part 5

14.5K 127 1
                                    

ruangan yang kini dipenuh lentingan garpu dan sendok serta sesekali terdengar kecapan mulut yang entah dari siapa membuat suasana rumah terasa lebih tajam dan dingin,diriku yang tak sanggup lagi akhirnya dengan gagu mengungkapkan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat mengubah ruangan dingin menjadi sedikit hangat.

"bagaimana penerbanganmu kak?"tanyaku

"baik"jawab reza singkat dengan tatapan setajam elang kearah mama

"baiklah,bagaimana pekerjaanmu ma?"tanyaku lirih entahlah aku sedikit enggan untuk mempertanyai hal seperti itu setelah apa yang ia lakukan padaku.

"tidak ada yang spesial"jawabnya anggun tersenyum tipis dengan bongkahan daging yang masuk kemulutnya

"baiklah aku sedikit muak"ucapku meletakan kedua sendok dan garpu kemeja"bagaimana jika kalian menghentikan tatapan dan suasana canggung ini"ucapku datar"khh..,dan bisakah kalian menjelaskan semua kepadaku,apa yang kalian lakukan,apa yang kalian sembunyikan,dan apa yang telah terjadi"ucapku kembali gusar"apa kalian tau betapa tersesatnya aku sekarang hah!"teriakku muak"kumohon khh,aku lelah"isakku meremas rambut dengan kedua tangan.

"APA KALIAN TIDAK INGIN BERBICARA HAH!" teriakku menggema
"persetan dengan kalian,aku akan pergi"ucapku lelah menatap kedua orang yang bahkan tidak berani menatap diriku sedikitpun.

"sya"panggil reza tampa melihatku diambang pintu "tenangkan dirimu,maafkan aku..aku tidak bisa meneman..."

"persetan dengan kepedulianmu kak"ucapku membanting pintu yang kuyakini membuat kedua orang tersebut tertegun sesaat.

"baiklah reza,bukankah kau harus menjelaskan kepadaku apa yang telah kau lakukan kepada anak perempuanku"ucap mama tersenyum anggun memotong sebongkah daging menyondorkannya kedalam mulutnya

"persetan dengan dirimu ma,apa yang kau inginkan hah!?..kau menguncinya. apa kau tau perasaannya?,apa kau tau semua ini membuatnya gila!"tanya reza dengan rahang menggeras.

"baiklah"ucap mama meletakkan kedua garpu dan sendok keatas meja"pertama,bukan aku yang memulai semua ini.kedua,aku menguncinya agar ia tau bahwa walaupun benar dia bukan anak kandungku,aku tidak mengizinkannya pergi dan ketiga lambat laun ini akan terjadi entah aku harus bersyukur ini terjadi pada saat yang tepat dan berbicara tentang itu aku ada hadiah untukmu"ucap mama tersenyum miring hingga tanggannya bergerak bertepuk dua kali "masuklah nak" ucapnya yang membuat aku menoleh kebelakang punggungku.

"selamat malam,reza"ucap pria tinggi dengan pakaian rapinya

"vino?"tanyaku bingung

"bagaimana,bukankah ia lebih pantas berdiri disamping tasya"ucap mama yang berhasil membulatkan mataku."aku yakin kau belum meniduri adikmu,kau menyayanginya"ucap mama yang berhasil membuatku seketika mematung "pfftt..apa kau bodoh?kau mengharapkan cinta tumbuh dengan sendirinya dari adikmu bahkan setelah semua yang kau lakukan padanya hari ini"ucap mama menyudut "reza,apa kau lupa hah? kau dipikiran tasya adalah seorang saudara bukan seorang pria"ucapnya telak tersenyum miring
"sepertinya semua ucapanku tepat sasaran"ucap mama meneguk air digelasnya"baiklah,sepertinya vino dan aku akan pergi menjemput tasya,kau pilihlah kamar dirumah ini bagaimanapun aku tidak bisa mengusirmu didepan tasya"ucapnya datar namun menekan disetiap kata yang terbesit dilidahnya

"sampai jumpa reza"ucap vino tersenyum ramah"teman lama"lanjutnya kembali hingga tubuhnya berjalan dengan mama yang menggandeng lengannya melangkah kearah pintu.

'praakkkk'

"sialan"ucap reza marah melempar gelas didepan wajahnya.sedangkan disisi lain tasya menangis menjadi jadi didalam mobil dengan kelajutan diatas rata rata hingga ia menabrak sebuah pohon didepannya.

The Silent BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang