BAB 4

257 72 24
                                    

14 Oktober 2019

"Ttangkongie?" Ulang Daniel yang dibalas anggukan sedih dari Jaehwan. "Kenapa harus Ttangkongie?"

"Itu karena, saat kami melihat mereka untuk yang pertama kali, mereka terlihat sangat kecil seperti biji kacang"

"Mereka?" ulang psikolog Ha.

"Ada dua biji kacang di dalam perut Maeri"

"Dua??"

9 November 2017

"Makanlah, kau perlu makan Maeri"

Jaehwan paham, bahwa selama dua hari ini Maeri memilih untuk diam dan menatap kosong keluar jendela karena kehilangan janin didalam rahimnya, jika dipikir tak hanya Maeri tapi dirinya merasakan hal yang sama karena kehilangan buah cinta mereka.

"Maeri, aku mohon jangan seperti ini"

"..."

"Aku berjanji tidak akan memanggil anak kita dengan sebutan ttangkong, aku akan mencari nama yang lebih bagus dan keren dari itu. Jadi aku mohon makanlah"

"..."

Sejujurnya Jaehwan bahkan kehabisan akal untuk membujuk Maeri makan atau hanya untuk sekedar berbicara, iapun lelah, iapun sedih tapi tak ada yang bisa Jaehwan lakukan. Ia hanya ingin Maerinya kembali, Maeri yang selalu cerewet dan berteriak, tidak seperti saat ini yang membuat Jaehwan frustasi.

"Satu, tidak dua sendok saja Maeri, ok"

Satu sendok penuh berisi makanan Jaehwan coba berikan kepada Maeri yang masi diam, Jaehwan membuka mulutnya seolah meminta dan menuntun Maeri untuk membuka mulutnya, namun Maeri segera menepis tangan Jaehwan menjauh sehingga membuat piring dan sendok itu terlempar.

Jaehwan menghembuskan nafasnya dalam.

"Aku tidak mau"

"Kenapa? Kau harus makan untuk melanjutkan hidupmu. Hidupmu dan hidup kita tidak berahir sejak dua hari yang lalu Maeri" Nada Jaehwan mulai meninggi.

Kedua mata Maeri menatap Jaehwan sedih, "Apa kau tahu apa yang ku rasakan? Aku kehilangan mereka Kim Jaehwan, mereka sudah tidak ada. Kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, bagaimana perasaanku saat ini kau tidak merasakanya"

Jaehwan berusaha menutup mulutnya rapat sementara emosi di dadanya mulai meluap, mungkin jika ia tidak berfikir panjang, ia akan menjawab semua kata-kata Maeri dan argument mereka samakin panjang. Jaehwan memilih untuk merapikan dan membersihkan makanan yang terjatuh di lantai penuh diam.

Airmatanya mulai menggenang, mungkin ia tak tahu apa yang Maeri rasakan saat ini, tapi ia juga merasakan kesedihan yang sama, ia juga kehilangan dan itu juga menyakitinya. Perlahan air matanya mulai menetes, membuatnya tak tahan dan sesak, perlahan ia menatap atap-atap kamar sebelum akhirnya kembali menatap Maeri yang sedang menangis.

"Aku juga kehilangan mereka Maeri, ini bukan hanya tentang dirimu tapi juga tentang aku dan tentang kita. Aku merasa sedih harus kehilangan mereka Maeri bahkan sebelum aku bisa melihat atau menyentuh mereka. Tapi mengapa seolah hanya kau yang merasakanya? Bagaimana denganku?"

Air mata Maeri terus mengalir, isakanyapun semakin nyaring terdengar.

"Maeri, ini juga sangat sulit untukku, tapi yang kupikirkan saat ini adalah bagaimana kita bisa melanjutkan hidup kita, menatap kedepan dan tetap berjalan tanpa memikirkan semua hal menyakitkan ini. Biarkan semua yang telah terjadi menjadi pelajaran untuk kita Maeri agar kita bisa menjaga anak kita lebih baik lagi dan kejadian seperti ini tidak terulang kembali"

LIVING UP WITH OUR HAPPINESS : KIM JAEHWAN [TRAPPED SERIES #4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang