You used to smile and have stars in your eyes.
Now you smile and have nothing but the dark night sky.***
Joseph
Desember 2015
Dia tidak sadar wajahnya tengah kuteliti. Mungkin dia kesal karena aku menolak permintaannya. Mungkin juga dia tengah memikirkan bujukan lain agar aku menerima tawarannya barusan. Wajahnya saat sedang berpikir keras seperti sekarang ini sungguh menggemaskan. Pipinya menggembung dengan dahinya yang berkerut-kerut dan bibirnya mengerucut kecil.
Andai dia tidak baru saja merusak suasana hatiku, mungkin aku sudah menariknya ke dalam pelukanku dan memberikannya hujan ciuman di seluruh wajahnya.
Ayolah siapa yang suasana hatinya tidak rusak jika diminta harus bermasturbasi ke dalam sebuah wadah kecil yang menyedihkan. Dengan tangan sendiri pula.
Double menyedihkan.
"Ayolah Josh coba kamu pikirkan.. Mungkin ini bisa berhasil.." bujuknya hampir putus asa. Dia memang telah mengeluarkan segala jenis rayuan yang dia miliki dan keputusanku belum berubah. Dia bahkan membacakan semua baris yang ada di artikel yang dia temukan. "Teruskan Glo.. Keputusanku masih belum berubah.." balasku sengaja membuatnya semakin kesal. Dengan harapan dia marah lalu pergi meninggalkanku sekaligus melupakan ide gila ini.
Dia yang sejak tadi kusebut-sebut adalah istri sahku. Adriana Gloria, wanita yang sejak tiga tahun lalu memperlihatkanku makna kehidupan yang sebenarnya. Wanita ini juga yang sejak setahun terakhir harus kupantau kewarasannya karena ide-ide gila yang terus-menerus dia cetuskan berkat obsesinya yang menginginkan kehadiran seorang anak di dalam pernikahan kami.
Obsesinya akan perasaan bersalahnya kepadaku.
"Josh, kumohon.." Suaranya benar-benar terdengar putus asa sekarang. Aku benci nada suara yang dia pakai sekarang. Aku benci dia terlihat begitu lemah di hadapanku sekarang dimana salah satu alasanku memilihnya adalah karena dia adalah wanita kuat yang mampu menandingiku. "Ini mungkin akan menjadi satu-satunya jalan keluar Josh.. Kamu tahu, sudah setahun ini kita mencoba dan tidak ada hasilnya sama sekali.." sambungnya frustasi.
Banyak hal yang terjadi dalam setahun terakhir ini dan tidak terhitung lagi berapa ide gila yang dia lontarkan dari bibir mungilnya itu. Yang hari ini kualami jelas bukan yang terburuk karena aku telah melewati yang terburuk diantara yang terburuk lainnya.
Dia memintaku untuk menikah lagi.
Entah dimana akal sehatnya saat mengemukakan ide itu.
Demi Tuhan, matanya bahkan berkaca-kaca saat dia memintaku mencari wanita lain yang bisa memberikanku keturunan.
Pada akhirnya aku berhasil menghapus ide itu dari dalam otak pintarnya. Berhari-hari aku menyakinkan dia bahwa hanya dialah yang aku inginkan dan memang itulah kenyataannya. Bahkan mungkin jika takdir sudah menentukan jalannya sampai sisa hidupku hanya ada aku dan dirinya, itu tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbiological Sisters Wedding Diaries
Chick-LitAlecia Nando dan Daphnee. Seharusnya mereka sudah cukup. Lalu apa lagi yang kucari? Diandra Sesulit itukah melepaskanmu Harris? Kanaya Apa aku sudah cukup baik untukmu Henry? Atau aku telah mengacaukan segalanya? Gloria Mungkin dia bisa memberika...