.
.
.
ON!!!
.
.
Langit senja terlihat menenangkan. Semilir angin sejuk tertiup menerbangkan surai pirangnya yang terjun panjang. Suasana damai menemaninya di tengah padang rumput yang sepi.Matanya terpejam. Menikmati kedamaiannya. Pikirannya terbang menuju masa lalu. Dimana umurnya terhitung 7 tahun.
.
.
.
"Hey! Kau seorang perempuan, kenapa mengerjakan pekerjaan laki-laki?"Iris Zambrud kilaunya melirik Iris Ruby bocah yang menatapnya tajam. Tidak mengerti. Apa salahnya?
"Apa? Kau juga mau menertawakanku karena membawa ini!?"
Tangan mungilnya mengangkat setengah ember makanan ternak.
Bocah itu mendengus. Senyum remeh terbentuk lucu di wajahnya yang cantik. Dia laki-laki kan? Kenapa bocah dihadapannya punya wajah yang cantik? Rambutnya juga pirang tapi lebih cerah dari miliknya? Orang asing?
"Perempuan harusnya ada dirumah, memasak, membersihkan rumah dan merawat anak-anak,"
Apa dia sedang mengoceh soal rumah? Ada rasa kesal didengarnya.
"Hey! Perempuan itu kuat tau!? Bisa melakukan apapun!"
Tidak ingin kalah dengan bocah dihadapannya, ia ikut berdebat. Tangannya mengepal dan terangkat seolah dia punya kekuatan. Dia akan melawan.
Wajah bocah itu mengerut sebelum menyeringai lebar. Tak lama setelahnya, tawanya meledak.
"Aku tidak pernah berkata perempuan itu lemah,"
Jedanya. Tatapannya mencerminkan keyakinan.
"Melakukan pekerjaan di rumah sudah jadi sesuatu yang kuat, tapi, laki-laki yang akan menjadi pelindung untuk perempuan, dan keluarganya!"
Dirinya dibuat tertegun saat itu. Bocah seumurannya mengatakan sesuatu yang mengejutkan untuknya. Perkataannya yang selalu diejek oleh anak lain, kali ini balasannya beda.
"Ingat perempuan! Di masa depan, kau akan kenal laki-laki hebat, pelindung tempat ini! Dan namanya Gilgamesh!!"
Kata-kata yang penuh ambisi. Seringainya yang tak pudar menular padanya dengan senyum tipis.
"Oh! Aku lupa sesuatu—kau Arthuria bukan? Anak-anak lain selalu menyebutmu si cewe berotot,"
Keningnya mengerut. Baru kali ini sebutan itu didengarnya. Tangannya tidak berotot meskipun dia lebih sering bergulat dengan anak laki-laki.
"Aku Gilgamesh, tetangga barumu,"
.
.
Pertemuan pertama mereka menjadi kenalan tidak pernah ia lupakan. Sejak itu pula, awal baginya untuk terus melihatnya didekatnya. Seperti di lapangan penuh rumput bermain dengan anak-anak lain. Sungai yang tak jauh dari wilayah tinggal mereka. Atau rumahnya untuk makan bersama.
.
.
"Hey Arthuria, kau terus makan tapi badanmu tetap kecil yah,""Gilgamesh, jangan mengganggu makan malamku,"
Kekehan bisa didengar dari bocah yang tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Sudah 10 tahun mereka kenal dan sudah lama mereka menjadi sahabat. Cara mereka berinteraksi dan peduli berbeda dibeberapa sahabat yang lain.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kencanmu dengan para selirmu?"
Tangannya yang menggenggam garpu dan pisau dengan telaten mengolah daging panggang dipiringnya. Membawa ke dalam mulutnya dan memakannya dengan pelan. Menikmati setiap bagian.
"Hmm? Mereka sudah ku putuskan—semuanya,"
"Uhuk! Ouhhh.. Semua?"
"Yup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Funny Days
Fanfic[Disclaimer: FateSeries©TypeMoon] "Kau ratuku! Semua akan ku lakukan demi dirimu. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!"-Gilgamesh "Aku tidak pernah mengira harus berurusan dengan orang semacam dirimu."-Arthuria Mengenai hubungan sang pengklai...