Bab 5 - Buronan

94 12 4
                                    

Langkah kakinya terasa berat. Sedikit-sedikit dia terjatuh. Luka di kakinya terlihat dalam dan mengeluarkan darah. Luka itu bahkan jauh lebih sakit daripada terkena sayatan pedang. Jiyu mencoba bangkit dengan bertumpu pada kaki satunya yang baik-baik saja. Gadis itu berhasil melarikan diri dari penginapan Gyesi.

Gadis itu memaksa kakinya untuk melangkah ke suatu tempat dengan menyeret kakinya. Seperti dugaan, klan pengendali angin memang merepotkan. Gerakannya tidak terbaca dan tiba-tiba menyerang. Jiyu meraba-raba dinding rumah seraya berjuang bergerak ke suatu tempat.

Langit malam di kota Yeonsung begitu pekat. Angin menderu kencang disertai aroma nikotin yang menguar memenuhi udara jalanan. Kakinya yang masih sehat terantuk pinggiran pondasi sebuah rumah. Dia kembali jatuh tersungkur. Gadis itu menghela nafas. Perjalanannya terasa sangat berat. Jiyu mengangkat kakinya yang terluka. Dia merobek pakaiannya dan membalut lukanya dengan kain itu.

Suara-suara aneh muncul dari setiap rumah yang membuatnya seperti terkena ilusi. Jalanan juga begitu sepi. Setelah beristirahat sebentar, gadis itu bangkit dan kembali bergerak.

Dia menendang sebuah pintu dari rumah kayu yang tampak sepi. Namun, siapa sangka di dalamnya begitu ramai. Seseorang sangat terkejut dengan kedatangannya. Gadis itu melotot ke arah orang itu. Seakan tahu apa yang di maksud, orang itu mengajak Jiyu mengikutinya.

Seorang pria berbadan tambun tengah duduk di tengah ruangan dengan seorang gadis di pangkuannya. Mereka asyik bercumbu dikelilingi oleh orang-orang berbau nikotin yang mengerumuni meja-meja di sebelahnya.

Jiyu menyeret sebuah kursi dan duduk di depan pria tambun itu. Salah satu kakinya terangkat dan diletakkan dikursi. Dia menelengkan kepalanya seolah menunggu pria itu menyelesaikan urusannya.

"Bos ..." Seseorang berucap pelan seolah takut mengganggu pria yang menjadi majikannya itu. Si pria tambun berhenti. Dia menoleh ke depan dan bertatapan dengan sepasang mata heterokrom.

Gadis itu meraih sebuah bungkusan yang tergantung di pinggangnya dan melemparkan itu ke depan si pria tambun. Cairan berwarna merah merembes keluar dari bungkusan. Si pria tambun tertawa seakan tahu isi dari bungkusan itu. Jiyu berdiri. Tugasnya sudah selesai.

"Hei!" Suara keras dari si pria tambun membuat Jiyu menoleh. Sebuah kantung kecil terlempar ke arahnya.

Dia menangkap kantung itu dengan dua tangan. Si pria tambun menyeringai, "Tambahan ... lalu permintaanmu, orangku sedang bergerak. Tunggu sampai dia kembali."

Jiyu gantian menyeringai. Dia menggenggam kantung berisi koin dan mengangkatnya. Kemudian gadis itu keluar dari tempat berbau nikotin itu.

-----

Rok panjang warna merah berayun pelan seiring dengan langkah kaki anggunnya. Sebelah kakinya berjinjit di setiap langkahnya untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya. Sebuah kerudung berlengan berwarna merah muda menutupi kepalanya, menyembunyikan rambut panjang beserta wajahnya. Gadis itu sengaja menutupi sebagian wajahnya agar orang-orang tidak dapat melihat matanya yang berbeda warna.

Ibukota Miryeo terlihat begitu sibuk. Jiyu berjalan di tengah-tengah masyarakat yang menggelar barang dagangannya di pinggir jalan. Dia datang ke ibukota untuk membeli pakaian laki-laki sebagai salah satu properti penyamarannya. Pakaian yang semalam sudah dia bakar karena terdapat bercak darah si pria bertompel dan juga darahnya sendiri.

Gadis itu melewati sebuah papan pengumuman dan berhenti di depannya. Dia membuka sedikit kerudungnya. Sebuah lukisan wajah seseorang tertempel di papan itu.

Seorang pria yang dituduh sebagai pembunuh yang beraksi di penginapan Gyesi dengan ciri memiliki kakiterluka. Ada hadiah uang bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya. Jiyu tersenyum. Tidak akan ada yang bisa menangkap pria itu.

GEMINI (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang