Hari-hari berlalu, kini mereka sudah tinggal di Tokyo selama 1 bulan. Setiap hari mereka melakukan kegiatan yang sama tidak ada yang berbeda.
Sesekali mereka bertengkar, hal sepele bisa dipermasalahkan jika Joohyun sedang datang bulan. Junmyeon tentu saja sangat kesal, tapi ia lebih memilih keluar rumah untuk meredakan emosi nya daripada bertengkar dengan Joohyun dan membuat gadis nya terluka.
Namun kemarin Junmyeon benar-benar meluapkan kekesalan nya dengan membanting piring yang ada dimeja makan. Sebab Joohyun yang selalu meminta untuk pulang sebentar ke Seoul.
Cih, boro-boro untuk pulang, untuk menghubungi kerabat yang disana pun Junmyeon tak mengizinkan.
"Kau sudah bilang, kalau kau ingin memulai semua nya dari nol. Sekarang kau ingkar janji!"
"Ya aku ingkar janji! Jadi lebih baik kau izinkan aku untuk bertemu dengan mereka!"
PRANG
Joohyun dibuat kikuk dengan suara piring yang dibanting keras oleh Junmyeon itu. Bulir bulir bening sudah mengumpul dipelupuk mata nya, Joohyun kini menempelkan kedua tangan di telinga nya.
Kini wajah Junmyeon dingin menatap gadis didepan nya, rahang yang tegas dan sorot mata yang tajam membuat Joohyun sangat ketakutan sekarang.
"JIKA KAU BERANI KELUAR DARI RUMAH INI. AKU TIDAK AKAN TINGGAL DIAM!"
Junmyeon meninggalkan Joohyun yang kini sedang menangis tersedu sedu. Ia membanting pintu cukup keras membuat Joohyun terkejut untuk kedua kali nya.
Dan hari ini, mereka masih perang dingin. Tidak ada yang membuka suara lebih dulu, Joohyun dengan wajah datar nya menyiapkan sarapan untuk Junmyeon.
Junmyeon sedang mandi, dan tak lama dari itu ia keluar dengan handuk yang menggantung dileher nya.
Tanpa bicara, Junmyeon menggeser kursi makan itu. Lalu Joohyun memilih untuk menyiapkan tas dan sepatu untuk Junmyeon.
Junmyeon menghela nafas nya saat ia melihat kekasih nya yang terlihat enggan menatap atau menoleh sedikitpun pada wajah nya.
Ia menyudahi sarapan itu "Kau marah?" Tanya nya seraya menatap makanan makanan di meja itu.
Joohyun tidak menjawab. Ia sibuk mencari kaus kaki.
"Joohyun, kau marah? Apa yang membuatmu marah?"
Rasanya kini Joohyun ingin mengumpat keras-keras 'Kau bodoh atau memang bodoh'
Junmyeon beranjak dari duduk nya, dan menghampiri Joohyun yang sedang membelakangi nya. "Hei" Katanya sedikit lembut.
Joohyun membalikan badan tapi enggan melihat wajah Junmyeon.
Junmyeon menghembuskan nafas berat "Baiklah. Aku mengizinkan mu untuk menghubungi mereka. Hanya menghubungi"
Joohyun mengangkat kepala nya, melihat wajah Junmyeon bermaksud meminta pernyataan yang lebih dari itu.
"Tidak. Kau hanya boleh menghubungi nya. Tidak bertemu dengan mereka" Junmyeon mengelus surai hitam panjang itu, namun Joohyun menepis nya "Kau benar-benar akan menjauhkan ku dari mereka?" Tanya nya dengan nada bergetar.
"Untuk saat ini, iya."
"Jun-Junmyeon"
Junmyeon menjauhkan tubuhnya, lalu mengancingkan bagian atas kemeja nya "Aku sudah terlambat"
Joohyun terdiam sebentar setelah itu ia mengangguk pelan.
Junmyeon selesai bersiap "Jangan kemana-mana." Katanya seraya mencium kening Joohyun lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Man | Irene & Suho
RomanceTerinspirasi dari Novel Lucia Priandarini lalu diadaptasikan menjadi sebuah Film Posesif. Semoga feel nya dapat ya readers. Ini karya kedua ku, setelah Comfort or Happiness yang terbengkalai karna masalah Inspirasi not found lol.