16-Merdeka.

88 7 3
                                    

17 Agustus.

Lapangan upacara sudah sangat ramai. Penuh oleh siswa-siswa dengan berbagai atribut kebanggaan sekolahnya. Beserta guru-guru yang serta merta, sengaja-tidak sengaja memamerkan perhiasan yang selama ini belum pernah sama sekali mereka pakai ke sekolah. Bukan siswa, guru berselfie ria. Kurasa hari ini benar-benar hari kemerdekaan yang sesungguhnya.

Teriknya matahari membuat hampir seluruh mata terpicing saat akan menyapa satu sama lain. Kebanyakan justru mencari bagian lapangan yang tertutup bayangan, tak peduli tertutup bayangan apa. Yang jelas bukan bayang-bayang masa lalu.

"Dianter? atau ngojek?" Irsyad yang awalnya sedang mengobrol bersama Narendra menoleh melihat kedatanganku.

"Dianter, bukannya udah keliatan? ga bau ojek kan?" Aku mengangkat lenganku dan mengendus-endus seragam pramuka ku. "Nanti kita pulang jam berapa sih? Aku ngantuk, semalem jaga konter." Narendra mendengus kesal, tanpa mengharap jawaban dari kami semua.

Tak lama, suara MC terdengar lewat pengeras suara. Posisi kami, para siswa berseragam pramuka, ada di sebelah barat. barisan barat menghadap timur yang paling pojok selatan. Bingung? memang aku tidak?

"Sana itu, pojok sendiri." Kata-kata pak Sargi sudah cukup menjelaskan secara mendetail tentang apa yang dijelaskan secara susah payah, berusaha menggunakan bahasa baku yang justru menyusahkan kami semua.

Awalnya aku mengira upacara ini akan berlangsung khidmat, tenang, skuyliving tanpa ada ke-barbar-an siswa-siswa di sekitar kami. Ternyata tidak, belum sepuluh menit upacara dimulai, snack kotakan sudah dibagikan, beberapa siswa di depanku sembunyi-sembunyi memunguti makanan yang ada di dalamnya. Sepuluh menit kemudian tidak ada lagi yang namanya malu, semua siswa di barisanku duduk terjongkok memakan semua snack yang disediakan di boks.

"Merdeka." bisik Reyhan dengan mulut penuh lumpia. Semuanya tampak bahagia, ketika aku sedang asyik-asyiknya mengunyah makanan bersama mereka, hpku berbunyi.

Ting...

8.43

Aby..

Ya?

Kamu ikut upacara ga sih?

Ikut, kenapa? kangen? :v

Paansi_-

Kamu di barisan mana emang?

Deketnya bocah SMA yang tinggi gede.

Kamu yang barisannya hadap utara kan?

Oh disitu, tapi belum keliatan :v

Iya aku disitu.


Suara drumband yang mengagetkanku membuatku terlonjak, segera ingin melihat apa yang terjadi. Drumbandnya dibilang lumayan atau keren aku tidak tahu, sudah lama sekali aku tidak menonton apalagi main drumband. Terakhir aku main drumband adalah ketika aku masih usia TK. Dan ya, untuk ukuranku, aku main simbal. Kata teman temanku di TK dulu simbal tidak terlalu berpengaruh pada jalan permainan drumband. Dan bodohnya aku percaya. Selama lomba dimulai dan tiga lagu dimainkan, aku tidak memainkan simbal dengan posisi yang nggenah asal Cetar ceter tidak jelas. Hasilnya, guru drumbandku menasihatiku untuk bermain lebih keras lain waktu. Mulai saat itu juga, aku tidak akan pernah percaya begitu saja pada omongan kawanku sebelum aku melihatnya sendiri. #DontSpoilTheEndgame

(*)

Akhirnya upacara selesai juga. Aku lirik jamku, 9.37. Pantas saja cuacanya super panas. Berkali-kali aku rasakan keringat mengucur dari ujung tengkuk sampai lubang pantat. Dan rasanya, Perfect.

Secuil Cerita Untuk Hari IniWhere stories live. Discover now