Kicauan burung bersahutan di kedalaman hutan. Gadis itu tengah bersandar di dahan pohon ek yang tinggi sembari memandangi langit. Kakinya bergelantungan di udara. Mulutnya penuh dengan buah persik. Kalung kristal yang berhasil dia rebut, kembali melingkar dengan cantik di lehernya.
Suara gemerisik di bawah sana tidak membuatnya penasaran. Dia tetap bergeming memandangi langit.
"Maafkan aku." Seseorang berbicara di bawah sana sambil berlutut di bawah pohon ek tempat gadis itu duduk.
Gadis itu tetap tidak mau mengalihkan pandangannya. Sisa buah persik yang tidak habis dia makan dilemparkan ke arah si pemuda yang tengah berlutut itu dan mengisyaratkan padanya untuk pergi.
"Kumohon. Aku bersalah. Aku minta maaf." Pemuda itu masih berlutut. Kepalanya tertunduk dalam-dalam.
Pemuda itu sedikit mengangkat kepalanya dan mengintip seorang gadis yang melompat turun dari dahan pohon ek. Heo menelan ludahnya. Bagaimana bisa gadis itu melompat sambil mengenakan rok panjang begitu? Namun, hal itu tidak masalah mengingat sebelumnya dia bisa berubah menjadi seekor binatang.
"Aku tidak tahu kalau kau bisa berubah menjadi ...." Perkataannya terhenti. "Terlebih ternyata kalung itu milikmu. Kupikir semua itu tidak nyata."
"Lalu? Kau mau menangkapku?"
Heo mengangkat wajahnya. "Tidak. Tidak. Maafkan aku."
"Atau ... Kau mau mengancamku? Lakukan saja! Aku tidak tertarik!" Jiyu berjalan pergi. Tangannya mengangkat sebelah roknya guna mempermudah jalannya. Heo bergegas membuntutinya.
Pemuda itu merentangkan kedua tangannya dan menghentikan langkah Jiyu. Mata gadis itu memutar jengkel. "Minggir!" ucapnya dingin.
"Aku butuh penjelasan. Siapa kau sebenarnya?"
"Memangnya kau mau apa kalau sudah tahu? Pergi sana!" Jiyu menabrak lengan pemuda itu dengan bahunya. Sebelum gadis itu melangkah lebih jauh, Heo menarik lengannya hingga mereka saling berhadap-hadapan.
Mata hijau Heo menelusuri setiap inci wajah Jiyu. Ternyata dari dekat, gadis itu terlihat sangat menawan. Lipatan mata yang cantik, hidung mungil yang manis, dan bibir merah yang menggairahkan. Wajah pemuda itu mendadak menjadi panas. Dia berdeham untuk menghilangkan kegugupannya.
"Kakakku terluka karenamu. Setidaknya aku harus tahu tentang dirimu dan kalung itu!"
"Jangan pura-pura! Kau juga menginginkannya mati!" ucapan Jiyu sangat dingin. Gadis itu menepis tangan Heo yang menahannya.
"Wahh, jadi beginilah sifat asli si gadis pembunuh itu?"
Jiyu berhenti. Dia membalik tubuhnya dan menatap tajam ke arah si pemuda. "Benar, lalu kau mau apa wahai Tuan Heo anak pelayan Klan Chae?"
Heo membeku. Tidak ada yang tidak tahu tentang riwayat kelahirannya. Bahkan termasuk seorang buronan seperti gadis itu.
"Apa aku bersalah lahir dari seorang pelayan?" Pemuda itu mendongak. Angin berhembus menggoyangkan ilalang. Gadis itu sudah tidak berada di depannya. Heo tertawa. Ternyata dia bicara sendiri.
Heo kehilangan si gadis. Dia berlarian menembus pohon ek sambil mendongak. Siapa tahu Jiyu bertengger di dahan pohon lagi seperti sebelumnya. Napasnya terengah ketika dirinya kembali ke pondok bobrok tempatnya menambatkan kudanya.
Pemuda itu memutuskan untuk beristirahat di dalam pondok sebelum kembali mencari Jiyu. Namun, ternyata di dalam sana gadis itu tengah berbicara dengan seorang pria yang memiliki luka sayatan di bawah mata kirinya.
Jiyu memutar matanya kesal melihat Heo yang sembarangan masuk ke ruang kerjanya. Seolah tidak menyadari tatapan gadis itu, Heo malah berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI (TELAH TERBIT)
FantasySang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis mist...