjawab, Ami menatap mangkok di tangan Januar yang sudah hampir kosong.
"Kamu ini emang lapar atau lagi aji mumpung? Mumpung gratis?" tanya Ami.
"Lapar. Siang tadi belum makan."
"Ck, ketahuan bohongnya. Jelas-jelas kamu ambil popmie-ku."
"Popmie itu bukan makanan. Itu camilan."
Ami baru membuka mulut, akan menyahut, ketika melihat sosok yang tidak asing mendekati mereka.
"Mbak Tania?"
"Lho, Mi? Katanya kencan sama..." Tania menoleh kepada Januar yang mengangguk seraya menyapanya, "bapak bayimu?"
"Tadinya sih gitu, rencananya. Eeeh karena satu dan lain hal, dapetnya makluk ini," jawab Ami sekenanya.
"Dapetnya atau emang ini ayah bayi kamu?"
"Mbaaak, aaah."
"Hahahahaha, ya calon ayah dari calon bayi kamu kalau gitu."
"Amin," jawab Januar yang langsung mendapat pelototan dari Ami.
Tania tertawa lagi.
"Mbak kenal juga sama mempelai?" tanya Januar.
"Aku kenal sama ibu mempelai perempuan. Kalau kalian?"
"Yang wanita sahabatnya dia, yang lelaki tadinya musuhku, sekarang udah nggak," jawab Januar santai, membuat Ami kembali melotot.