Bagian Lima . Daughters

1.5K 63 0
                                    

So fathers be good to your daughters. Daughters will love like you do. Girls become lovers who turn into mothers. So mothers be good to your daughters too.

***

Alecia

"AYO ITU DIOPER KE NEYMAR!! IYAA IYAAA GOOOOLLLLLL!!!" teriak Nando memecah keheningan kamar kami, sekaligus sukses menarikku dari alam mimpi.

Damn.

"Nandooo kecilin suara kamu! Berisik tahu nggak.. Ini udah malem.. Kalau kamu nggak mau tidur, aku sama Daphnee kan mau tidur.." teriakku sebal bukan main.

Saranku, jika kalian ingin mendapatkan kualitas tidur yang baik setiap malamnya, sebisa mungkin hindarilah menikah dengan seorang pecinta sepak bola yang rata-rata jam tayangnya sudah dipastikan malam buta menjelang pagi dini hari. Sayangnya aku keburu kecebur menikah dengan seorang maniak sepak bola dan karena keputusanku itu, tidur cantikku setiap malam Minggu dan malam Senin akan buyar.

"Maaf-maaf aku kebawa suasana.." elaknya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum tanpa benar-benar merasa bersalah. "Tapi princess, kamu tuh harus lihat kalau Neymar hari ini mainnya super keren.. Dia tadi udah cetak 2 gol dan sekarang masih menit ke 58.. Siapa tahu dia bisa hattrick kan?" kilahnya berusaha mengalihkan inti obrolan kami. Dia malah melanjutkan ocehannya seputar bola, Barcelona, atau apalah itu. Aku tidak paham. "Messi juga nggak kalah kerennya.. Bayangin aja ya, semua gol yang dibuat Neymar itu karena assist dari Messi.. Nggak ngerti lagi deh kenapa Messi nggak dinobatin jadi pemain terbaik dunia padahal kan skill Messi jelas sudah tingkat dewa.."

"Aku mau tidur, Nando.. Toh juga Barca pasti menang kan.. Kamu nggak kasian apa sama aku, gara-gara suara kamu sama suara TV akunya jadi nggak bisa tidur.." Suaraku terdengar putus asa tapi apa daya aku memang benar-benar membutuhkan tidurku sekarang.

Besok adalah Senin dan itu tandanya semua aktifitas kembali harus berjalan normal. Aku harus bangun pagi, mempersiapkan sarapan untuk kami sekeluarga, juga mempersiapkan kebutuhan Nando ke kantor dan Daphnee ke preschool. Tidak, aku bukannya mengeluh. Tentu saja aku suka rela melakukan semuanya untuk keluarga kecilku tercinta. Hanya saja aku ingin benar-benar mendapatkan tidur nyenyakku di malam yang langka ini mengingat Nando sedang absen mengerjaiku dikarenakan haidku yang tengah mampir.

"Sabar ya princess.. Bentaran lagi bolanya habis kok.. Aku masih penasaran sama Neymar siapa tahu dia bisa hattrick.." jawab Nando bahkan tanpa menatap mataku lagi. Perhatiannya sudah tersita kembali pada bola bundar yang diperebutkan 22 orang itu. "Yaudah.. Apa daya aku yang cuma istri kedua.. Istri pertama lagi nongol ya otomatis istri kedua cuma serpihan regal.. Nggak perlu dipeduliin.." balasku dengan nelangsa sekaligus menahan kesal.

Jika aku jahat, mungkin tanpa segan-segan aku akan langsung mencabut saklar televisi. Atau mungkin aku akan menitahkan agar mulai besok tidak boleh ada televisi di dalam kamar tidur. Tapi daripada memilih melakukan itu dan memicu timbulnya perang dunia ketiga, lebih baik kulemparkan saja kalimat-kalimat lebay yang entah kenapa selalu ampuh. Kalimat yang bagai memiliki kekuatan magis yang membuat Nando bimbang dan pada akhirnya dia memilih mematikan televisi.

Seperti yang dia lakukan sekarang.

Kamar mendadak sunyi senyap lagi dengan dimatikannya televisi. Tidak berapa lama kemudian, sisi kiri dari ranjang kami pun bergerak pelan-tanda jika si pemilik sisi itu sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Detik berikutnya berlalu dan lengannya kemudian melingkari pinggangku-seperti yang selalu dia lakukan setiap malam. Dia sengaja memajukan tubuhnya, mengikis jarak diantara kami. Dapat kurasakan deru nafas hangatnya pada tengkuk leherku.

Unbiological Sisters Wedding DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang