Pada tahun 656 H/1258 M, pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan, cucu Gengis Khan memporak-porandakan kota Baghdad.
Baghdad, ibukota Kekhilafan Abbasiyah, yang selama berabad-abad lamanya menjadi mercusuar ilmu pengetahuan luluk lantak.
Kilau cahaya peradabannya meredup dan mati. Yang tersisa di Baghdad hanyalah puing-puing kehancuran dan jeritan kematian.
Kotanya habis dibakar. Jutaan penduduknya dibantai dan dibunuh dalam waktu sekejap. Baghdad berubah menjadi kuburan massal.
Khalifah Mu'stashim Billah beserta keluarga dan pejabat negara istana dibunuh semuanya. Istananya yang megah dijarah.
Buku-buku yang tersimpan di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke suangai. Airnya berubah menjadi hitam karena larutnya tinta.
Pada tahun 658 H, gelombang kehancuran kaum Mongol terus menjgalir dan menghantam kota-kota Islam lainnya di negeri Syam.
Sebentar lagi gelombang pasukan yang pernah meluluhlantakkan Beijing [Dinasti Jin], Georgia dan Bulgaria ini akan tiba di Mesir.
Kekuasaan Mongol saat itu terbentang dari Timur [China] sampai Barat [Eropa Timur]. Kekuasaan terluas kedua di muka bumi setelah Inggris.
Sebelum menebar teror ke Kairo, Hulaghu terlebih dahulu mengirimkan warning pada pemimpin Dinasti Mamluk, di Kairo.
Saat itu Dinasti Mamluk dipimpin oleh Sultan Muzhaffar Saifuddin Quthuz. Nama aslinya adalah Mahmud bin Mahmud.
Di dalam darah Quthuz mengalir darah biru bangsawan kerajaan Khwarizmi yang didirikan bangsa Turk Muslim di Asia Tengah dan Persia.
Kerajaan Khwarizmi luluh lantak setelah ditaklukkan oleh Mongol di tahun 1221 M. Quthuz kecil kemudian diperjualbelikan sebagai budak.
Dia diberi nama Quthuz oleh orang Mongol yang memperjualbelikannya. Quthuz dalam bahsa Mongol bermakna "Anjing Dekil".
Quthuz dibawa ke Damaskus dan disana dia dibeli oleh pemimpin Dinasti Mamluk, Sultan Izzudin Aibak. Dari sanalah karir politiknya dimulai.
Surat dari Hulaghu Khan dibaca dengan seksama oleh Quthuz. Tak tampak sedikitpun gurat ketakutan dan ekspresi terguncang dari wajahnya.
.
"Kami adalah tentara Allah di bumi-Nya. Kami diciptakan dari amarah-Nya dan Dia menjadikan kami sebagai penguasa atas mereka yang mendapatkan murka-Nya.
Kalian telah mendengar bahwa kami telah menaklukkan berbagai negeri, kami bersihkan bumi dari kerusakan dan kami membunuh banyak manusia. Maka dari itu, silahkan kalian melarikan diri dan kami pasti akan mengejar kalian.
Bumi dan negeri manakah yang akan menyelamatkan dan melindungi kalian? Kalian tidak akan terlepas dari pedang-pedang kami.
Pedang kami bak halilintar. Tombak kami melesat kuat. Anak panah kami selalu tepat sasaran. Hati kami sekokoh batu karang. Bioangan kami sebanyak pasir.
Benteng-benteng tak akan sanggup menghalangi gerak kami. Pasukan kalian tidak akan berdaya melawan kami. Doa kalian untuk kekalahan kami tidak didengarkan."
[Surat ancaman dari Hulaghu Khan]
.
Sultan Saifuddin Quthuz kemudian bermusyawarah dengan pejabat lainnya. Mereka memutuskan untuk membunuh utusan Hulaghu yang pongah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar_ISLAMIYAH
Non-FictionAssalaamu'alaikum sobat. Cerita ini saya ambil dari berbagai sumber yang ada. Ada yang memang dari sumbernya langsung dan ada yang saya ubah sedikit kata-katanya sesuai alur yang dibahas sesuai yang terjadi di dunia Islam. Jadi, saya mohon agar apab...