Beautiful Goodbye.

187 35 13
                                    

Bagian 9

Bunyi pengeras suara di ruang ICU mengejutkan Minju yang sedang tidur di kursi ruang tunggu. Beberapa dokter berlarian masuk ke ruangan itu dan menutup pintu bertepatan dengan Minju yang bangkit dari tempatnya.

"Ada apa dengan Bori?" tanya Jira yang baru saja datang dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Aku tidak tau. Setelah satu bulan koma pasca operasi, baru kali ini detak jantungnya tidak stabil."

Jira menangis membayangkan hal-hal yang bisa saja terjadi pada sahabatnya. Harusnya malam itu mereka tidak membiarkan Bori pulang sendiri hingga sampai seperti ini. Harusnya mereka tahu jika sahabatnya menderita penyakit dan membantu, bukannya malah menghabiskan uang yang harusnya dibutuhkan untuk pengobatan sahabatnya.

"Berhenti menangis, Jira. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah berdoa untuk keselamatan Bori."

"Pasien sudah sadar." Dengan ucapan sang dokter yang mengagetkan, Minju dan Jira segera bangkit dari tempatnya.

"Kondisi pasien stabil. Ini anugerah. Kami akan memindahkan pasien menuju ruang rawat inap biasa." Sedangkan di dalam ruang rawat inap, Bori menatap bingung sekelilingnya. Bukannya dia sedang berada di taman belakang rumahnya bersama Chen yang seketika memudar? Mengapa ia malah terbaring di rumah sakit?

"Kau gila, hah?" tanya Minju yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Apa? Dimana Chen? Mengapa aku di rumah sakit? Bukannya aku di taman belakang rumahku?"

Jira tertawa, antara senang karena Bori sudah sadar dan kesal karena tingkah Bori yang membuat ia berada di rumah sakit itu.

"Kau hampir membunuh dirimu sendiri, dasar idiot!" ujar Minju dengan kekesalan diatas rata-rata.

"Aku?" Bori menunjuk dirinya sendiri. "Lalu dimana Chen? Apakah ia benar-benar menghilang?"

Jira menatap bingung Bori. "Siapa itu Chen?"

Bori memandang Jira dan Bori bingung. "pemuda yang bersamaku di taman belakang tadi."

Minju menghela nafasnya, gusar dengan kelakuan sahabatnya itu. "Taman belakang apa? Kau bahkan koma selama sebulan. Sejak kapan kau ke taman belakang?!"

Bori mengerjap. "Koma sebulan?" tanyanya yang dibalas anggukan kepala dari kedua sahabatnya.

"Tanggal berapa sekarang?"

"21 Maret 2019."

Bori sibuk mencerna semua yang terjadi padanya. Rasanya aneh mendengar dari mulut kedua sahabatnya jika ia koma selama sebulan yang artinya ia koma ketika ia pertama kali bertemu dengan Chen. Apa yang sebenarnya terjadi? Chen hanya imajinasinya? Begitukah?

Lalu selama ini apa?

"Jadi kau tak nyata? Lalu mengapa aku bangun?" gumam Bori.

"Jadi kau tak nyata? Lalu mengapa aku bangun?" gumam Bori

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 April 2019

Bori memandang pohon di taman belakang rumahnya dengan seksama. Entahlah, mungkin selama ini yang bertemu Chen adalah rohnya, bukan dia.

Bori rindu. Rindu akan dekapan hangat Chen dan senyuman manis lelaki itu. Bagaimana cara memanggilnya kembali? Apakah ia sudah benar-benar lenyap?

Bori mengernyit melihat tulisan yang diukir di batang pohon. Terlihat begitu samar tapi membentuk sebuah kata. Bukan bahasa korea sepertinya.

"You never walked alone.."

"Bori!" Bori menoleh dan langsung menemukan kedua sahabatnya yang diterpa sinar mentari berlarian menghampirinya. Saat itu, Bori sadar, cahayanya tidak hanya bersumber pada Chen.

Walaupun cahaya Chen sangatlah menyilaukan hingga membuatnya hampir terkena radiasi, namun cahaya dari kedua sahabatnya tidak kalah terang dari cahaya Chen.

Dan harusnya Bori mensyukuri hal itu.

Ia tak pernah berjalan sendirian.

--

Finish.

Iya. Udah kelar:v emng diri ini tuh bikinnya cuma 9 episode per orang dengan jumlah cerita 9 hihi~~

Tambah prolog jadi 10:))

Makasih buat temen-temen yang udah mau mampir, lebih-lebih lagi buat yang meninggalkan jejak.

Seenggaknya aku tau kalo ceritaku ada yang baca dan itu buat aku seneng banget~~

So, who's next? Sang Hyung Xiumin atau maknae kita Sehun?

Tunggu aja ya^^

RADIATE ✗ KJD [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang