Foto di atas 👆 merupakan seorang nenek yang akan angkat bicara disini
.
.
.
.
.47 anggota keluarga, 47 orang itu terbunuh di hari pertama dan jumlah itu baru dari keluargaku sendiri.
Pada 9 April 1948 milisi Zionis menginvasi, menyerang kampung yang ditinggali Fatima Radwan, Deir Yassin, Palestina.
Ketika aku berumur 8 tahun, saat itu jam 5 pagi dan kami masih tertidur, mereka menyerang rumah kami lalu mereka menembak ayah kami dan membunuhnya, ibuku ditangkap sebagai tahanan, aku membawa adik laki-lakiku dan menyelamatkan diri bersama para tetanggaku.
Ketika kami melarikan diri ke kampung Ain Karim, aku menemukan jasad kakekku yang berumur 70 tahun, dia dibunuh dan jasadnya dicampakkan di tanah, itu sangat menyedihkanku karena ia adalah ayah dari ayahku.
Milisi Zionis membunuh sebagian besar penduduk Deir Yassin dan diantaranya adalah pamanku, saudara ibuku yang berusia 30 tahun.
Mereka memaksanya keluar dari rumah dan membariskannya. Lalu milisi Zionis mengeksekusi mereka. Mereka membakar hidup-hidup bibiku dan semua anaknya ketika mereka masih di dalam rumah.
Hidup menjadi sulit, sampai hari ini saya masih mengingat Deir Yassin.
Kami pernah mengunjungi bekas rumahku. Aku, putriku, dan cucuku.
Aku memetik almond dari pohon di halaman rumah itu.
Pemandangannya indah. Pada tahun 1930, Deir Yassin dikenal memiliki udaranya yang bersih dan letaknya di wilayah pegunungan sehingg Deir Yassin memiliki lingkungan dengan suasana yang tenang.
Kami meminta pada otoritas Israel untuk melihat rumah kami, tetapi mereka mengatakan "Tidak."
Kami hanya bisa melihat bagian belakang rumah, Ya Allah.... perasaan ini sungguh tak terlukiskan.
Aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam.
Aku mengingat kembali ayahku.
Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana ia duduk di beranda dengan Shisha-nya. Dia duduk sambil menghisap Shisha.
Mengunjungi rumah itu memiliki dampak yang mendalam pada diriku.
Aku jadi mengingat semuanya. Sebelum pembantaian tidak ada kesedihan menimpa kami.
Kami pergi ke Madrasah dan pulang ke rumah. Ini aku ketika berumur 15 tahun.
.
Ini Zainab?
Nenek menceritakan kisah pilu dalam hidupnya tanpa sedikitpun memperlihatkan kebencian dalam hatinya.
Untuk seseorang yang begitu banyak kehilangan dalam hidupnya menarik untuk dilihat bagaimana nenek tetap memiliki toleransi kepada mereka yang telah menaruh luka dalam hidupnya.
Ada begitu banyak penderitaan pada nenek, namun ada pula harapan dan kekuatan untuk bertahan.
[Ucap salah seorang anak dari keluarga nenek itu]
.
Aku pasti akan kembali ke tanah orangtuaku dan aku selalu mengatakan pada anak-anakku bahwa aku akan menjadi kapal yang mengarungi lautan dengan harapan bisa membawa mereka kembali kesana.
Aku akan melakukan apapun sekuat tenaga agar tanah kami bisa kembali walau harus memakan waktu bertahun-tahun lamanya.....
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar_ISLAMIYAH
Non-FictionAssalaamu'alaikum sobat. Cerita ini saya ambil dari berbagai sumber yang ada. Ada yang memang dari sumbernya langsung dan ada yang saya ubah sedikit kata-katanya sesuai alur yang dibahas sesuai yang terjadi di dunia Islam. Jadi, saya mohon agar apab...