Pembicaraan Serius

127 36 1
                                    

Bagian 6

Tepat dua minggu setelah kejadian air terjun, Bori semakin terbuka pada Chen. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan koin pemberian Chen yang sudah ditukar dengan uang. Belum lagi dengan kemampuan Chen yang bisa membawanya kemanapun tanpa kendaraan dan dalam sekejap.

Chen terlalu sempurna untuk bisa membahagiakannya. Meskipun lelaki yang kini sedang memakan cotton candy dihadapan Bori ini bukanlah manusia, namun Bori merasakan perasaan terikat pada Chen.

Seperti mereka memang sudah ditakdirkan bertemu untuk saling membahagiakan.

Namun, apa yang sudah Bori berikan pada Chen untuk kebahagiaannya? Selalu lelaki ini yang melakukan segalanya untuk Bori.

“Sampai kapan kau berada disini?” Bori menanyakan pertanyaan yang membuat Chen mengalihkan perhatian padanya.

“Sampai kau merasa bahagia tentu saja,” jawab lelaki itu dengan santai, masih memakan cotton candynya.

“Kalau begitu aku tidak akan mau bahagia.” Alis Chen terangkat. “Wae?”

Bori menghela nafasnya. “Karena aku tak ingin kau pergi.”

Chen tersenyum kecil. Lelaki itu mengusak surai Bori dengan penuh kasih sayang. “Akan kupastikan kau bahagia, Bori-ya.”

“Tapi jika aku bahagia, kau menghilang.” Bori merajuk, mencebilkan bibir. Chen dengan gemas meraup wajahnya dan meniup-niup wajah Bori.

“Hei, hei, apa yang kau lakukan?” Bori mendorong wajah Chen menjauh dan menepis tangannya dari wajah Bori.

“Membuatmu merasa kesal. Apa kau sudah kesal?” tanya lelaki itu dengan polos. Bori menggeleng dengan yakin sebelum berlari meninggalkan Chen.

“Bagaimana aku bisa marah jika rasaku nyatanya lebih kuat?”

“Hei, Chen, apa yang telah kau lakukan kepada tubuhku sampai-sampai aku tidak merasakan rasa sakit lagi?” Bori menusuk-nusuk telunjuknya pada pipi kurus Chen, sedangkan lelaki di sampingnya sibuk menonton serial drama yang bagi Bori membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hei, Chen, apa yang telah kau lakukan kepada tubuhku sampai-sampai aku tidak merasakan rasa sakit lagi?” Bori menusuk-nusuk telunjuknya pada pipi kurus Chen, sedangkan lelaki di sampingnya sibuk menonton serial drama yang bagi Bori membosankan.

“Tidak ada yang kuberikan. Kau yang membuat dirimu sendiri bahagia dan melupakan rasa sakit yang kau derita,” ujar lelaki itu.

Bori mengangguk kecil. “Bagimu, apa aku sudah bahagia?” Chen menggeleng. Lelaki itu menyentuh puncak kepala Bori dengan lembut. “Belum. Tapi rona wajahmu sudah kembali. Itu artinya kau sudah dalam perjalanan menuju kebahagiaan, Bori-ya.”

Bori menghela nafas panjang. Berapa lama lagi Chen akan berada di sisinya? Rasanya ia ingin menghentikan waktu. Atau kalau perlu, terbang bersama Chen menuju desanya dan menjadi Rodoo saja daripada harus sendirian di dunia .

“Aku tak akan bisa jika bukan denganmu, Chen. Kau tau itu kan?" Chen mengangguk.

“maka dari itu, berbahagialah. Jika kau bahagia, niscaya aku akan semakin pudar dalam ingatanmu.”

“lalu, kemana kau akan pergi setelah ini?” Bori menegapkan duduknya.

Selama Chen berada di rumahnya, pertanyaan ini tidak pernah sekalipun keluar dari mulut Bori dan Chen pun tak pernah berniat memberitahu gadis itu. Pikiran Bori mulai menerawang, apakah Chen akan kembali ke desanya dan menikah? Atau mencari manusia kesepian lainnya untuk memulai kebahagiaan?

Memikirkan hal itu, cukup membuat mood Bori turun secara drastis.

Mata Bori mengerjap ketika Chen baru saja mengecup keningnya. “Menghilang, mungkin?”

Dua kata namun berdampak besar pada Bori kedepannya.

---

Percayalah, aku ga pernah mau jadi Bori walaupun Chennya so sweet setengah mati:'v

Betewe
Tengkyu 30 votes nya hihi♡

RADIATE ✗ KJD [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang