Author Pov
Jihra tak kuasa menahan rasa sakit dihatinya setelah Jimin mengatakan selamat tinggal. Kemudian...
Byurrr....
Hujan turun bersamaan dengan air mata Jihra yang meluncur deras di pipinya. Ia masih tidak menyangka bahwa Jimin tega mengingkari janjinya itu.
Catat. Ini adalah hari terhancur dalam sejarah kehidupan seorang Lee Jihra.
Hujan masih turun dengan deras. Bukannya meneduh tetapi Jihra terus berjalan pulang dengan membawa kehancuran perasaannya. Kini pakaiannya sudah basah kuyup terkena hujan
Jam menunjukkan pukul 23:00
Kini Jihra sudah sampai dirumahnya.
Ia masuk dengan langkah gontainya. Tanpa memikirkan bagaimana jika orang tuanya tahu dia keluar rumah selarut ini.Ah, biarlah. Jihra sudah tidak ada tenaga untuk itu.
Lalu ia masuk ke kamarnya dan bergegas mengganti bajunya.
Setelah mengganti baju, Jihra merasakan sakit yang luar biasa dikepalanya.
Terlihat bagaimana ia meraba dinding untuk sampai di sudut kamarnya pas didepan penghangat ruangan. Jihra sangat kedinginan.
Ia mendudukkan tubuhnya di lantai.
Semua kejadian tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Bagaimana Jimin yang dengan mudahnya mengatakan bahwa hubungan mereka selesai. Padahal Jihra ingat betul. Jiminlah yang sangat bersikukuh agar dirinya mempercayai Jimin saat itu. Setiap kali ia mengingat kejadian tadi semakin membuat hatinya terasa sakit.
Tak terasa air matanya sudah keluar lagi ntah untuk keberapa kalinya. Ia mengeluarkan semua isakkannya yang sedari tadi ia tahan.
Ya. Jihra tidak takut orang tuanya mendengar tangisanya malam malam begini. Mereka tidak akan bisa mendengarnya dari kamar ini. Karena kamarnya yang kedap suara. Appa Jihra merancangnya khusus agar dia tidak terganggu saat belajar.
Jihra bersandar dengan kedua lutut yang dipeluknya erat.
"Apa ini Jihra?! Kenapa kau sangat lemah?? Kenapa kau menangis karena pria brengsek itu?? Kau menganggap dirimu kuat akan apapun lalu air sialan apa yang keluar dari matamu ini?" umpatnya.
Terkadang ia berfikir. Jimin? Apakah kau dirinya punya hati? Kenapa dia selalu melakukan semuanya sesuka hatinya? Apakah dia tak pernah memikirkan perasaannya? Kenapa kau sangat membingungkan Park Jimin?!
Apa tidak bisa katakan saja dengan cara yang bagus, berikan Jihra pengertian. Mungkin Jihra bisa mengerti keadaannya. Tidak perlulah membentak bentaknya juga.
Ntahlah, kau sangat egois!
Kau memuakkan!Aku benci kau Park Jimin!!
***
Disisi lain Park Jimin,
Ia begitu bingung harus menyesal atau tidak atas apa yang dilakukannya barusan.
Seharusnya dia senang ini seperti yang ia harapkan. Namun hatinya berkata lain.
Darah disudut bibirnya yang berasal dari tamparan pertama yang ia dapat selama ia hidup yaitu dari Jihra seharusnya menjadi nilai plus bagi Jimin bahwa rencananya benar benar berhasil. Bahkan,
Sempurna.
Tapi ia hanya tersenyum kecut. Hatinya tidak mengharapkan itu.
Jimin lebih dulu berlalu setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Come Back? [PJM]✔️
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] "Satu kebahagiaan yang tak pernah terbayang dalam hidupku adalah bertemu denganmu, lelaki yang membuatku selalu rindu dan jatuh cinta. Bahkan dengan kata-katamu yang luar biasa, mudah menggoreskan senyum dibibir ini. Yah, namun itu d...