I know that I should believe it. But I never thought someone would love me like you, say you do. Say it again, and I'll say it back to you.
***
Alecia
"Menikahlah denganku,"
Air mataku sukses menetes bersamaan dengan dua kata magis itu terucap. Rasa haru kian menyelimutiku saat gadis itu menerima lamaran kekasihnya. Bukan cuma aku, mungkin hampir semua wanita di dalam teater bioskop ini menahan nafas saat pria itu memasangkan cincin bertahtahkan berlian ke jari manis gadis itu disusul dengan kedua pasangan muda itu berciuman mesra.
"Film romansa murahan," ejek si pemilik suara berat tepat di telingaku. Spontan aku mendelik tidak suka padanya. Bahkan di dalam kegelapan ruangan ini saja aku bisa melihat sepasang mata yang selalu berkilat jahil itu menatapku lurus dengan memasang senyum tak berdosa dan itu benar-benar sukses mengacaukan moodku.
"Kalau nggak suka lain kali nggak usah sok-sok nyuruh aku yang milih film!"
Aku kesal bukan main padanya tapi aku masih cukup waras untuk mengontol suaraku agar tidak terdengar siapapun di ruangan ini terkecuali dia. Cukup aku saja yang moodnya dirusak, jangan para penonton lain juga merasa terganggu karena suaraku.
Dalam hati aku bersyukur karena tidak sampai 10 menit kemudian lampu teater sudah kembali menyala, pertanda jika film yang ditayangkan telah usai. Aku yang memang sudah tidak berkonsentrasi mengikuti akhir cerita film ini segera berdiri lalu menuruni tangga satu per satu meninggalkan ruangan ini. Juga meninggalkan pria menyebalkan yang tidak berhenti memanggil namaku dari belakang.
Aku tahu dia mengejarku. Memang sudah seharusnya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menyamai langkah denganku. Masih tetap kuhiraukan, akhirnya dia mencengkram erat lenganku dan membuat langkahku sontak berhenti.
"Kamu ngambek cuma karena aku bilang itu film murahan?"
Sudah tahu masih nanya lagi!
"Al, ayolah. Kamu kan tahu aku tuh bercanda,"
Cengkraman tangannya pada lenganku cukup kuat karena aku yang sok-sokan mau menghempaskan tangannya dan kabur pun tidak bisa. Alhasil aku hanya dapat menatap garang-menantang sepasang mata jahil itu. "Becandaan kamu nggak lucu,"
"Jangan marah-marah terus. Krim anti kerutan sekarang makin mahal. Kasian aku sama gaji kamu," Dia mencoba membuatku tertawa dengan melemparkan jokes garing itu. Jokesnya memang segaring itu sampai hanya dia saja yang mengerti dan dia juga yang tertawa sendiri setelahnya. Aku hanya mampu geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. "Yah nggak lucu ya heheheheh,"
Lihat dia kan? Dia sendiri yang ngelawak, dia sendiri yang sadar lawakannya garing, dia juga yang cengengesan nggak jelas setelahnya."Nggak usah ketawa. Cengiran kamu jelek," gerutuku.
"Al makan yuk! Ikkudo Ichi enak kali ya," Dia memilih mengabaikan gerutuanku dengan ajakan makan yang tidak mungkin bisa kutolak. Aku suka sekali makan, terutama ramen. "Aku tahu kamu tuhh penyuka ramen garis keras. Yuk Ikkudo, Al!"
Tanpa aba-aba, dia segera menarik tanganku agar berjalan bersamanya. Bayangan kuah ramen yang hangat menggoda imanku, mengikis perlahan-lahan benteng kekesalanku padanya. Ah Nando! Dia memang selalu tahu bagaimana cara merusak moodku dan memenangkan hatiku kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbiological Sisters Wedding Diaries
ChickLitAlecia Nando dan Daphnee. Seharusnya mereka sudah cukup. Lalu apa lagi yang kucari? Diandra Sesulit itukah melepaskanmu Harris? Kanaya Apa aku sudah cukup baik untukmu Henry? Atau aku telah mengacaukan segalanya? Gloria Mungkin dia bisa memberika...