part 8

10K 103 1
                                    

"bukankah itu dia?"tanye ceren

"pelankan suaramu,berjalanlah cepat"ucapku

"tasyaa?"teriak vino

"ohh shitt,bagaimana ini?"tanya ceren panik

"berjalanlah cepat larilah kemana saja"ucapku ikut panik tampa pikir panjang akupun ketoilet perempuan tampa menoleh kebelakang.

"kau lari kemana?" ketikku kepada ceren melalui chat

"aku keperpustakaan"balas ceren

"ku harap ia mengikutimu" ketikku kembali

"untung saja rambut kita sama panjangnya" balas ceren kembali

"aku pulang duluan,mohon bantuannya,hehe" ketikku merasa aman

"uhhh pangeran aku datang,wkwkwk" balas ceren

diriku pelan pelan melangkah keluar menatap kearah kiri dan kanan untung saja tidak ada orang yang artinya ceren berhasil mengelabuinya dengan cepat aku keparkiran memasuki mobilku dan berjalan keluar kampus yang begitu sesak ini.

"aku pulang ceren"ketikku hingga akhirnya aku sampai didepan pintu rumahku namun langkahku terhenti didepan pintu,sebuah notif masuk dengan nomor yang tidak diketahui

"kau dimana sya,mengapa kau lari?"
tampa pikir panjang aku tau siapa pengirimnya baru saja aku ingin membalasnya hingga pintu rumah terbuka dengan pria didalamnya"mengapa kau masih diluar sana,apa kampusmu telat selesai?"tanya reza bingung
"ah iya,aku lelah aku ingin pulang cepat"jawabku ramah
"masuklah sya mengapa disana"ucap reza menyerngitkan kening
"ya aku ingin masuk ini"jawab tasya santai seolah tidak terjadi apa apa.
hingga notif hpku kembali berbunyi

"aku akan kerumahku,kurasa tidak papa bukan?"

aku yang mulai panik bingung ingin membalas apa hingga kak reza mengambilnya "siapa?" tanya reza datar

"entahlah aku tidak tau"ucapku datar berusaha tidak panik
"maka kita akan cari tau sya"jawab reza yang membuatku semakin mati kutu

"datanglah" balas reza melalu hpku

"mengapa kau berkeringat?..hmm?"tanya reza tajam

"tidak,bukankah sedikit panas? hehe"ucapku panik

"bersihkan dirimu sya,sebaiknya kau mandi"ucap reza datar tampa pikir panjang akupun menurut entahlah aku hanya ingin rileks sesaat sedangkan disisi lain vino sedang berjalan kearah rumahku dengan alamat dari ceren tadi,reza yang sudah mengenal nomor tersebut tampa pikir panjang berniat melakukan aksinya.

pintu yang tidak terkunci dengan dirinya yang tidak memakai baju memasuki kamar sya biarkan iblis itu tau bahwa sya tidak dapat diambil dari diriku

guyuran air yang membasahi tubuh sya,uap panas yang memenuhi seisi ruang,bagaimana bisa adikku bisa secantik ini.

"kyaa,kak?..mengapa kau disini? apa kau gila?"ucap tasya mematikan air shower mengambil handuk untuk menutupi setengah tubuhnya.

"kau benar cuacanya sedikit panas"ucap reza mendekat

"kau bisa mandi setelah aku,apa apaan kau!"ucap tasya melangkah keluar.

"tasya,apa kau tidak menyukai ini?"ucap reza membekap tasya dari belakang membisikinya ditelinga merah gadis tersebut.apa kau tidak merasakan semua ini begitu nyaman"tanya reza membelai tubuh adiknya.

"kak ku mohon,jangan seperti ini kepadaku"ucap diriku yang sudah bergetar hebat,tubuh ini mengapa begitu lemah.

"tetaplah disini,apa kau tidak ingin merasakannya lagi hmm"ucap reza dengan tangan menyentuh kearah bawah sana persetan dengan segalanya tubuh ini tidak dapat menolaknya ini begitu nikmat.
"kak hah aku tidak sanggup"ucap tasya memberat
"keluarkan saja dirimu yang sebenarnya sya"ucap reza tersenyum manis hingga bibirnya kembali bertaut

"ti..tidak"ucap tasya terbata bata dengan nafas memberatnya

"aku tidak bisa"ucap tasya kembali mempertegas bahwa ia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama,syapun keluar kamar mandi dengan kepala tertunduk "vi..vino?"panggil sya tak percaya menabrak dada bidang pria didepannya

"bagaimana bisa?,keluar kau sekarang reza!"teriak vino marah.

"tidak,tidak terjadi apa apa,ku mohon kau pulanglah"ucapku menenangkan

"mengapa ia harus pulang sya?"tanya reza keluar kamar mandi memakai handuk meliliti pinggangnya

"kak kumohon"lirihku kelelahan tubuh vino yang sudah mengeras ingin melangkah mendekat,menarik reza yang menatapnya dengan angkuh

"kumohon aku lelah brengsek,bisakah kalian tidak menggangguku"teriak tasya frustasi,keduanya tertegun sesaat menatap diri tasya yang meringgis
"aku hanya ingin hidup tenang,kumohon. aku ingin kehidupan normalku kembali tidakkah kalian mengerti,hah?"tanya tasya menatap vino dan reza secara bergantian berharap kedua pria tersebut mengerti isi hatinya namun yang ia liat kedua pria dihadapannya sama kerasnya.

"persetan dengan kalian!"ucap tasya pergi dengan handuk yang meliliti tubuhnya meninggali kedua pria yang sama kerasnya didalam ruangan tersebut.

"dia adikmu brengsek!"gertak vino menggeras,terlihat tasya sudah pergi meninggalkan mereka.

"bagaimana bisa kau membuatnya tak berdaya begitu hah!"gertak vino menggeram mendorong tubuh reza kedinding

"mengapa? bukankah dengan begini kalian tidak bisa mendapatkannya"remeh reza

"apa yang kau katakan hah!!"ucap vino semakin menggeram.

"kau tau?.sekeji kejinya aku,aku tidak pernah berniat menguasai hak suaranya"ucap reza tersenyum miring mendorong vino menjauh.

"aku akan menikahinya vino" senyum reza miring

"jika kau ingin tasya bahagia seharusnya kau mengerti kalo ia salah"ungkap reza kembali membuat vino diam mematung dengan rahang yang mengeras.

"tasya tidak pernah bahagia ditangannya"akhiri reza

*****

note:taburkan bintang dan komentar untuk meninggalkan jejak

The Silent BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang