Chapter 7: Together

626 52 8
                                    

.
.
.
ON!!!
.
.
Pertama kali mereka bertemu dimulai di sekolah dasar. Interaksi yang cukup aktif satu sama lain,kepolosan masih mendominasi.

Tapi tidak untuk Gilgamesh,perilakunya tidak seperti mayoritas anak-anak sebayanya. Dimana yang lain senang bermain,ceria dan berteman,maka dia lebih suka menyendiri dan dingin.

Kecuali waktu ini.

"Hey,ayo bermain,"

Ruby Gilgamesh mendapati Zamrud yang berkilau polos dihadapannya. Seorang anak perempuan yang digenggamannya terdapat bola karet pink. Tubuhnya bisa dibilang lebih kecil darinya,bila Gilgamesh mengamatinya.

"Tidak mau,"

Tolaknya dengan kosong,seperti biasa dirinya jawab. Menurutnya bermain terlalu membuang waktu,keinginan yang tidak penting. Kecuali jika yang mengajaknya Enkidu.

"Kenapa? Ini menyenangkan tau,"

"Itu pendapatmu,"

Gilgamesh merespon,tidak setuju akan pendapat gadis tersebut.

Pandangan di kelereng zamrud itu terlihat tangguh. Kerutan mungil dikeningnya,bibir yang menahan geraman menambah rasa lucu wajah anak perempuan dihadapannya.

"Ayolah,nanti kita bisa membeli es krim bersama setelah bermain,"

"Aku bisa beli es krim langsung tanpa perlu bermain,"

"Kau tidak asik,"

Ruby Gilgamesh menatap kesal gadis yang terus memaksanya,menantang dirinya dianggap membosankan. Memberi tawaran agar tetap bermain. Keras kepala,tapi lucu juga.

"Memangnya kau ingin bermain apa!?"

"Tentu saja sepak bola!"

"Kau perempuan,mana bisa bermain permainan anak laki-laki!?"

"Hey! Aku bisa mengalahkan anak laki-laki bermain sepak bola!"

"Kheh,tapi tidak kalau kau melawanku,"

Senyuman tipis terbentuk di bibir mungil Gilgamesh,merasa tertarik akan tantangan yang diajukan gadis kecil ini.

"Baik! Akan ku buat kau kalah!"

Anak perempuan itu menggenggam tangannya dan menyeret Gilgamesh,agar mengikutinya dengan kuatnya ke tempat yang akan menjadi tempat permainan mereka.
.
.
Skip
.
.
Deru nafas yang berantakan mengakhiri permainan mereka. Tubuh mereka basah akan keringat. Bola yang mereka mainkan melambung jauh dari mereka. Kekehan mungil terdengar dari mereka,meskipun lelah.

"Ugh.. Lelah,"

Keluh anak perempuan yang berbaring di rerumputan hijau. Tubuhnya sedikit kotor dengan debu yang menempel.

Tak jauh darinya,anak laki-laki yang menjadi teman bermainnya ikut berbaring di rerumputan dengan keadaan yang hampir sama dengannya,dia masih lebih baik.

Ah,dia kan laki-laki,tapi dibuat kerepotan oleh salah satu perempuan seperti dia. Boleh kan dia tertawa?

"Hahahahaha,"

Tatapan ruby yang lelah kini memandangnya dengan tawaan yang lepas. Tangannya yang lebih besar menggenggam tangan kecil anak perempuan yang bermain dengannya.

"Lihat!? Aku yang menang! Hahaha,"

"Pft.., Kau memang hebat,"

"Butuh 100 tahun untuk mengalahku,perempuan,"

"Hey,itu terlalu lama!"

"Tapi itu yang kau perlukan,perempuan!"

"Ugh,"

Pandangan yang teduh saling terkunci dengan senyuman tipis terbentuk dibibir pemilik kilauan zamrud. Tangannya yang digenggam juga ikut ia eratkan.

"Kita belum saling kenal,perkenalkan aku Arthuria,"

"Aku Gilgamesh,"

"Nama yang keren,"

"Namamu juga cantik,"

"Jadi kita berteman?"

"Teman,"

Keduanya ternyum tipis. Pandangan mereka saling bertemu. Teduh dan hangat.

Langit sore dengan burung yang beterbangan menjadi saksi dimulainya pertemanan dan kebersamaan mereka.
.
.
.
Fin
.
.
.
.
.
Omake

"Hey Gil,"

"Hn?"

"Apa benar kau akan kencan dengan Ria?"

"Mungkin Enkidu,"

"Heh~"

Pandangan bosan Gilgamesh dilayangkan pada sahabat kecilnya,Enkidu. Mereka sudah bersama selama 20 tahun. Umur mereka sudah dikatakan dewasa,25 tahun.

"Sudahlah Enkidu,"

"Pfft.. Terakhir aku lihat kalian,kalian saling melempar cat dan tepung,"

"Itu sudah lama Enkidu,"

"Yah,itu sebelum Ria kembali ke Inggris,"

"Tapi,aku berhasil memberinya kejutan saat pulang ke sini,3 hari yang lalu,"

"Ohohoho~,apa ini!? Kau akan melakukan sesuatu hehh~~?"

"Hahaha,kita lihat saja,"

Seringai lebar terbentuk di bibir Gilgamesh saat memikirkan apa yang akan dirinya lakukan. Kotak kecil dimejanya membuatnya bersemangat. Kilauan zamrud dibenda itu tampak indah. Lingkaran berbalutkan emas putih mempercantik batu yang melekat.

"Aku tidak ingin dia pergi dariku lagi,"
.
.
.
End
.
.
Sekian untuk chapter ini.

Funny DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang