Dimulai disini, walaupun sebenarnya tidak. (Prolog)

257 18 5
                                    


"Maaf, siapa namanya tadi, Kak?"

"Aby, Abyasa."

"Oh, kayak yang di cerita wayang itu? beliau kakeknya para pandawa, kan?" Ia tersenyum cerdik. berusaha menarik simpatiku dan menunjukkan bahwa di balik seragam yang masih bau penjahit, SKHUN yang baru keluar semalam, seyum yang masih polos-polosnya itu, ia masih mengikuti adat istiadat jawa. tak ketinggalan Mahabharata India yang sudah tidak jaman itu.

"Iya." aku mengangguk dan kubiarkan adik kelas baru itu bahagia dengan pengetahuannya karena hari ini ia pasti kesusahan mencari teman. Aku pandangi mereka satu persatu, Masih bocah batinku, sebentar lagi mereka mungkin akan paham betapa indahnya peraturan sekolah ini. Tanpa sengaja, senyum tersungging di pipiku, mereka setidaknya asik. Kantin sekolahku makin lama makin sesak semenjak aku datang kesini sepuluh menit yang lalu. adik kelas baru sedang sibuk-sibuknya mencari jajanan yang pas dengan uang saku dan lidah mereka, yah setidaknya banyak hal yang perlu kau lakukan untuk beradaptasi.

(*)

"Selamat pagi!" sapa Pak Sargi penuh bara di kelasku, akhir-akhir ini aku mendapatkan gambaran baru tentang Pak Sargi. Pria di balik seragam batik Parijotho yang memukau ini memiliki kekuatan dalam kesederhanaan sikapnya.

Pekerjaannya sebagai guru dan Kesiswaan itu melapisi sekolah kami dengan peraturan yang ketat. dari berangkat sekolah hingga menjejakkan kaki keluar gerbang di sore hari pun tak luput dari pengawasan beliau.

"Pagi! Pagi! Matsesa Jaya! Allahuakbar!" teriak satu kelas dengan penuh semangat pula, kuperhatikan seisi kelasku untuk pertama kalinya di kelas 8 ini. Reyhan, dia di kelas ini juga. Wah, ada Firman, sepertinya kali ini aku tidak bisa membolos piket tahun ini. Tunggu dulu, sepertinya ada yang salah. Oh! ternyata tidak ada yang berubah sama sekali di kelasku. Bukannya seharusnya kami di acak? "Pagi ini adalah tahun baru bagi kalian," ucap Pak Sargi tegas, otomatis membuyarkan lamunanku,"Semoga di tahun ini kalian lebih giat, lebih semangat, dan terus menjunjung disiplin tinggi, supaya kedepannya kalian menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Allahumma?" "Aamiiin!!"

(*)

"By? nontonin anak-anak MOS, kuy?" tiba-tiba Teddy menghampiriku, "Ada apa? ada yang bening emang?" tanyaku menggodanya yang terus mendesakku untuk ikut bersamanya. "Udah, ayo liat dulu!" tangannya menyabet tanganku hingga akhirnya aku pun terseret keluar. 

"Gila ya by, bening bening semua." decak kagumnya membuatku jijik setengah mati, "Itu penyakit! PENYAKIT! sebentar lagi kutelepon Komnas Perlindungan Anak, kalo disini ada remaja pedo yang berkeliaran bebas memburu bocah-bocah gak bersalah." teriakku sembari mendorongnya menjauh, aku tertawa. tertawa. dan masih tertawa. memang, bening.


Secuil Cerita Untuk Hari IniWhere stories live. Discover now