Hai.
Sengaja cerita Naya yang pertama karena cerita Naya di awal2nya dirombak total. Ke belakangnya sama kok paling ada beda-beda dikit doang. Disini Naya lebih dibuat cuek sama sekitarnya, moody, dan yang pasti pecicilan.
Part selanjutnya balik lagi ke Alecia ya. Dipostingnya mudah-mudahan besok.
Vomment ya sayang-sayangkuh :*
Anyway selamat natal untuk kita semua baik bagi yang merayakan maupun yang tidak. Semoga damai natal menyertai kita semua. Selamat liburaaaannn.
See ya.
***
Kanaya
--Aku sudah di lobi. Cepat turun dan makan siang denganku. (12.32 PM)
Kamu sudah janji mau temani aku makan siang ya jangan lupakan janjimu itu hon. (12.33 PM)
Honey cepat turun aku sudah kelaparan. (12.35 PM)
Kanaya dimana kamu?? Aku kelaparan! (12.38 PM)
Jangan membuatku naik ke atas sana dan menyeretmu turun Kanaya. (12.38 PM)--
Aku berteriak kesal mendengar notifikasi di iPhone milikku yang tidak berhenti berbunyi. Dasar pria jahanam tidak bisakah dia membiarkan aku menyelesaikan pekerjaanku sebentar! Dengan kasar aku meraih iPhoneku dan mendapati disana sudah ada lima pesan Line dan tiga panggilan tak terjawab. For God sake sepuluh menit saja belum dan pria jahanam itu sudah begitu tidak sabaran. Dan begitu panggilan berikutnya masuk, tanpa ragu aku mereject panggilannya. Jariku dengan lihai membalas semua pesan berisiknya itu dengan satu kalimat.
--Shut up bitch! Aku turun sekarang. (12.39 PM)-
Oh ingatkan aku untuk mengganti kontak namanya menjadi JAHANAM dengan caps lock dan bold kalau bisa.
Sadar pria jahanam itu kadang sedikit nekad, secepat kilat aku memakai kembali stiletto Manolo hitamku yang tadi sengaja kulepas karena merasa pegal. Mac-ku pun aku shut down dengan berat hati. Aku pun segera mengangkat bokongku keluar dari ruang kerjaku dengan dompet serta iPhone di tangan. Setengah berlari, aku menyusuri kubikel-kubikel bawahanku yang hampir kosong karena jam makan siang menuju ke lift. Di dalam lift yang dindingnya dilapisi cermin aku mengoleskan kembali Sleek Matte Me in Birthday Suit pada bibirku yang menurut si pria jahanam itu montok-montok kissable. Sedikit merapikannya karena ini lipstick matte yang kalau ketebalan bibirku jatuhnya jadi super tebal seperti bibir milik si bontot dari keluarga Kardashian-Kylie. Rambut? Oh tidak perlu. Rambutku mau seberantakan apa pun juga tidak akan membuatku terlihat seperti gelandangan. Beberapa detik berlalu, pintu lift akhirnya terbuka bertepatan dengan diriku yang selesai memastikan jika lipstick yang yang kupoleskan tadi sudah sempurna.
Aku lagi-lagi melompat turun dan langsung berlari ke arah si pria jahanam yang berdiri dengan wajahnya yang ditekuk berlipat-lipat menahan kesal. Padahal dia terlihat tampan hari ini dengan tubuh atletisnya yang dibalut kemeja warna hitam yang dipadukan dengan dasi abu-abu yang kuhadiahkan padanya di malam tahun baru tiga tahun lalu. Harus kuakui pria jahanam itu memiliki aura fuckboy yang sangat kental. Aura fuckboy yang nakal namun menggoda itu jugalah yang membuat beberapa wanita kantoran dengan rok span super pendek melirik malu-malu ke arah dia.
Pria jahanam itu tidak pernah sadar jika dia memiliki aura fuckboy yang membuat para wanita rela bertelanjang di depannya. Kedua matanya yang menyiratkan kekesalan itu malah bertabrakan dengan pandangan mataku yang setengah berlari menuju ke tempat dia berdiri. Anehnya ekspresi kesalnya segera berganti dengan ekspresi super duper cemas. "Oh God Kanaya berjanjilah padaku untuk tidak berlari lagi!" omelnya saat jarak kami hanya tersisa lima langkah saja. Kepalaku pun tak lepas dari jitakan kasarnya seakan-akan aku telah berbuat kesalahan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbiological Sisters Wedding Diaries
Chick-LitAlecia Nando dan Daphnee. Seharusnya mereka sudah cukup. Lalu apa lagi yang kucari? Diandra Sesulit itukah melepaskanmu Harris? Kanaya Apa aku sudah cukup baik untukmu Henry? Atau aku telah mengacaukan segalanya? Gloria Mungkin dia bisa memberika...