.
.
.
ON!!!
.
.
.
Hari yang tak terduga.Tatapannya seperti biasa menajam. Hari ini terasa kosong. Pikirannya terus membantah sebuah fakta.
Telinganya serasa tuli. Hening. Hanya penolakan keras di kepalanya yang menarik kesadarannya.
Ruby nya yang mengagumkan terpaku akan sebuah benda diatas meja.
Sebuah undangan.
Didekatnya terdapat bingkai foto yang tertutup. Menutupi sebuah foto yang selalu dijaganya.
Helaan nafasnya berhembus berat dan kasar. Ikatan dasi merah yang erat pada kerah kemeja hitamnya,di longgarkan.
Banyaknya notifikasi yang diterimanya di smartphone tak dirinya pedulikan. Ruangan besar yang ditempatinya lebih 'kosong' dari biasanya. Panorama dari gedung tinggi pusat kota yang ditempatinya,tidak menghiburnya.
Helaan nafas berikutnya menjadi hasrat keputusannya.
Keputusannya sudah final.
"Aku harus menemuinya,"
.
.
.
.
.
.
.
Bulan purnama digedung tinggi sedikit menghiburnya. Apalagi dengan tingkat ketinggian yang dipijaki. Bisa dibilang,sangat tinggi.Berada disebuah restoran dengan tingkat bangunan tinggi. Fasilitas khusus. Dan tentunya tempat itu di booking olehnya.
Angin di malam hari sangat dingin. Itu pendapat banyak orang. Tapi,menurutnya angin malam terasa tak ada apa-apanya.
Ruby yang indah itu terus terpaku akan purnama yang menyinari kota hingga tak menyadari sosok gadis yang mendekat.
Bayangan yang proporsional. Bak seorang model. Mahkota emas-nya terhembus pelan akan angin malam yang lolos.
Dan hentakan sepatu high heels-nya membuat sang pemilik ruby mengalihkan pandangannya. Menjadikan sosok yang datang sebagai atensi yang baru.
"Selamat malam,"
"Malam,duduklah,"
"Terima kasih,"
Sapaan ringan menjadikan awal basa-basi keduanya. Dan sebagai pertemuan mereka yang baik,pemilik ruby tak ingin membiarkan tamunya merasa buruk,yang tentunya ditanggapi dengan baik.
"Kau sudah makan malam?"
"Aku datang ke sini untuk makan malam,ingat?"
"Aku hanya bertanya untuk memastikan,apakah kau masih seperti dulu"
"Masa lalu tidak perlu diungkit saat ini,"
"Hanya mencoba bernostalgia,tidakkah kau akan merasakan sesuatu denganku?"
"Kau memang lihai bermain kata,Tuan,"
Kekehan pelan menjadi penunda obrolan kecil mereka. Zamrud yang sedari tadi memperhatikan Ruby yang misterius.
Tumpahan wine pada gelas mereka menjadi penambah kecil pada pertemuan mereka. Suasana sunyi yang mereka tempati menambah rasa canggung bagi pemilik zamrud. Apalagi dengan ruby yang intens itu,seolah menuntut sesuatu.
"Jadi,apa yang ingin kau bicarakan,tuan?"
"Jangan kaku begitu,eh!? Kita seperti orang asing yang baru saling mengenal,"
"Kita baru saja bertemu,bukannya akan terasa canggung?"
"Tidak untukku,"
"Kau tidak berubah,Gilgamesh,"
"Pujian untukku,Arthuria,"
Penyebutan nama yang mereka ucapkan menegaskan diri mereka satu sama lain. Pemilik ruby yang dipanggil Gilgamesh dan pemilik zamrud yang dipanggil Arthuria. Ada hubungan khusus diantara mereka dari cara mereka berkomunikasi.
"Uhum! Langsung saja Gilgamesh,kenapa dengan pertemuan ini?"
"Wow! Seperti biasa,to the point eh!?"
"Jangan berbelit! Ini terlalu mendadak untuk sebuah sapaan atau reuni kecil,"
Arthuria mengeraskan suaranya. Dari dua hari lalu dirinya tak menyangka mendapati panggilan. Meskipun singkat,pesan yang didapatinya tidak main-main. Merasa aneh jika hanya sebuah pertemuan makan malam biasa.
"Hanya ingin melihatmu langsung,"
"!!?"
Jawaban yang diberikan Gilgamesh membuat Arthuria bungkam. Terdengar netral. Tidak mengejek atau bermain-main.
"Sudah tiga tahun sejak saat itu,aku tidak menduga kau bisa mendapatinya,"
"..."
Ruby yang biasa tegas terlihat teduh di manik zamrud Arthuria. Dia paham yang dibicarakan Gilgamesh. Dan juga apa yang diungkit membuatnya kembali mengingatnya.
"Yah,aku sendiri tidak menyangka bisa mendapatkannya,"
"Selamat atas pertunangan kalian,"
"Terima kasih,Gilgamesh,"
"Sebagai perayaan,kau bisa memesan apapun yang kau mau,"
Anggukan pelan menjadikan balasan pernyataan Gilgamesh. Dipandangan Arthuria,ruby itu terlihat misterius meskipun membentuk ketegasan. Sebagai penghargaan acara kecil mereka,Arthuria memulai.
.
.
.
.
.
Pikirannya lelah. Matanya kusam di kelopak gelapnya. Agak kacau jika orang lain mendapatinya.Setelah mengantar Arthuria pulang,Gilgamesh kembali ke kantornya. Lembur. Tinggal di ruangannya. Tak bisa tertidur.
Bingkai foto yang tertutup di mejanya,diangkat. Memperlihatkan potret sepasang remaja dengan mesranya saling merangkul. Pemuda yang tinggi menyandarkan dagunya pada kepala gadis yang mungil.
"Aku kalah,kalah dengan perasaanku,
Arthuria,"
.
.
.
.
.
End
.
.
.
Sekian untuk chapter ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Funny Days
Fanfiction[Disclaimer: FateSeries©TypeMoon] "Kau ratuku! Semua akan ku lakukan demi dirimu. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!"-Gilgamesh "Aku tidak pernah mengira harus berurusan dengan orang semacam dirimu."-Arthuria Mengenai hubungan sang pengklai...