BAB 7

284 53 36
                                    

Kursi taman keduanya pilih untuk bersantai di waktu sore hari, menikmati minuman hangat dalam paper cup dan langit sore hari yang begitu jernih. Sesekali Jaehwan merapikan rambut Maeri yang menganggu penglihatanya untuk menatap wajah cantik Maeri lebih jelas.

"Dulu aku sering bilang bahwa kau jelek, tapi sekarang aku mengakuinya jika kau cantik"

"Siapa itu sekertaris Oh Hyujin?" Tanya Maeri tiba-tiba.

"Tiba-tiba?"

"Jawab aku! Aku sedang tidak membutuhkan pujian atau rayuanmu"

"Dia dulu salah satu staf di divisiku"

"Ah, stafmu cantik-cantik rupanya, kau bahkan tidak pernah bercerita padaku bahwa kau memiliki karyawan yang sangat cantik"

Dari nada bicara dan wajah Maeri, Jaehwan tahu bahwa Maerinya sedang cemburu.

"Hanya enam bulan saja, sebelum akhirnya direktur Ahn menarik Hyujin untuk menjadi sekertarisnya"

"Dia seorang sekertaris dan cantik, sangaaaat cantik seperti miss Korea dan kalian terlihat sangat dekat, kau bahkan tersenyum kepadanya begitu manis"

"Lalu apa aku harus memasang wajah marah padanya?"

"..."

"Kami tidak dekat Maeri, biasa saja, hanya mengobrol saat perlu." Maeri mulai menekuk wajahnya, sejujurnya sikap cemburu Maeri sangat menggemaskan. "Jangan bilang kau cemburu karena sekertaris Oh?"

"..."

"Tenang saja, meskipun aku tampan, aku tidak akan mempergunakanya untuk kepentingan yang yang salah"

"Jika kalian tidak dekat, mengapa dia sampai tersenyum selebar itu padamu sampai bertanya hal seperti itu. Topik tentang kehamilan adalah hal sensitif Kim Jaehwan"

Jaehwan mengangguk sekilas, sebelum akhirnya tersenyum. Ia sadar yang membuat Maeri jengkel bukan hanya karena pertemuanya dengan sekertaris Oh tapi tentang apa yang sekertaris Oh katakan sesaat mereka bertemu tadi. Faktanya Maeri dan Jaehwan sama-sama menghindari topik sensitif yang bisa melukai hati mereka.

"Maaf, apa kalian sepasang kekasih?"

Maeri dan Jaehwan terkejut, menoleh dan menatap seorang wanita renta yang tiba-tiba hadir didalam percakapan keduanya, duduk tepat disamping kursi taman yang Maeri dan Jaehwan pilih.

"Apa kami terlihat seperti sepasang kekasih? Wajah kami memang masih terlihat sangat muda" jawan Jaehwan.

"Ya, kalian masih sama-sama terlihat muda"

"Tidak, kami adalah sepasang suami istri" Jelas Maeri, tak lupa ia menyematkan senyum terbaiknya.

"Oh sungguh? Sangat menyenangkan melihat kalian. Sudah berapa tahun kalian menikah?"

"Satu tahun, yakan Maeri?" Maeri mengangguk.

"Apa kalian hanya berdua saja?" Maeri memahami betul kemana arah pertanyaan itu sehingga ia mengangguk sebagai jawaban.

"Maafkan aku, aku hanya bertanya karena kalian terlihat sangat serasi. Sedari tadi aku melihat pertengkaran kecil kalian dan itu sangat menggemaskan. Mengingatkanku dengan suamiku yang baru saja pergi"

Jaehwan dan Maeri saling menatap.

"Lalu, Nenek seorang diri disini?"

"Ya" wanita senja itu tersenyum begitu damai. "kami tidak memiliki seorang anak sampai saat ini, jadi sampai masa tuaku, aku hanya menghabiskan waktu seorang diri"

"..."

"Dulu kami berfikir tentang bagaiman membahagikan satu sama lain meskipun tanpa seorang anak, kami sangat menikmatinya, saat-saat bersama kami lebih tepatnya. Tapi saat kami menua, kami sangat merasa kesepian. Kami merasa bahwa berdua saja nyatanya tidak cukup, tidak ada anak-anak, tidak ada cucu-cucu yang menggemaskan disekitar kami di usia senja ini. Semua terasa sepi"

LIVING UP WITH OUR HAPPINESS : KIM JAEHWAN [TRAPPED SERIES #4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang